Koperasi Baitul Maal wat Tamwil BMT

21

2.3. Koperasi Baitul Maal wat Tamwil KBMT

KBMT yang merupakan gabungan dari istilah Koperasi dan istilah Baitul Maal wat Tamwil dapat diuraikan menurut istilahnya masing-masing yang selanjutnya akan diketahui alasan munculnya istilah KBMT.

2.3.1. Koperasi

Koperasi Indonesia menurut Undang-undang Republik Indonesia No 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dalam Sitio dan Tamba 2001 adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi berdasarkan jenis kegiatannya terdiri atas Raharjo, 1999: a Koperasi Konsumsi, yaitu koperasi yang menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi para anggotanya. b Koperasi Produksi, yaitu koperasi yang anggotanya mampu menghasilkan barang dengan tujuan melancarkan dan meningkatkan hasil produksi anggota. c Koperasi Kredit atau Simpan Pinjam KSP, yaitu koperasi yang kegiatannya meminjamkan uang atau kredit dengan bunga ringan. Dana yang dipinjamkan berasal dari simpanan para anggotanya. d Koperasi Jasa, yaitu koperasi yang kegiatannya berupa pelayanan jasa bagi anggota dan masyarakat seperti koperasi angkutan, dan koperasi asuransi. e Koperasi Serba Usaha KSU, yaitu koperasi yang mempunyai berbagai fungsi dimana kegiatannya meliputi beberapa jenis koperasi. Koperasi Unit Desa KUD merupakan salah satu contoh koperasi serba usaha dimana kegiatannya meliputi pelayanan kredit, penyediaan dan penyaluran sarana pertanian serta kebutuhan sehari-hari, mengolah dan memasarkan hasil panen serta melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya.

2.3.2. Baitul Maal wat Tamwil BMT

Istilah BMT sendiri merupakan penggabungan dari Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Baitul Maal berarti rumah dana dan Baitul Tamwil berarti rumah usaha. Berdasarkan esensinya, BMT dapat dikatakan sebagai organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Baitul Maal sebagai lembaga sosial berdampak pada tidak adanya keuntungan duniawi atau materi di dalamnya. Peran dan fungsi yang dijalankan 22 sama seperti yang dilakukan pada Lembaga Amil Zakat LAZ atau Badan Amil Zakat BAZ milik pemerintah. Fungsi tersebut meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq, sodhaqoh ZIS, wakaf dan sumber dana-dana sosial yang lain. Baitul Tamwil sebagai lembaga bisnis harus dapat berjalan sesuai prinsip bisnis yang efektif dan efisien dimana terbatas pada bisnis yang dihalalkan Ridwan, 2006. BMT awalnya berkembang sebagai Kelompok Swadaya Masyarakat KSM dan tidak memiliki badan hukum resmi, oleh karenanya diperlukan sebuah legalitas. Mengingat ruang lingkup usaha BMT yang dapat berkembang ke sektor keuangan maupun sektor riil, maka badan hukum yang paling mungkin untuk BMT adalah koperasi, dimana ruang lingkup usahanya bisa seperti Koperasi Serba Usaha KSU atau Koperasi Simpan Pinjam KSP. Oleh karenanya mulailah dikenal istilah Koperasi Baitul Maal wat Tamwil KBMT. Pemilihan badan hukum koperasi ini diperkuat dengan PP No. 9 Tahun 1995 pasal 2 ayat 1 yang membolehkan penerapan sistem bagi hasil pada koperasi. Adanya legalitas tersebut diharapkan dapat melindungi kepentingan masyarakat dan menjamin keamanan pengelola BMT dalam menjalankan kegiatannya serta dapat memenuhi tujuan memberdayakan masyarakat luas, sehingga kepemilikan kolektif BMT sebagaimana konsep koperasi akan mengenai sasaran Widodo et al. 1999. Tabel 3. Perbedaan Operasional BMT, KBMT dan Koperasi Konvensional Keterangan BMT KBMT Koperasi Konvensional Orientasi Laba dan sosial Laba dan sosial Laba Bentuk Usaha KSM Koperasi Koperasi Landasan Operasional Syariah Islam Syariah Islam dan peraturan perundangan Peraturan perundangan Kepemilikan Perorangan Kolektif Kolektif Operasional Pembiayaan Bagi Hasil Bagi Hasil Sisa Hasil Usaha SHU Sumber dan Laba Sistem bagi hasil mark up Sistem bagi hasil mark up dalam bentuk SHU Sistem bunga Pelayanan Proaktif ke lapang sistem‘jemput bola’ Proaktif ke lapang sistem ‘jemput bola’ Pasif, sebatas di kantor Permodalan Tabungan dan dana ZIS Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Sim- panan Sukarela ZIS Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Simpanan Sukarela Sumber: Widodo 1996 dalam Ekowati 2001 23 BMT sebagai KSM dan sebagai koperasi KBMT dalam landasan operasional yang berlandaskan syariah Islam tentu memiliki perbedaan dengan koperasi konvensional Tabel 3. Begitu pula jika KBMT dibandingkan dengan bank, maka perbedaannya adalah KBMT selain berciri khas prinsip koperasi juga hanya diperbolehkan menarik dan menyalurkan dana dari dan ke masyarakat dengan syarat menjadi anggota atau calon anggota terlebih dahulu, sedangkan bank tidak mensyaratkan hal tersebut.

2.4. Produk-produk Pembiayaan KBMT