71 pengembalian pembiayaan paling baik adalah nasabah dengan pengalaman usaha
antara 11 tahun hingga 20 tahun dengan proporsi 40 persen. Kemudian dapat dilihat bahwa kelompok nasabah dengan pengalaman usaha 1 tahun hingga 10
tahun memiliki proporsi pengembalian tidak lancar paling besar 70 dibandingkan kelompok nasabah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
pengalaman usaha yang belum matang memberikan peluang lebih besar untuk pengembalian tidak lancar karena masih kurang baik dalam mengatur keuangan
usaha. Tabel 9. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pengalaman Usaha
untuk Setiap Tingkat Pengembalian
Pengembalian Lancar
Tidak Lancar Total
Pengalaman Usaha
Jumlah Jumlah
Jumlah 1 – 10 tahun
7 35
7 70
10 33
11 – 20 tahun 8
40 1
10 13
43 20 tahun
5 25
2 20
7 23
Total 20
100 10
100 30
100 Sumber: Data Primer, diolah 2009
6.3. Perbandingan Karakteristik Pembiayaan Responden
a Jumlah Pembiayaan Pada Tabel 10, jumlah pembiayaan yang banyak diberikan oleh KBMT
WU besarnya berkisar pada satu juta hingga lima juta 67, dari data juga diketahui bahwa pada kisaran jumlah pembiayaan tersebut merupakan proporsi
terbesar untuk pengembalian lancar 60 dan pengembalian tidak lancar 80.
Tabel 10. Sebaran Jumlah dan
Persentase Responden Menurut Jumlah
Pembiayaan untuk Setiap Tingkat Pengembalian
Pengembalian Lancar
Tidak Lancar Total
Jumlah Pembiayaan
Jumlah Jumlah
Jumlah 1 juta
2 10
2 20
4 13
1 juta - 5 juta 12
60 8
80 20
67 6 juta - 10 juta
3 15
3 10
10 juta 3
15 3
10 Total
20 100
10 100
30 100
Sumber: Data Primer, diolah 2009
72 b Jangka Waktu Pembiayaan
Jangka waktu pembiayaan merupakan waktu jatuh tempo seorang debitur dalam membayar seluruh pembiayaan pinjaman yang diberikan termasuk
pembayaran balas jasanya fee. Semakin panjang jangka waktu tersebut maka beban debitur dalam membayar angsuran semakin longgar ringan. Umumnya
KBMT WU memberikan jangka waktu jatuh tempo pelunasan pembiayaan dalam 100 hari, 125 hari, 150 hari untuk pola angsuran harian dan 1 tahun; 1,5 tahun dan
2 tahun untuk pola angsuran pekanan atau bulanan. Pola angusuran pada nasabah yang menjadi responden penelitian ini sebagian besar mempunyai pola angsuran
harian. Jangka waktu pembiayaan ditentukan berdasarkan kemampuan nasabah dalam membayar besarnya angsuran setiap kali mengangsur.
Tabel 11. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jangka Waktu Pembiayaan untuk Setiap Tingkat Pengembalian
Pengembalian Lancar
Tidak Lancar Total
Jangka Waktu Pembiayaan
Jumlah Jumlah
Jumlah 150 hari
7 35
6 60
13 43
150 - 300 hari 7
35 3
30 10
33 300 hari
6 30
1 10
7 23
Total 20
100 10
100 30
100 Sumber: Data Primer, diolah 2009
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden mengakses pembiayaan dengan jangka waktu kurang dari 150 hari yaitu sebanyak 43 persen.
Nasabah dengan pengembalian lancar menyebar hampir merata pada setiap jangka waktu pembiayaan. Berbeda dengan kelompok pembiayaan tidak lancar,
kelompok ini banyak terdapat pada jangka waktu pembiayaan kurang dari 150 hari dengan proporsi sebesar 60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
pendek jangka waktu pinjaman menyebabkan pengembalian pembiayaa semakin tidak lancar.
b Frekuensi Pembiayaan
73 Pengalaman
dalam mengambil
pembiayaan akan
memberikan pengetahuan tambahan bagi seorang pengusaha karena semakin besar frekuensi
pembiayaan akan memberikan kemampuan yang lebih terarah dalam mengatur arus kas perusahaan. Bagi pihak KBMT pengalaman pengambilan pembiayaan
akan menjadi informasi penting dalam melihat karakter seorang nasabah. Frekuensi pembiayaan merupakan salah satu pertimbangan untuk
menentukan besarnya dropping pembiayaan yang akan diberikan kepada calon nasabah. KBMT akan sangat mempertimbangkan pemberian pembiayaan kepada
nasabah yang pengalaman pembiayaan sebelumnya tidak baik. Hal ini berlaku pada lembaga keuangan di seluruh Indonesia. Tingkat pengembalian pembiayaan
berdasarkan frekuensi pembiayaan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi
Pembiayaan untuk Setiap Tingkat Pengembalian
Pengembalian Lancar
Tidak Lancar Total
Frekuensi Pembiayaan
Jumlah Jumlah
Jumlah 1 kali
3 15
1 10
4 13
2 - 5 kali 5
25 3
30 8
27 5 kali
12 60
6 60
18 60
Total 20
100 10
100 30
100 Sumber: Data Primer, diolah 2009
Frekuensi pembiayaan nasabah yang semakin besar mencerminkan bahwa kepercayaan lembaga terhadap nasabah tersebut semakin meningkat sehingga
besarnya pembiayaan yang direalisasi kemungkinan juga semakin besar. Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden merupakan nasabah lama
pembiayaan lebih dari satu kali. Frekuensi pembiayaan yang paling sering berada pada frekuensi lebih dari lima kali pembiayaan. Kelompok nasabah
pengembalian lancar terdapat pada frekuensi pembiayaan lebih dari 5 kali sebanyak 12 debitur 60 sedangkan pembiayaan bermasalah paling besar juga
terdapat pada frekuensi pembiayaan yang sama yaitu sebanyak 6 debitur 60. Kenyataan ini tidak mendukung pada kondisi umumnya, dimana seharusnya
semakin sering meminjam berarti semakin baik pengelolaan keuangan untuk mengangsur pembiayaan.
74 Kenyataan bahwa debitur dengan pembiayaan lebih dari lima kali justru
paling banyak melakukan penunggakan perlu dicari penyebabnya. Berdasarkan wawancara dengan responden, informasi yang didapatkan bahwa rentannya
stabilitas usaha yang dipengaruhi oleh tingkat persaingan dan kondisi perekonomian nasional fluktuasi biaya produksi merupakan salah satu
penyebabnya. Pada awalnya para debitur tersebut stabil dalam usaha dan lancar dalam memenuhi kewajiban pembiayaannya, namun karena ketidaksiapan dan
tidak adanya antisipasi terhadap permasalahan tersebut menyebabkan semakin rendah pendapatan para debitur dan kesulitan membayar angsuran.
d Pola Penagihan Pola penagihan dalam penelitian ini dibedakan atas penagihan secara
langsung dan tidak langsung. Penagihan secara langsung artinya pihak collector KBMT yang mendatangi ke tempat debitur, pola ini banyak dipilih oleh debitur
dengan persentase sebesar 87 persen. Hal ini karena debitur tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi, selain itu debitur yang sebagian besar
merupakan pedagang dan mempunyai pola tagihan harian tidak memungkinkan untuk meninggalkan usahanya. Sedangkan pola tagihan tidak langsung dimana
debitur yang mendatangi KBMT memiliki persentase sebesar 13 persen. Mereka yang memilih pola ini karena pertimbangan lokasi rumah yang dekat KBMT dan
memiliki pola pembayaran pekanan bulanan. Tabel 13. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pola Penagihan
untuk Setiap Tingkat Pengembalian
Pengembalian Lancar
Tidak Lancar Total
Pola Penagihan Jumlah
Jumlah Jumlah
Langsung 16
80 10
100 26
87 Tidak Langsung
4 20
4 13
Total 20
100 10
100 30
100 Sumber: Data Primer, diolah 2009
Berdasarkan tabel
di atas,
sebagian besar
responden yang
pengembaliannya lancar terdapat pada pola penagihan langsung 80. Namun demikian kelompok pengembalian tidak lancar semua respondennya 100 juga
75 menggunakan pola penagihan secara langsung, hal ini karena keinginan untuk
mendapatkan kemudahan tidak diiringi dengan tanggung jawab terhadap ketertiban dalam megembalikan pembiayaan.
e Penggunaan Pembiayaan Pembiayaan yang diterima oleh responden penelitian ini digunakan untuk
kegiatan produktif, konsumtif atau kedua kegiatan itu sekaligus sebagian untuk kegiatan produktif dan sebagian lagi untuk kegiatan konsumtif. Dari Tabel 14
terlihat bahwa pemberian pembiayaan untuk kegiatan produktif lebih banyak dibanding untuk kegiatan lainnya yaitu sebesar 63 persen. Pada kelompok debitur
pengembalian lancar maupun tidak lancar, persentase terbesar terdapat pada penggunaan kegiatan produktif, dengan nilai masing-masing 70 persen dan 50
persen. Penggunaan untuk kegiatan konsumtif yang dilakukan oleh responden diantaranya untuk biaya pendidikan anak, renovasi rumah, dan berobat, sedangkan
kegiatan produktif yang dilakukan responden diantaranya untuk peningkatan volume usaha.
Tabel 14. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kegiatan Pembiayaan untuk Setiap Tingkat Pengembalian
Pengembalian Lancar
Tidak Lancar Total
Jenis Kegiatan Jumlah
Jumlah Jumlah
Produktif 14
70 5
50 19
63 Konsumtif
4 20
3 30
7 23
Produktif dan konsumtif
2 10
2 20
4 13
Total 20
100 10
100 30
100 Sumber: Data Primer, diolah 2009
76
VII FAKOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi debitur untuk mengembalikan pembiayaan adalah tingkat pendidikan, omzet usaha, pengalaman usaha, jumlah
pembiayaan, jangka waktu pembiayaan, frekuensi pembiayaan, pola tagihan, dan penggunaan pembiayaan. Variabel respon dalam hal ini terdiri dari dua alternatif
yaitu debitur yang pembiayaannya lancar 0 dan tidak lancar 1. Berdasarkan output hasil olahan Minitab dengan selang kepercayaan 95
persen taraf nyata α = 0,05 nilai uji G regresi logistik ini adalah 23,556 dengan nilai p-value = 0,005. P-value yang nilainya lebih kecil dari α 0,05 menunjukkan
bahwa cukup bukti untuk menolak H dimana minimal
ada satu variabel prediktor yang nilainya tidak sama dengan nol β
i
≠ 0. Hal ini berarti bahwa satu diantara variabel yang digunakan pada penelitian ini berpengaruh nyata terhadap
pengembalian pembiayaan pada KBMT WU. Selanjutnya untuk kebaiksuaian model Goodness of Fit dapat dilihat dari uji chi-square metode Pearson,
Devience, dan Hosmer-Lemeshow. Nilai uji chi-square dari ketiga metode tersebut masing-masing 15,5950; 14,6351 dan 3,8591 dengan p-value masing-masing
sebesar 0,741; 0,797; 0,870. Nilai p-value dari ketiga metode tersebut bernilai lebih besar dari 5 persen α = 0,05, artinya bahwa model yang diperoleh dari
analisis regresi logistik sudah fit Lampiran 2. Pengujian untuk melihat signifikansi masing-masing variabel prediktor
dalam mempengaruhi variabel respon digunakan nilai uji statistik Z. Nilai statistik Z dari masing-masing variabel prediktor dengan p-value lebih kecil dari taraf
nyata α = 0,05 menunjukkan cukup bukti untuk menolak H bahwa variabel
tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap variabel respon, dengan kata lain akan menerima H
1
bahwa variabel tersebut signifikan dalam mempengaruhi variabel respon. Hasil pengolahan regresi logistik mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan pada KBMT WU lebih jelasnya terdapat pada Tabel 15.
77 Tabel 15. Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan pada KBMT WU
Variabel Independen Koefisien
Nilai Z Nilai P
Odds Ratio
Konstanta -16,6461
-1,88 0,060
Tingkat Pendidikan 0,663807
1,97 0,049
1,94
Omzet Usaha 0,0002080
1,24 0,214
1,00
Pengalaman Usaha 0,420853
1,97 0,049
1,52
Jumlah Pembiayaan -0,0004948 -0,97
0,334 1,00
Jangka Waktu Pembiayaan 0,0399534
1,60 0,109
1,04 Frekuensi Pembiayaan
-4,83944 -1,36
0,173 0,01
Pola Penagihan 0,394811
0,08 0,936
1,48 Kegiatan Pembiayaan
Konsumtif -0,722283
-0,39 0,694
0,49 Produktif dan konsumtif
2,95312 0,94
0,346 19,17
Sumber: Data Primer, diolah 2009
Dari hasil pengolahan dengan menggunakan regresi logistik dapat diketahui bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata signifikan dan tidak
nyata tidak signifikan terhadap pengembalian pembiayaan. Identifikasi variabel yang siginifikan dapat dilihat dari P-value variabel yang bersangkutan. Jika nilai P
suatu variabel lebih kecil dari 5 persen P 0,05 maka variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap pengembalian pembiayaan.
Adapun variabel yang signifikan dari hasil analisis regresi logistik pada penelitian ini adalah variabel tingkat pendidikan dan variabel pengalaman usaha.
Hal ini dapat dilihat dari P-value variabel tingkat pendidikan dan pengalaman usaha yang masing-masing memiliki nilai sebesar 0,049 P 0,05. Sedangkan
variabel independen yang tidak signifikan pengaruhnya bagi pengembalian pembiayaan adalah omzet usaha, jumlah pembiayaan, jangka waktu pembiayaan,
frekuensi pembiayaan, pola penagihan dan kegiatan pembiayaan. Variabel- variabel tersebut tidak signifikan pengaruhnya karena nilai P dari masing-masing
variabel lebih besar dari 5 persen P 0,05. a
Tingkat Pendidikan Koefisien variabel tingkat pendidikan dari hasil regresi logistik adalah
positif
0,663807
, menunjukkan hubungan positif antara variabel tingkat pendidikan dengan tingkat pengembalian pembiayaan pada KBMT WU.
78 Berdasarkan hasil wawancara, debitur dengan tingkat pendidikan rendah
didominasi oleh debitur skala usaha mikro. Sistem pengelolaan usahanya masih sederhana dan memiliki omzet usaha yang relatif rendah sehingga berkorelasi
dengan kemampuan dalam penyediaan anggaran untuk angsuran pembiayaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan memberikan peluang pengelolaan dan omzet
usaha semakin baik maka akan semakin mendukung kelancaran pengembalian pembiayaan. Hal ini berarti KBMT WU perlu memberikan bimbingan usaha
kepada debitur dengan tingkat pendidikan yang masih rendah agar lebih baik dalam mengelola usahanya. P-value statistik Z pada variabel ini sebesar 0,049 P
0,05 sehingga cukup bukti untuk mengatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap pengembalian pembiayaan pada KBMT WU.
b Omzet Usaha
Koefisien variabel omzet usaha bernilai positif 0,000208 artinya terdapat hubungan searah antara variabel omzet usaha dengan variabel respon tingkat
pengembalian pembiayaan. Semakin besar omzet usaha per bulan seorang nasabah maka nasabah tersebut semakin lancar dalam pengembalian pembiayaan,
hal ini karena tersedianya anggaran untuk membayar angsuran. Berbeda dengan responden beromzet rendah, tingkat pengembalian pembiayaan akan semakin
tidak lancar karena omzet usahanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga tidak tersedia anggaran untuk mengangsur pembiayaan.
Nilai statistik Z variabel ini sebesar 1,24 dengan p-value sebesar 0,214 P 0,05 menyimpulkan bahwa variabel omzet usaha tidak berpengaruh nyata
terhadap tingkat pengembalian pembiayaan. Hasil analisis regresi ini jika dikaitkan dengan hasil analisis deskriptif sebelumnya, meskipun terdapat
perbedaan sebaran omzet usaha responden dimana responden yang tidak lancar memiliki omzet usaha ≤ 8,3 juta 70 dan pengembalian lancar memiliki omzet
8,3 juta – 83,3 juta 60 namun demikian diantara keduanya memiliki perbedaan persentase yang tidak jauh atau tidak berbeda nyata.
c Pengalaman Usaha
Koefisien variabel ini bernilai positif 0,420853, menunjukkan semakin lama pengalaman usaha maka semakin lancar dalam mengembalikan pembiayaan.
79 Pengalaman usaha debitur mempengaruhi terhadap pengelolaan usaha. Semakin
lama pengalaman usaha maka semakin baik dalam mengelola usaha dan omzet usaha yang dihasilkan relatif semakin besar sehingga debitur cenderung lebih
lancar mengembalikan pembiayaan. P-value yang lebih kecil dari 5 persen P 0,05 yaitu sebesar 0,049 menyimpulkan bahwa variabel ini berpengaruh nyata
terhadap tingkat pengembalian pembiayaan pada KBMT WU. d
Jumlah Pembiayaan Variabel jumlah pembiayaan memiliki koefisien negatif -0,0004948 yang
berarti bahwa jumlah pembiayaan berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan. Semakin besar jumlah pembiayaan pinjaman nasabah
maka akan semakin kecil peluang nasabah dalam mengembalikan pembiayaan secara lancar. Variabel jumlah pembiayaan diketahui tidak berpengaruh nyata
terhadap tingkat pengembalian pembiayaan karena P-value statistik Z dari variabel ini lebih besar dari 5 persen 0,334.
e Jangka Waktu Pembiayaan
Jangka waktu pembiayaan disepakati berdasarkan kemampuan nasabah terkait dengan beban angsuran setiap kali harus mengangsur pembiayaan
pinjamannya. Jangka waktu pembiayaan berpengaruh positif terhadap terjadinya pembiayaan lancar di KBMT WU. Hal ini terlihat dari koefisiennya yang benilai
positif 0,0399534, artinya semakin lama jangka waktu pembiayaan maka tingkat pengembalian pembiayaan akan semakin lancar. Semakin lama jangka waktu
pembiayaan akan meringankan beban angsuran yang harus dibayarkan debitur sehingga memperkecil resiko penunggakan. P-value statistik Z pada variabel ini
lebih besar dari 5 persen 0,109 maka dikatakan bahwa variabel jangka waktu pembiayaan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pegembalian pembiayaan
pada KBMT WU. f
Frekuensi Pembiayaan Variabel frekuensi pembiayaan merupakan variabel kategorik, dimana
bernilai 0 jika sudah lebih dari satu kali melakukan pembiayaan dan bernilai 1 jika baru pertama kali melakukan pembiayaan. Hasil regresi logistik menunjukkan
80 bahwa nasabah yang baru pertama kali meminjam bernilai 1 memiliki koefisien
negatif -4,83944. Hal ini berarti bahwa nasabah yang baru melakukan pembiayaan berbanding negatif dalam mendukung kelancaran pengembalian
pembiayaan, dengan kata lain nasabah yang semakin sering meminjam mempunyai peluang lancar lebih besar. Nasabah yang sering melakukan
pembiayaan lebih berpengalaman dalam mengelola keuangan untuk mengangsur pembiayaannya. Selain itu frekuensi pembiayaan dapat menunjukkan tingkat
kepercayaan KBMT WU dalam memberikan pembiayaan kepada debitur. Semakin sering debitur mendapatkan pembiayaan berarti makin tinggi tingkat
kepercayaan KBMT WU terhadap debitur tersebut. Oleh karenanya debitur akan semakin berusaha menjaga kepercayaan tersebut dengan mengembalikan
pembiayaan secara lancar. Variabel ini juga tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian
pembiayaan pada KBMT WU karena P-value statistik Z pada variabel ini lebih besar dari 5 persen 0,173. Odds rasio senilai 0,01 menunjukkan bahwa debitur
yang baru sekali melakukan pembiayaan mempunyai peluang pengembalian pembiayaan 0,01 kali dibanding debitur yang sering melakukan pembiayaan.
g Pola Penagihan Variabel pola penagihan merupakan variabel kategori, dimana bernilai 0
jika pola penagihannya secara langsung dan bernilai 1 jika pola penagihannya secara tidak langsung. Hasil regresi logistik menunjukkan pola penagihan tidak
langsung bernilai 1 memiliki koefisien positif 0,394811 yang berarti bahwa pola penagihan tidak langsung berbanding positif dalam mendukung kelancaran
pengembalian pembiayaan. Hasil analisis ini menunjukkan hal demikian karena dalam penelitian ini semua responden yang pengembaliannya tidak lancar
merupakan debitur dengan pola tagihan secara langsung, sehingga analisis ini menyatakan bahwa pola penagihan tidak langsung memberikan peluang besar
dalam pengembalian pembiayaan secara lancar. Selain itu dari hasil wawancara juga diketahui bahwa debitur yang memilih pola angsurannya secara tidak
langsung debitur datang ke KBMT WU merupakan keinginan dari pihak debitur sendiri. Hal ini berarti kesediaan debitur untuk membayar sendiri ke KBMT WU
juga menunjukkan keseriusannya dalam membayar angsuran pembiayaan.
81 Namun variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
pengembalian pembiayaan pada KBMT WU dengan P-value statistik Z pada variabel ini lebih besar dari 5 persen
0,936
. Hal ini sesuai dengan hasil analisis deskriptif sebelumnya bahwa baik yang pengembaliannya lancar maupun yang
tidak lancar merupakan debitur dengan pola tagihan secara langsung. Odds rasio senilai 1,48 menunjukkan bahwa pola penagihan secara tidak langsung
mempunyai peluang pengembalian pembiayaan 1,48 kali dibanding debitur dengan pola penagihan langsung.
h Penggunaan Pembiayaan
Variabel penggunaan pembiayaan merupakan variabel kategori yang terdiri atas kegiatan produktif, kegiatan konsumtif, serta kegiatan produktif dan
konsumtif penggunaan pada dua kegiatan sekaligus. Hasil regresi logistik menunjukkan kegiatan konsumtif memiliki koefisien negatif -0,722283 artinya
bahwa penggunaan pembiyaan untuk konsumtif berbanding negatif dalam mendukung kelancaran pengembalian pembiayaan. Variabel ini tidak berpengaruh
nyata terhadap tingkat pengembalian pembiayaan karena P-value statistik Z nilainya lebih besar dari 5 persen
0,694
. Odds rasio sebesar 0,49 menunjukkan pembiayaan untuk kegiatan konsumtif mempunyai peluang 0,49 kali dalam
mengembalikan pembiayaan secara lancar dibandingkan penggunaan kegiatan produktif. Kemudian dilihat dari koefisien kegiatan produktif dan konsumtif
bertanda positif 2,95312, artinya pembiayaan yang sekaligus digunakan untuk kedua kegiatan tersebut berbanding positif dalam mendukung kelancaran
pengembalian pembiayaan. Menurut wawancara dengan responden dikatakan bahwa mereka masih dapat menutupi angsuran pembiayaan untuk konsumtif dari
laba yang dihasilkan pada kegiatan produktifnya. Variabel ini juga tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian pembiayaan karena P-value
statistik Z nilainya lebih besar dari 5 persen
0,346.
Odds rasio senilai 19,17 menunjukkan pembiayaan digunakan untuk kegiatan produktif dan konsumtif
mempunyai peluang 19,17 kali dalam mengembalikan pembiayaan secara lancar dibandingkan penggunaan kegiatan produktif saja.
82
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan