Kualitas Aktiva Produktif KBMT Wihdatul Ummah Perbandingan Karakteristik Personal Responden

58 Berdasarkan Tabel 5, tingkat kesehatan pada KBMT WU dikategorikan cukup sehat dengan skor 77,6 pada tahun 2008 sedikit menurun dari tahun 2007 sebesar 78,8. Rasio CAR Capital Adequacy Ratio KBMT WU pada tahun 2008 sebesar 7,5 persen, artinya rasio modal bank dibanding aktiva tertimbang menurut resiko sebesar 7,5 persen. Menurut kategori perbankan CAR di atas empat persen termasuk dalam kategori A. Tetapi penghimpunan dana pada tahun 2008 belum tercapai CAR yang ideal karena untuk mencapai tingkat CAR yang ideal sebesar 12, 5 persen diperlukan tambahan modal Rp 179 juta. Tingkat profit salah satunya dapat dilihat dari ROA Return On Asset. Pada tahun 2008 ROA KBMT WU sebesar dua persen. ROA tersebut membandingkan laba yang didapatkan dengan seluruh sumber daya input atau total aset yang dimiliki oleh KBMT WU. Jika semakin sedikit nilai ROA, maka mencerminkan total aset yang dimiliki KBMT WU semakin besar. LDR Loan to Deposit Ratio KBMT WU sebesar 62 persen. LDR ini merupakan rasio total kredit yang diberikan oleh KBMT WU dibandingkan total dana pihak ketiga yang dihimpun. Rasio ini menggambarkan kemampuan KBMT WU membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan menarik kembali kredit-kredit yang diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah kemampuan likuiditasnya. Pada tahun 2008 rasio LDR sebesar 62 persen termasuk dalam kategori likuid dan baik karena LDR dikatakan tidak baik jika rasionya melebihi 110 persen. Nilai BOPO KBMT WU pada tahun 2008 sebesar 90 persen. Biaya Operasional BOPO merupakan besarnya pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Nilai 90 persen menunjukkan biaya operasional di KBMT WU sangat tinggi. Hal ini dapat mengurangi keuntungan yang dimiliki. Oleh karena itu sebaiknya dikurangi dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen yang efektif.

5.6. Kualitas Aktiva Produktif KBMT Wihdatul Ummah

Kategori tingkat pengembalian pembiayaan pada KBMT WU mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang terdiri atas pembiayaan lancar, pembiayaan kurang lancar, kategori diragukan dan kategori pembiayaan macet. Kategori tersebut adalah sebagai berikut: 59 1 Terlambat dalam pembayaran pinjaman dengan jangka waktu angsuran perhari minggu a 30 hari : lancar kolektibilitas I b 31-90 hari : kurang lancar kolektibilitas II c 90-120 hari : diragukankolektibilitas III d 120 hari : macetkolektibilitas IV 2 Terlambat dalam pembayaran pinjaman dengan jangka waktu angsuran perbulan a 3 bulan : lancar kolektibilitas I b 3-6 bulan : kurang lancar kolektibilitas II c 6-9 bulan : diragukankolektibilitas III d 9 bulan : macetkolektibilitas IV 3 Terlambat dalam pembayaran pinjaman dengan angsuran berdasarkan jatuh tempo a belum jatuh tempo : lancar kolektibilitas I b sudah jatuh tempo 3 bulan : kurang lancar kolektibilitas II c sudah jatuh tempo 6 bulan : diragukankolektibilitas III d sudah jatuh tempo 6 bulan : macetkolektibilitas IV Klasifikasi tingkat pengembalian pembiayaan pada KBMT WU berdasarkan kategori di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengembalian pembiayaan lancar pada tahun 2008 mencapai 97 persen meningkat dari tahun 2007 yang telah mencapai 93 persen Tabel 6. Hal ini berarti bahwa manajemen KBMT WU telah berhasil mengurangi nilai tunggakan dari para debiturnya. Tabel 6. Kualitas Aktiva Produktif KBMT WU Tahun 2007 - 2008 Klasifikasi 2007 2008 Penempatan pada bank 968.874.751 1.498.470.693 Lancar 1.995.616.942 2.929.567.968 Kurang Lancar 39.871.154 23.074.199 Diragukan 44.869.596 4.608.831 Macet 61.432.541 59.474.980 Jumlah 2.141.790.233 3.016.725.978 Sumber: KBMT Wihdatul Ummah 2008 60

5.7. Pengelolaan KBMT Wihdatul Ummah dalam Mendukung Keberhasilan Penyaluran Pembiayaan

Pengelolaan KBMT WU dalam mendukung keberhasilan penyaluran pembiayaan dilakukan dengan beberapa tindakan yaitu menetapkan prosedur penyaluran pembiayaan dan pengelolaan pembiayaan bermasalah.

5.7.1. Prosedur Penyaluran Pembiayaan

Prosedur ini bertujuan untuk mengantisipasi adanya resiko tunggakan pada pembiayaan yang akan disalurkan kepada calon debitur, prosedur tersebut sebagai berikut: 1 Pengajuan Pembiayaan Untuk memperoleh fasilitas pembiayaan maka tahap pertama mitra mengajukan permohonan pembiayaan kepada KBMT WU. Mitra dapat melakukan pengajuan pembiayaan dengan langsung datang ke KBMT, bagi mitra lama atau yang sebelumnya pernah mengajukan pembiayaan bisa melakukan pengajuan secara tidak langsung misalnya melalui telepon. Pengajuan pembiayaan ditangani bagian Janas Jasa Nasabah dimana mitra pengaju diwawancara untuk pengisian APP Aplikasi Permohonan Pembiayaan. Informasi-informasi yang terdapat pada APP menyangkut: a Identitas diri mitra pengaju b Tujuan penggunaan dana, jumlah yang diajukan, aqad pembiayaan, rencana pembayaran, jaminan. c Pendekatan syarat BMT meliputi: lama usaha minimal satu tahun, plafond di bawah BMPK Batas Maksimum Pemberian Kredit, persetujuan istri suami, angsuran dibayar dari modal kerja dan wilayah usaha berada pada wilayah usaha BMT. d Gambaran aktiva keluarga e Profil keuangan rumah tangga f Profil usaha g Denah lokasi rumah dan lokasi usaha Apabila pendekatan syarat BMT seperti di atas tidak terpenuhi maka Janas dapat menyampaikan langsung penolakan pembiayaan kepada mitra pengaju. Namun apabila ketentuan terpenuhi dan semua data telah lengkap dengan melampirkan salinan identitas diri beserta kartu keluarga, maka Janas 61 mendistribusikan APP kepada Kepala Bagian Marketing dan untuk selanjutnya kepala bagian marketing akan menunjuk AO Account Officer untuk memproses pembiayaan yang diajukan tersebut. 2 Analisis Pengajuan Pembiayaan Usulan pembiayaan kemudian diproses oleh AO dengan melakukan investigasi. Langkah awal yang dilakukan adalah analisis data pada APP sebagai bahan dalam melakukan survei usaha dan rumah yang biasa disebut dengan On The Spot OTS. Hal ini dilakukan untuk penyelidikan data yang ada pada APP apakah sesuai dengan kondisi di lapangan. Kegiatan investigasi meliputi prinsip penilaian 5 C Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition yaitu: 1 Character, penilaian ini meliputi analisis yuridis ke bagian administrasi pembiayaan, selain itu AO dapat melakukan wawancara informal dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan calon peminjam seperti tetangga, rekan usaha, supplier bahan baku, karyawan dan sebagainya untuk memperoleh informasi tentang calon peminjam. 2 Capacity, penilaian ini untuk menngetahui apakah usaha dari mitra layak tidak untuk mendapatkan pembiayaan. Informasi yang dibutuhkan untuk penilaian kelayakan usaha adalah tahun pendirian usaha, cara mempertahankan karyawan, lokasi usaha bila tidak strategis bagaimana cara mengatasinya, sumber dan cara memperoleh barang, jenis dan cara mendapatkan konsumen, cara penjualan, faktor yang mempengaruhi harga, sarana penunjang usaha, kemampuan mitra dalam melakukan usaha, serta tingkat perputaran persediaan barang. 3 Capital, kemampuan modal dinilai dengan pendekatan saving power yaitu kemampuan mitra melakukan angsuran dengan plafond yang sesuai. Hal ini dinilai dari laba bersih usaha setelah dikurangi dengan kebutuhan rumah tangga sehingga akan diperoleh saving power. Rasio angsuran besarnya maksimal 75 persen dari saving power 4 Collateral, jaminan digunakan sebagai penguat apabila kepribadian mitra yang bersangkutan meragukan. Penilaian terhadap jaminan meliputi jenis jaminan, nama pemilik, persetujuan pemilik, tahun pembuatan, kondisi jaminan, nilai taksasi sekarang dan saat jatuh tempo, dan proyeksi plafond maksimal adalah 62 80 persen dari nilai taksasi saat jatuh tempo, sehingga diperoleh kesimpulan apakah jaminan memadai atau tidak. Batasan jaminan disesuaikan dengan besarnya plafond, yaitu: 5 juta : jaminan dapat berupa harta lancar 5 – 10 juta : jaminan berupa BPKB 10 juta : jaminan berupa surat tanah, AJBT akta jual beli tanah 5 Condition, penilaian condition didasarkan pada titik kritis yang dihadapi oleh mitra baik dari sisi usaha, keluarga, maupun BMT. a Usaha. Pendekatan tentang faktor yan berpengaruh terhadap kinerja mitra dari segi konsumen, supplier, karyawan, pesaing, kemampuan mitra dalam mengelola usaha, serta situasi eksternal yang dapat memperburuk kondisi usahanya. Apabila ada faktor-faktor tersebut maka harus diketahui bagamana cara mengatasinya. b Keluarga Kesehatan, keharmonisan, pendidikan merupakan faktor yang dapat berpengaruh bagi usaha mitra dari segi keluarga untuk itu harus diketahui cara mengatasinya. c BMT Menyangkut faktor internal yang digunakan oleh BMT tentang penilaian terhadap mitra dan bagaimana cara mengatasinya. Hasil investigasi di atas selanjutnya diproses untuk menyusun MAP Memorandum Analisa Pembiayaan yang di dalamnya terdapat informasi- informasi berupa: a Profil keluarga dan profil usaha b Pengajuan c Analisis dan rekomendasi Dalam bagian ini terdapat pendekatan syarat BMT, pendekatan karakter, pendekatan kelayakan usaha, pendekatan jaminan, pendekatan saving power, pendekatan titik-titik kritis, rekomendasi dari AO proses untuk menentukan plafond dan jumlah angsuran. 63 d Keputusan akhir rapat komite Apabila terdapat kondisi yang tidak sesuai antara data pada APP dengan hasil survei maka pembiayaan yang diajukan akan ditolak, namun jika sesuai akan diproses lebih lanjut. 3 Persetujuan Komite Sirkuler BMT Berkas MAP yang telah diproses oleh AO selanjutnya diajukan ke komite sirkuler. Komite sirkuler terdiri dari pejabat 1 yaitu kepala bagian marketing dan pejabat 2 yaitu manajer. Berkas MAP didistribusikan kepada komite 1 dan 2 untuk dilakukan proses RTL Rencana Tindak Lanjut, jika ada pertanyaan dari komite 1 atau 2 tentang hasil MAP maka akan dikembalikan kepada AO untuk dijawab. Jika pembiayaan telah mendapat persetujuan dari komite maka AO melakukan negosiasi dengan mitra mengenai besarnya plafond, jumlah angsuran dan cara pembayaran. Apabila mitra menyetujui maka mitra menandatangani lembar persetujuan negosiasi untuk selanjutnya dibuat Surat Persetujuan Pembiayaan SPP dan semua berkas pembiayaan diserahkan ke bagian administrasi pembiayaan untuk dimintakan tanda tangan komite pembiayaan. 4 Pengikatan Pembiayaan dan Dropping Dana Setelah mendapat persetujuan dari komite pembiayaan, tahap selanjutnya bagian administrasi pembiayaan mempersiapkan pengikatan pembiayaan akad pembiayaan. Sebelum dilakukan pengikatan, semua dokumen asli dan dokumen jaminan harus telah diterima. Setelah dilakukan pengikatan pembiayaan, proses dropping pencairan dana dapat dilakukan. Dropping dana dilakukan oleh Kepala Bagian Operasional, apabila yang bersangkutan tidak ada maka diganti oleh Kepala Bagian Marketing, apabila juga tidak ada maka dilakukan oleh administrasi pembiayaan dan apabila tidak ada juga maka diganti oleh AO tetapi bukan AO yang memproses pembiayaannya. Pada waktu dropping dibacakan akad dan dilakukan verivikasi tanda tangan calon peminjam. Secara ringkas tahap pembiayaan pada KBMT WU menurut bagian-bagian yang menangani dapat dilihat pada gambar berikut: 64 Administrasi Pembiayaan Proses persetujuan Komite Pembiayaan dan Proses Pengikatan Pembiayaan Account Officer Negosiasi dan pemrosesan SPP Kabag. Operasional Realisasi dropping Jasa Nasabah Pengajuan pembiayaan dengan mengisi APP Kabag Marketing Menunjuk AO Komite Sirkuler Rencana Tindak Lanjut setujutidak Account Officer Analisis Pengajuan Pembiayaan berdasarkan 5 C dan pemrosesan MAP Gambar 10. Tahap Pembiayaan pada KBMT Wihdatul Ummah Sumber: KBMT Wihdatul Ummah 2008

5.7.2. Pengelolaan Pembiayaan Bermasalah pada KBMT Wihdatul Ummah

Pembiayaan bermasalah tunggakan pada KBMT WU dikelola dengan beberapa tindakan. Pertama, tindakan pencegahan pembiayaan bermasalah. Kedua, tindakan penyelesaian pembiayaan bermasalah. 1 Tindakan pencegahan pembiayaan bermasalah Sebelum permohonan disetujui dilakukan pencegahan kerugian dengan cara merancang prosedur dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi serta melakukan analisis pembiayaan dengan berpandangan pada 5C, seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Setelah pembiayaan disetujui atau selama masa pembayaran dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut: a Monitoring Kegiatan ini dilakukan setiap hari Selasa dengan tujuan untuk melihat prestasi anggaran dari mitra dalam satu minggunya khususnya untuk mitra dengan sistem anngsuran harian. Selain itu tujuan legiatan ini adalah menentukan tindakan yang seharusnya dilakukan untuk menangani pembiayaan yang bermasalah dari mitra yang angsuran prestasinya kurang bagus. b Evaluasi Bulanan Kegiatan evaluasi bulanan ditujukan untuk mengevaluasi aktivitas pembiayaan yang dilakukan bulan tersebut serta untuk menentukan rencana perbaikan bagi 65 bulan selanjutnya. Dalam kegiatan ini dievaluasi masalah-masalah yang timbul dalam aktivitas pembiayaan yang bermasalah serta penentuan tindakan penanganan yang tepat. c Evaluasi Semesteran Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan selama enam bulan sebelumnya dan membuat perbaikan perencanaan dalam enam bulam berikutnya dengan disesuaikan dengan hasil evaluasi yang telah dilakukan untuk enam bulan sebelumnya. Selain melakukan hal di atas, tindakan pencegahan pembiayaan bermasalah yang juga dilakukan KBMT WU diantaranya: a Penyaringan mitra sesuai dengan tingkat kolektibilitas pembiayaan KBMT WU dengan tujuan untuk mengetahui prestasi angsuran mitra. b Diversifikasi Pembiayaan. Diversifikasi pembiayaan pada KBMT WU didasarkan atas jenis usaha, wilayah geografis, besarnya tingkat plafond yang diajukan, pola pembayaran dan penagihan serta berdasarkan lama usaha mitra. Berdasarkan jenis usaha terbagi atas sektor perdagangan, jasa, industri dan lain-lain sedangkan berdasarkan wilayahnya KBMT WU mendiversifikasikan wilayah yang terdiri atas wilayah inti dan sekitar inti. Hal ini dilakukan untuk memudahkan teknis penagihan dan evaluasi pembiayaan. c Memenuhi BMPK. Pembiayaan yang diberikan harus memenuhi plafond atau persyaratan BMPK Batas Maksimum Pemberian Kedit, untuk KBMT WU BMPK sebesar 50 juta. Kebijakan ini berlaku sejak tahun 2003. 2 Tindakan penyelesaian pembiayaan bermasalah Penyebab pembiayaan bermasalah pada KBMT WU diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu: a Kondisi ekonomi, sosial dan politik global Penyebab pembiayaan bermasalah pada kelompok ini adalah adanya perubahan dalam kondisi ekonomi, politik, kebijakan pemerintah daerah, dan sebagainya yang berpengaruh pada kelangsungan usaha nasabah. b BMT internal Pembiayaan yang bermasalah kadang disebabkan oleh internal BMT yaitu pada proses investigasi pengajuan, misalnya: 66 a Kesalahan dalam analisis nilai taksasi jaminan b Terlalu mempercayai mitra PAG atau PCAG c Analisis usaha yang tidak detail d Penegasan barang jaminan yang kurang jelas e Kesalahan penilaian atas rekomendasi orang yang bisa dipercaya sebagai jaminan yang akan menanggung apabila pembiayaan macet. c Mitra Penyebab pembiayaan bermasalah dari kelompok ketiga disebabkan oleh mitra itu sendiri. Hal ini biasanya disebabkan oleh: a Mitra kemalingan b Mitra yang pindah tempat tinggal c Kondisi keluarga mitra seperti konflik keluarga atau terdapat keluarga yang sakit sehingga membutuhkan biaya pengobatan yang pada akhirnya menghambat pembayaran angsuran. d Mitra kesulitan untuk memperoleh barang dagangan karena kelangkaan barang atau karena kondisi ekonomi negara yang tidak mendukung. Tindakan penyelesaian pembiayaan bermasalah terbagi atas dua bagian yang didasarkan pada tingkat kolektibilitas debitur, yaitu dalam perhatian umum dan dalam perhatian khusus. a Dalam perhatian umum Debitur dengan kolektibilitas 2 kurang lancar mendapatkan penanganan dalam perhatian umum. Pada kasus ini biasanya penanganannya dilakukan oleh AO yang memproses pembiayaan dari yang bersangkutan. Tindakan yang dilakukan adalah memonitoring usaha dari mitra dan adanya teguran dari pihak BMT melalui AO yang memprosesnya. b Dalam perhatian khusus Kolektibilitas 2 yang sudah membahayakan, kolektibilitas 3 dan kolektibilitas 4 masuk ke dalam penanganan khusus. Penanganannya dilakukan oleh AO yang memproses pembiayaan dengan dibantu oleh bagian KAP, tetapi pada akhirnya yang akan menangani adalah bagian KAP. KBMT WU dituntut untuk dapat mempertanggungjawabkan aktivitas penyaluran dananya terhadap publik penyimpan dana. Untuk itu kualitas 67 pembiayaan haruslah diperhatikan, karena hal ini berkaitan dengan pembentukan kualitas aktiva produktif bagi KBMT WU. Peningkatan pembiayaan bermasalah mewajibkan KBMT WU membentuk cadangan penghapusan piutang yang diambil dari pendapatan atau laba yang diperoleh. Peningkatan pembiayaan bermasalah NPF Non Performing Financingmenyembabkan peningkatan jumlah cadangan penghapusan piutang sehingga mengurangi modal KBMT. Sadar akan pentingnya hal tersebut maka KBMT WU berupaya untuk dapat mengurangi jumlah pembiayaan bermasalah melalui berbagai cara penyelamatan pembiayaan bermasalah. Teknik penyelesaian pembiayaan bermasalah pada KBMT WU dilakukan dengan beberapa metode yaitu: a Resceduling Pada penelitian ini KBMT WU memberikan kelonggaran kepada mitranya untuk membayar hutang yang telah jatuh tempo dengan jalan menunda tanggal jatuh tempo tersebut. Dalam hal ini KBMT WU menggunakan istilah pembaharuan yaitu menyusun jadwal baru untuk angsuran setelah dilakukan analisis kelayakan usaha mitra. Besar dan lama angsuran dipengaruhi oleh kondisi keuangan mitra. b Restructuring KBMT WU melakukan langkah ini dengan memberikan tamabahan jumlah pembiayaan kepada mitra apabila dirasa dengan penambahan jumlah pembiayaan tersebut dapat memperbaiki usaha sehingga meningkatkan prestasi angsuran. c Penyitaan jaminan Penyitaan jaminan dilakukan apabila pembaharuan sudah tidak mungkin lagi dilakukan. Jaminan yang disita adalah jaminan yang tercatat dalam MAP Memorandum Analisa Pembiayaan. 68 VI KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN Karakteristik debitur responden baik yang lancar maupun yang tidak lancar dalam pengembalian pembiayaan diidentifikasi berdasarkan variabel- variabel yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian pembiayaan meliputi karakteristik personal, karakteristik usaha dan karakteristik pembiayaan. Karakteristik personal terdiri atas tingkat pendidikan. Karakteristik usaha mencakup omzet usaha, dan pengalaman usaha. Karakteristik pembiayaan meliputi jumlah pembiayaan, jangka waktu pembiayaan, frekuensi pembiayaan, pola penagihan dan jenis penggunaan pembiayaan. Debitur yang menjadi responden dalam penelitian ini merupakan nasabah KBMT WU yang bergerak pada UMKM agribisnis diantaranya adalah pedagang sayur, buah, ikan dan ayam baik dalam bentuk mentah maupun olahan. Berdasarkan karakteristik personal, tingkat pendidikan responden mulai dari tidak tamat SD hingga Perguruan Tinggi. Berdasarkan karakteristik usaha, kisaran omzet usaha responden antara Rp 1,5 juta hingga Rp 90 juta per bulan dengan lama usaha antara 2 tahun hingga 36 tahun. Berdasarkan karakteristik pembiayaan, jumlah pembiayaan berkisar antara 0,5 juta hingga 50 juta, jangka waktu pembiayaan antara 100 hari hingga 720 hari, sedangkan frekuensi pembiayaan antara 1 kali hingga lebih dari 5 kali. Pola penagihan terhadap debitur terdiri atas penagihan secara langsung dan tidak langsung dan untuk jenis penggunaan pembiayaan terdiri atas kegiatan produktif, konsumtif, dan keduanya sekaligus.

6.1. Perbandingan Karakteristik Personal Responden

a Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan pada umumnya tercermin dalam tindakan dan perilaku sehari-hari. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang biasanya lebih berdisiplin dan bertanggung jawab dalam menjalankan kewajibannya. Kaitannya dengan pengembalian pembiayaan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan semakin berdisiplin dan bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban membayar angsuran pembiayaan. Selain itu, semakin tinggi tingkat 69 pendidikan seseorang maka pengetahuan dan wawasannya semakin bertambah sehingga akan mendukung kemampuan mengelola usaha dengan baik. Tabel 7. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan untuk Setiap Tingkat Pengembalian Pengembalian Lancar Tidak Lancar Total Tingkat Pendidikan Jumlah Jumlah Jumlah Tidak tamat SD 2 20 2 7 SD 6 30 2 20 8 27 SMP 7 35 3 30 10 33 SMA 4 20 3 30 7 23 PT 3 15 3 10 Total 20 100 10 100 30 100 Sumber: Data Primer, diolah 2009 Berdasarkan Tabel 7, sebagian besar responden menyebar pada tingkat pendidikan SD hingga SMA yaitu sebanyak 83 persen 27+33+23. Tingkat pendidikan untuk responden yang tergolong lancar yaitu SD hingga SMP sebanyak 65 persen 30+35. Sedangkan tingkat pendidikan pada responden yang tergolong tidak lancar menyebar hampir merata pada semua tingkat pendidikan kecuali tingkat Perguruan Tinggi.

6.2. Perbandingan Karakteristik Usaha Responden