Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

17 Pada umumnya penyaluran pembiayaan yang semakin tinggi akan memberikan peluang resiko pembiayaan yang semakin tinggi pula, namun jika membandingkan antara Gambar 1 dengan Gambar 2 terlihat bahwa tidak selamanya hal tersebut terjadi. Dropping penyaluran pembiayaan KBMT WU pada tahun 2007 hingga 2008 yang terus mengalami peningkatan dari tahun sebelumnnya justru menunjukkan tingkat penunggakan yang semakin menurun. Hal ini menarik untuk diteliti mengingat fenomena tersebut berbeda pada kondisi umumnya. KBMT WU tentunya perlu mempertahankan kondisi ini dan meningkatkan prestasinya untuk terus menekan tingkat tunggakan hingga pada nilai terendah. Oleh karena itu untuk mendukung hal tersebut diperlukan kebijakan yang memperhatikan kebutuhan dengan metode yang sesuai. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu: 1 Bagaimana pengelolaan KBMT WU dalam mendukung keberhasilan penyaluran pembiayaan? 2 Bagaimana perbandingan karakteristik debitur UMKM agribisnis berdasarkan tingkat pengembalian pembiayaan pada KBMT WU? 3 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan bagi UMKM agribisnis pada KBMT WU?

1.3 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini yaitu: 1 Mendeskripsikan pengelolaan KBMT WU dalam mendukung keberhasilan penyaluran pembiayaan. 2 Mendeskripsikan perbandingan karakteristik debitur UMKM agribisnis berdasarkan tingkat pengembalian pembiayaan pada KBMT WU. 3 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan bagi UMKM agribisnis pada KBMT WU.

1.4. Manfaat Penelitian

1 Hasil penelitian ini akan memberikan informasi yang berguna bagi KBMT WU dan KBMT yang lain serta bagi instansi terkait sebagai bahan evaluasi 18 dan pertimbangan dalam strategi dan kebijakan penyaluran pembiayaan untuk meningkatkan keberhasilan pembiayaan pada sektor UMKM agribisnis. 2 Bagi dunia pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan terkait dengan lembaga keuangan mikro syariah dalam menyalurkan pembiayaan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada data debitur UMKM agribisnis yang masa angsurannya selesai pada tahun 2008 dengan pertimbangan karena KBMT WU pada tahun tersebut memiliki nilai tunggakan terendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Adapun sektor agribisnis yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi sektor agribisnis off farm. 19 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan di Indonesia, pemerintah memiliki sebuah komite penaggulangan kemiskinan yang diketuai oleh Menko Kesra. Komite ini telah melakukan kesepakatan bersama dengan Gubernur Bank Indonesia selaku pemegang kebijakan moneter. Upaya ini ditempuh melalui pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Kesepakatan yang terbentuk tertuang dalam keputusan Menko Kesra No.11KEPMENKOKESRAIV2002 dan keputusan Gubernur Bank Indonesia No.42KEPGBI2002 tanggal 22 April 2002 tentang definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai berikut Rudjito, 2003: a Usaha Mikro adalah usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin. Pada kurun waktu sebelumnya usaha ini sering disebut dengan usaha rumah tangga. Besarnya plafond batas maksimal kredit yang dapat diterima oleh usaha ini ditetapkan sebesar Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. Sedangkan dalam peraturan Bank Indonesia No.739PBI2005 disebutkan bahwa usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berkala kecil dan bersifat tradisional dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat, belum berbadan hukum, dengan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 100.000.000,00 seratus juta rupiah atau kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. b Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki nilai kekayaan bersih maksimal 200 juta di luar tanah dan bangunan tempat usaha, atau yang memiliki hasil penjualan maksimal Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah per tahun. Usaha ini dapat mengajukan pinjaman dengan plafond maksimal Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. c Usaha Menengah merupakan usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Berdasarkan UU No. 9 Tahun 1995 dan Intruksi Presiden No. 10 Tahun 1999 bahwa usaha menengah harus merupakan milik 20 warga negara Indonesia, berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar. Usaha menengah dapat berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, dan atau badan usaha yang berbadan hukum.

2.2. Agribisnis