23 BMT sebagai KSM dan sebagai koperasi KBMT dalam landasan
operasional yang berlandaskan syariah Islam tentu memiliki perbedaan dengan koperasi konvensional Tabel 3. Begitu pula jika KBMT dibandingkan dengan
bank, maka perbedaannya adalah KBMT selain berciri khas prinsip koperasi juga hanya diperbolehkan menarik dan menyalurkan dana dari dan ke masyarakat
dengan syarat menjadi anggota atau calon anggota terlebih dahulu, sedangkan bank tidak mensyaratkan hal tersebut.
2.4. Produk-produk Pembiayaan KBMT
KBMT dalam melaksanakan operasional pembiayaannya menerapkan pendekatan yang dikenal dengan Management by Culture, dimana norma dan
kultur Islam dijadikan sebagai acuan. KBMT menjalin hubungan harmonis dengan para anggota pembiayaannya, tidak hanya sekedar hubungan komersial
tetapi KBMT juga membina dan menyelesaikan masalah yang dihadapi anggota dengan pendekatan kekeluargaan disertai dengan usaha mensosialisasikan nilai-
nilai keIslaman. Prinsip operasional pembiayaan pada KBMT tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip yang digunakan oleh bank-bank Islam. Terdapat empat
prinsip yang dilaksanakan oleh KBMT yaitu prinsip bagi hasil, prinsip jual beli, prinsip sewa dan prinsip jasa Ridwan, 2006 dan Zulkifli, 2007
.
2.4.1. Pembiayaan Berprinsip Bagi Hasil Profit and Loss Sharing, Revenue Sharing
Sistem ini meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pemodal penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil ini dilakukan antara
KBMT dengan penyedia dana penabung dan antara KBMT dengan pengelola dana. Bentuk produk berdasarkan prinsip bagi hasil yaitu mudharabah dan
musyarakah. Kedua produk tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1
Musyarakah Partnership, Project Financing Partisipation Musyarakah syirkah atau syarikah atau serikat atau kongsi dalam
transaksinya dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan asset yang mereka miliki secara bersama-sama. Termasuk dalam
golongan musyarakah adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber
24 daya baik yang berwujud maupun yang tak berwujud. Semua modal usaha yang
ada disatukan untuk proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal atau dana baik dari pihak nasabah maupun bank berhak turut serta
dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Model musyarakah yang sering dilaksanakan pada KBMT dalam bentuk:
a Pembiayaan Proyek
Musyarakah biasanya digunakan untuk membiayai proyek-proyek dimana KBMT dan anggota bersama-sama menyediakan dana untuk membiayai
proyek. Setelah proyek selesai, anggota mengembalikan dana sebesar pokok investasi KBMT ditambah dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah dan
pendapatan atau keuntungan proyek. b
Modal Ventura Pada lembaga khusus yang diizinkan melakukan kegiatan usaha investasi pada
perusahaan atau proyek khusus, musyarakah sering diterapkan sebagai model modal ventura. Penanaman modal dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan
setelah selesai jangka waktunya, KBMT dapat menarik investasinya secara sekaligus atau bertahap sesuai dengan tahapan hasil usaha.
2 Mudharabah Trust Financing, Trust Investment
Secara spesifik terdapat skim bagi hasil yang populer dalam produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerjasama
usaha dimana pihak pertama sebagai shahibul maal menyediakan seluruh modal sedangkan pihak yang lain sebagai pengelola atau mudharib
3
menyediakan seluruh ketrampilan, tenaga dan waktu. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan
kontribusi seratus persen modal dari shahibul maal dan keahlian dari mudharib, sehingga dalam manajemen proyek tidak mensyaratkan wakil dari shahibul maal
atau bank, dengan kata lain tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan atau usaha nasabah, kecuali melakukan pengawasan atas usaha tersebut.
Perjanjian dalam menentukan nisbah keuntungan skim musyarakah dan mudharabah harus sesuai dengan kesepakatan bersama. Nisbah keuntungan harus
dinyatakan dalam bentuk persentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal rupiah tertentu dan bukan berdasarkan porsi setoran modal.
3
Al Qur’an Surat Al Muzammil, ayat 20 dan Surat Al Jum’ah ayat 10
25 Jadi, nisbah keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan, misalnya 50 : 50,
70 : 30, 60 : 40, atau bahkan 99 : 1. Tetapi nisbah tidak boleh 100 : 0, karena para ahli fiqih sepakat berpendapat bahwa mudharabah dan musyarakah tidak sah
apabila menguntungkan salah satu pihak saja. Selanjutnya penetapan nisbah yang telah disepakati tersebut memiliki ketentuan, apabila bisnis yang dijalankan
mendapat keuntungan maka kedua belah pihak mendapat bagian berdasarkan nisbah yang disepakati. Akan tetapi berbeda halnya apabila terjadi kerugian,
selama kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian pihak mudharib maka nisbah yang disepakati tidak berlaku karena kerugian tersebut harus dibagi
berdasarkan porsi modal masing-masing dan bukan berdasarkan nisbah. Hal ini dikarenakan kedua belah pihak memiliki kemampuan yang berbeda dalam
menanggung kerugian financial tersebut dan disinilah letak keadilan prinsip bagi hasil. Namun jika kerugian disebabkan oleh kelalaian atau kecurangan mudharib
maka mudharib yang berkewajiban menanggung kerugian tersebut dan wajib mengembalikan dana modal kepada KBMT sebesar 100 persen Ridwan, 2006.
Seperti yang telah diuraikan maka secara garis besar perbedaan sistem bagi hasil dibandingkan pada sistem bunga pada bank atau koperasi konvensional dapat
dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perbedaan Bagi Hasil dengan Bunga
Bunga Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung
Penentuan besarnya rasio nisbah dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada
kemungkinan untung dan rugi
Besarnya prosentase berdasarkan jumlah uang atau modal yang dipinjamkan
Besarnya jumlah bagi hasil berdasarkan nisbah dan keuntungan yang diperoleh
Pembayaran bunga selalu tetap sesuai dengan perjanjian tanpa mempertimbangkan
apakah proyek yang dibiayai untung rugi Bagi hasil sangat tergantung pada proyek
yang dibiayai. Bila proyek merugi, kerugian akan ditanggung bersama
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat meskipun jumlah keuntungan berlipat-lipat
keadaan ekonomi booming Jumlah pembagian hasil meningkat sesuai
dengan peningkatan pendapatan Eksistensi bunga diragukan oleh semua
agama termasuk agama Islam Tidak ada satupun agama yang meragukan
eksistensi bagi hasil
Sumber: M. Syafii Antonio dalam Ridwan 2006
26
24.2. Pembiayaan Berprinsip Jual Beli Bai’