Kerangka Operasional Penyaluran pembiayaan oleh KBMT kepada UMKM agribisnis dalam

36 4 Restrukturisasi, merupakan metode penyelesaian antara atau jalan keluar sementara penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan cara melakukan evaluasi dan pengubahan akad pembiayaan, jangka waktu, sistem anggsuran, besarnya agunan, besarnya nisbah bagi hasil, besarnya marjin, bahkan bila perlu ada penambahan plafond melalui pembaharuan akad. Langkah ini dilakukan kepada nasabah yang sulit mengembalikan pembiayaan dan berdasarkan hasil evaluasi usaha dan kondisi nasabah tidak mampu memenuhi kewajiban seseuai dengan akad yang telah disepakati di awal. 5 Penyitaan agunan, merupakan metode penyelesain pembiayaan bermasalah dengan cara barang atau harta yang dijadikan jaminan disita oleh KBMT yang kemudian dilelang atau dijual untuk dapat dijadikan aset lancar. Proses penyitaan harus memperhatikan aspek hukum yang berlaku. Langkah ini akan

3.2. Kerangka Operasional Penyaluran pembiayaan oleh KBMT kepada UMKM agribisnis dalam

rangka memberikan kemudahan akses permodalan terdapat beberapa hambatan. Adanya keterbatasan pada UMKM agribisnis baik itu yang bersifat personal maupun manajemen usaha, memberikan resiko dalam kegiatan penyaluran pembiayaan yaitu berupa pengembalian debitur yang tidak lancar dan mengakibatkan tidak stabilnya posisi keuangan KBMT. Perputaran modal yang lambat akibat banyaknya tunggakan dari pengembalian yang bermasalah akan menyebabkan KBMT mengalami kerugian. Selain itu adanya keterbatasan KBMT baik berupa permodalan maupun prosedur penyaluran pembiayaan juga menjadi penentu tingkat keberhasilan pengembalian pembiayaan oleh nasabah. Oleh karenanya penelitian ini akan mendeskripsikan prosedur penyaluran pembiayaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembalian pembiayaan. Hal ini penting untuk diketahui bagi pengambil keputusan untuk mencegah terjadinya pembiayaan yang bermasalah. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan terdiri dari karakteristik personal meliputi tingkat pendidikan, karakteristik usaha meliputi omzet usaha, dan pengalaman usaha, kemudian karakteristik pembiayaan meliputi jumlah pembiayaan, jangka waktu pembiayaan, frekuensi pembiayaan, pola tagihan, dan penggunaan pembiayaan. 37 Secara terinci mengenai pengaruh yang diduga berasal dari ketiga karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Karakteristik Personal Tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif dalam kelancaran pengembalian pembiayaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka diperkirakan akan lebih baik pengetahuannya akan pentingnya pengembalian pembiayaan secara lancar. 2 Karakteristik Usaha Pengalaman usaha diduga berpengaruh positif terhadap keberhasilan pengembalian pembiayaan karena pengalaman usaha yang semakin lama dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam mengelola usaha sehingga mendukung keberhasilan usaha yang digeluti. Keberhasilan usaha tersebut dapat menjamin perolehan pendapatan atau keuntungan sebagai sumber biaya hidup dan memberikan peluang kemampuan pengembalian pembiayaan secara lancar. Omzet akan berbanding lurus dengan tingkat keberhasilan pengembalian pembiayaan. Faktor ini menggambarkan kemampuan pengembalian pembiayaan, dimana pengusaha yang memiliki omzet tinggi akan berpeluang lebih besar untuk mengembalikan pembiayaan sesuai jadwal yang ditetapkan lembaga keuangan. 3 Karakteristik Pembiayaan Jumlah pembiayaan yang diterima debitur diduga berpengaruh negatif dengan keberhasilan pengembalian pembiayaan. Semakin besar jumlah pembiayaan yang diterima, mengharuskan debitur mengangsur setiap bulannya dengan jumlah yang besar, sehingga memungkinkan nasabah sulit untuk memenuhi kewajibannya secara lancar. Jangka waktu pembiayaan diduga berbanding lurus dengan tingkat pengembalian pembiayaan. Semakin lama jangka waktu pembiayaan maka akan memperkecil angsuran yang harus ditanggung nasabah. Frekuensi pembiayaan mengindikasikan bahwa, semakin sering menjadi debitur pembiayaan pada KBMT, maka nasabah akan lebih memahami bagaimana pola pembiayaan yang diambil dan bagaimana menggunakannya. Selain itu, seringnya menjadi debitur menunjukkan kredibilitas nasabah tersebut tidak diragukan lagi dalam memenuhi angsuran pembiayaan sehingga pihak KBMT 38 juga tidak ragu dalam memberikan pembiayaan kembali. Frekuensi pembiayaan akan berbanding lurus dengan keberhasilan pengembalian pembiayaan. Pola tagihan pembiayaan diduga menentukan keberhasilan pengembalian pembiayaan. Jika tagihan dilakukan secara langsung oleh pengurus KBMT diduga memiliki peluang pengembalian pembiayaan dengan lancar dibanding dengan tagihan secara tidak langsung. Hal ini karena tagihan langsung lebih memudahkan dan meringankan nasabah adalah hal waktu dan biaya. Penggunaan pembiayaan diduga menentukan keberhasilan pengembalian pembiayaan. Jika pembiayaan digunakan untuk kegiatan produktif maka diduga memiliki peluang pengembalian pembiayaan dengan lancar dibanding dengan penggunaan pembiayaan untuk kegiatan konsumtif. Hal ini karena kegiatan produktif memungkinkan memberikan laba sedangkan kegiatan konsumtif akan menghabiskan biaya tanpa memberikan laba. Demikian pula jika pembiayaan yang diterima nasabah digunakan untuk kegiatan produktif sekaligus konsumtif maka diduga memiliki peluang pengembalian lancar karena memungkinkan kegiatan konsumtifnya dapat dibayar dari laba kegiatan produktifnya. Kerangka pemikiran operasional yang telah diuraikan di atas dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut: 39 Gambar 8. Kerangka Pemikiran Operasional Penyaluran pembiayaan bagi UMKM agribisnis mempunyai resiko pengembalian pembiayaan tidak lancar Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan Tingkat pendidikan Omzet usaha Pengalaman usaha Jumlah pembiayaan Jangka waktu pembiayaan Frekuensi pembiayaan Pola tagihan Jenis penggunaan pembiayaan Analisis Deskriptif Pengelolaan penyaluran pembiayaan • Pengelolaan penyaluran pembiayaan Deskriptif • Karakteristik pengembalian pembiayaan: lancar dan tidak lancar Deskriptif • Faktor yang secara nyata berpengaruh terhadap tingkat pengembalian pembiayaan Regresi Logistik Analisis Kuantitatif Regresi Logistik Bahan evaluasi pertimbangan untuk penyusunan strategi dan kebijakan Umpan balik 40

3.3. Hipotesis Penelitian