58 Berdasarkan Tabel 5, tingkat kesehatan pada KBMT WU dikategorikan
cukup sehat dengan skor 77,6 pada tahun 2008 sedikit menurun dari tahun 2007 sebesar 78,8. Rasio CAR Capital Adequacy Ratio KBMT WU pada tahun 2008
sebesar 7,5 persen, artinya rasio modal bank dibanding aktiva tertimbang menurut resiko sebesar 7,5 persen. Menurut kategori perbankan CAR di atas empat persen
termasuk dalam kategori A. Tetapi penghimpunan dana pada tahun 2008 belum tercapai CAR yang ideal karena untuk mencapai tingkat CAR yang ideal sebesar
12, 5 persen diperlukan tambahan modal Rp 179 juta. Tingkat profit salah satunya dapat dilihat dari ROA Return On Asset.
Pada tahun 2008 ROA KBMT WU sebesar dua persen. ROA tersebut membandingkan laba yang didapatkan dengan seluruh sumber daya input atau
total aset yang dimiliki oleh KBMT WU. Jika semakin sedikit nilai ROA, maka mencerminkan total aset yang dimiliki KBMT WU semakin besar.
LDR Loan to Deposit Ratio KBMT WU sebesar 62 persen. LDR ini merupakan rasio total kredit yang diberikan oleh KBMT WU dibandingkan total
dana pihak ketiga yang dihimpun. Rasio ini menggambarkan kemampuan KBMT WU membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan
dananya dengan menarik kembali kredit-kredit yang diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah kemampuan
likuiditasnya. Pada tahun 2008 rasio LDR sebesar 62 persen termasuk dalam kategori likuid dan baik karena LDR dikatakan tidak baik jika rasionya melebihi
110 persen. Nilai BOPO KBMT WU pada tahun 2008 sebesar 90 persen. Biaya
Operasional BOPO merupakan besarnya pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Nilai 90 persen menunjukkan biaya operasional di KBMT WU
sangat tinggi. Hal ini dapat mengurangi keuntungan yang dimiliki. Oleh karena itu sebaiknya dikurangi dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen yang efektif.
5.6. Kualitas Aktiva Produktif KBMT Wihdatul Ummah
Kategori tingkat pengembalian pembiayaan pada KBMT WU mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang terdiri atas pembiayaan lancar, pembiayaan
kurang lancar, kategori diragukan dan kategori pembiayaan macet. Kategori tersebut adalah sebagai berikut:
59 1
Terlambat dalam pembayaran pinjaman dengan jangka waktu angsuran perhari minggu
a 30 hari
: lancar kolektibilitas I b
31-90 hari : kurang lancar kolektibilitas II
c 90-120 hari
: diragukankolektibilitas III d
120 hari : macetkolektibilitas IV
2 Terlambat dalam pembayaran pinjaman dengan jangka waktu angsuran
perbulan a
3 bulan : lancar kolektibilitas I
b 3-6 bulan
: kurang lancar kolektibilitas II c
6-9 bulan : diragukankolektibilitas III
d 9 bulan
: macetkolektibilitas IV 3
Terlambat dalam pembayaran pinjaman dengan angsuran berdasarkan jatuh tempo
a belum jatuh tempo
: lancar kolektibilitas I b
sudah jatuh tempo 3 bulan : kurang lancar kolektibilitas II
c sudah jatuh tempo 6 bulan
: diragukankolektibilitas III d
sudah jatuh tempo 6 bulan : macetkolektibilitas IV
Klasifikasi tingkat pengembalian pembiayaan pada KBMT WU berdasarkan kategori di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengembalian
pembiayaan lancar pada tahun 2008 mencapai 97 persen meningkat dari tahun 2007 yang telah mencapai 93 persen Tabel 6. Hal ini berarti bahwa manajemen
KBMT WU telah berhasil mengurangi nilai tunggakan dari para debiturnya. Tabel 6. Kualitas Aktiva Produktif KBMT WU Tahun 2007 - 2008
Klasifikasi 2007
2008
Penempatan pada bank 968.874.751
1.498.470.693 Lancar
1.995.616.942 2.929.567.968
Kurang Lancar 39.871.154
23.074.199 Diragukan
44.869.596 4.608.831
Macet 61.432.541
59.474.980
Jumlah 2.141.790.233
3.016.725.978
Sumber: KBMT Wihdatul Ummah 2008
60
5.7. Pengelolaan KBMT Wihdatul Ummah dalam Mendukung Keberhasilan Penyaluran Pembiayaan
Pengelolaan KBMT WU dalam mendukung keberhasilan penyaluran pembiayaan dilakukan dengan beberapa tindakan yaitu menetapkan prosedur
penyaluran pembiayaan dan pengelolaan pembiayaan bermasalah.
5.7.1. Prosedur Penyaluran Pembiayaan
Prosedur ini bertujuan untuk mengantisipasi adanya resiko tunggakan pada pembiayaan yang akan disalurkan kepada calon debitur, prosedur tersebut sebagai
berikut: 1
Pengajuan Pembiayaan Untuk memperoleh fasilitas pembiayaan maka tahap pertama mitra
mengajukan permohonan pembiayaan kepada KBMT WU. Mitra dapat melakukan pengajuan pembiayaan dengan langsung datang ke KBMT, bagi mitra
lama atau yang sebelumnya pernah mengajukan pembiayaan bisa melakukan pengajuan secara tidak langsung misalnya melalui telepon. Pengajuan pembiayaan
ditangani bagian Janas Jasa Nasabah dimana mitra pengaju diwawancara untuk pengisian APP Aplikasi Permohonan Pembiayaan. Informasi-informasi yang
terdapat pada APP menyangkut: a
Identitas diri mitra pengaju b
Tujuan penggunaan dana, jumlah yang diajukan, aqad pembiayaan, rencana pembayaran, jaminan.
c Pendekatan syarat BMT meliputi: lama usaha minimal satu tahun, plafond di
bawah BMPK Batas Maksimum Pemberian Kredit, persetujuan istri suami, angsuran dibayar dari modal kerja dan wilayah usaha berada pada wilayah
usaha BMT. d
Gambaran aktiva keluarga e
Profil keuangan rumah tangga f
Profil usaha g
Denah lokasi rumah dan lokasi usaha Apabila pendekatan syarat BMT seperti di atas tidak terpenuhi maka Janas
dapat menyampaikan langsung penolakan pembiayaan kepada mitra pengaju. Namun apabila ketentuan terpenuhi dan semua data telah lengkap dengan
melampirkan salinan identitas diri beserta kartu keluarga, maka Janas
61 mendistribusikan APP kepada Kepala Bagian Marketing dan untuk selanjutnya
kepala bagian marketing akan menunjuk AO Account Officer untuk memproses pembiayaan yang diajukan tersebut.
2 Analisis Pengajuan Pembiayaan
Usulan pembiayaan kemudian diproses oleh AO dengan melakukan investigasi. Langkah awal yang dilakukan adalah analisis data pada APP sebagai
bahan dalam melakukan survei usaha dan rumah yang biasa disebut dengan On The Spot OTS. Hal ini dilakukan untuk penyelidikan data yang ada pada APP
apakah sesuai dengan kondisi di lapangan. Kegiatan investigasi meliputi prinsip penilaian 5 C Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition yaitu:
1 Character, penilaian ini meliputi analisis yuridis ke bagian administrasi
pembiayaan, selain itu AO dapat melakukan wawancara informal dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan calon peminjam seperti tetangga, rekan
usaha, supplier bahan baku, karyawan dan sebagainya untuk memperoleh informasi tentang calon peminjam.
2 Capacity, penilaian ini untuk menngetahui apakah usaha dari mitra layak
tidak untuk mendapatkan pembiayaan. Informasi yang dibutuhkan untuk penilaian
kelayakan usaha
adalah tahun
pendirian usaha,
cara mempertahankan karyawan, lokasi usaha bila tidak strategis bagaimana cara
mengatasinya, sumber dan cara memperoleh barang, jenis dan cara mendapatkan konsumen, cara penjualan, faktor yang mempengaruhi harga,
sarana penunjang usaha, kemampuan mitra dalam melakukan usaha, serta tingkat perputaran persediaan barang.
3 Capital, kemampuan modal dinilai dengan pendekatan saving power yaitu
kemampuan mitra melakukan angsuran dengan plafond yang sesuai. Hal ini dinilai dari laba bersih usaha setelah dikurangi dengan kebutuhan rumah
tangga sehingga akan diperoleh saving power. Rasio angsuran besarnya maksimal 75 persen dari saving power
4 Collateral, jaminan digunakan sebagai penguat apabila kepribadian mitra yang
bersangkutan meragukan. Penilaian terhadap jaminan meliputi jenis jaminan, nama pemilik, persetujuan pemilik, tahun pembuatan, kondisi jaminan, nilai
taksasi sekarang dan saat jatuh tempo, dan proyeksi plafond maksimal adalah
62 80 persen dari nilai taksasi saat jatuh tempo, sehingga diperoleh kesimpulan
apakah jaminan memadai atau tidak. Batasan jaminan disesuaikan dengan besarnya plafond, yaitu:
5 juta : jaminan dapat berupa harta lancar
5 – 10 juta : jaminan berupa BPKB 10 juta : jaminan berupa surat tanah, AJBT akta jual beli tanah
5 Condition, penilaian condition didasarkan pada titik kritis yang dihadapi oleh
mitra baik dari sisi usaha, keluarga, maupun BMT. a
Usaha. Pendekatan tentang faktor yan berpengaruh terhadap kinerja mitra dari segi
konsumen, supplier, karyawan, pesaing, kemampuan mitra dalam mengelola usaha, serta situasi eksternal yang dapat memperburuk kondisi usahanya.
Apabila ada faktor-faktor tersebut maka harus diketahui bagamana cara mengatasinya.
b Keluarga
Kesehatan, keharmonisan, pendidikan merupakan faktor yang dapat berpengaruh bagi usaha mitra dari segi keluarga untuk itu harus diketahui cara
mengatasinya. c
BMT Menyangkut faktor internal yang digunakan oleh BMT tentang penilaian
terhadap mitra dan bagaimana cara mengatasinya. Hasil investigasi di atas selanjutnya diproses untuk menyusun MAP
Memorandum Analisa Pembiayaan yang di dalamnya terdapat informasi- informasi berupa:
a Profil keluarga dan profil usaha
b Pengajuan
c Analisis dan rekomendasi
Dalam bagian ini terdapat pendekatan syarat BMT, pendekatan karakter, pendekatan kelayakan usaha, pendekatan jaminan, pendekatan saving
power, pendekatan titik-titik kritis, rekomendasi dari AO proses untuk menentukan plafond dan jumlah angsuran.
63 d
Keputusan akhir rapat komite Apabila terdapat kondisi yang tidak sesuai antara data pada APP dengan
hasil survei maka pembiayaan yang diajukan akan ditolak, namun jika sesuai akan diproses lebih lanjut.
3 Persetujuan Komite Sirkuler BMT
Berkas MAP yang telah diproses oleh AO selanjutnya diajukan ke komite sirkuler. Komite sirkuler terdiri dari pejabat 1 yaitu kepala bagian marketing dan
pejabat 2 yaitu manajer. Berkas MAP didistribusikan kepada komite 1 dan 2 untuk dilakukan proses RTL Rencana Tindak Lanjut, jika ada pertanyaan dari komite 1
atau 2 tentang hasil MAP maka akan dikembalikan kepada AO untuk dijawab. Jika pembiayaan telah mendapat persetujuan dari komite maka AO melakukan
negosiasi dengan mitra mengenai besarnya plafond, jumlah angsuran dan cara pembayaran. Apabila mitra menyetujui maka mitra menandatangani lembar
persetujuan negosiasi untuk selanjutnya dibuat Surat Persetujuan Pembiayaan SPP dan semua berkas pembiayaan diserahkan ke bagian administrasi
pembiayaan untuk dimintakan tanda tangan komite pembiayaan. 4
Pengikatan Pembiayaan dan Dropping Dana Setelah mendapat persetujuan dari komite pembiayaan, tahap selanjutnya bagian
administrasi pembiayaan mempersiapkan pengikatan pembiayaan akad pembiayaan. Sebelum dilakukan pengikatan, semua dokumen asli dan dokumen
jaminan harus telah diterima. Setelah dilakukan pengikatan pembiayaan, proses dropping pencairan dana dapat dilakukan. Dropping dana dilakukan oleh Kepala
Bagian Operasional, apabila yang bersangkutan tidak ada maka diganti oleh Kepala Bagian Marketing, apabila juga tidak ada maka dilakukan oleh
administrasi pembiayaan dan apabila tidak ada juga maka diganti oleh AO tetapi bukan AO yang memproses pembiayaannya. Pada waktu dropping dibacakan
akad dan dilakukan verivikasi tanda tangan calon peminjam. Secara ringkas tahap pembiayaan pada KBMT WU menurut bagian-bagian
yang menangani dapat dilihat pada gambar berikut:
64
Administrasi Pembiayaan Proses persetujuan Komite
Pembiayaan dan Proses Pengikatan Pembiayaan
Account Officer Negosiasi dan
pemrosesan SPP Kabag.
Operasional Realisasi
dropping Jasa Nasabah
Pengajuan pembiayaan dengan mengisi APP
Kabag Marketing Menunjuk AO
Komite Sirkuler Rencana Tindak Lanjut setujutidak
Account Officer Analisis Pengajuan
Pembiayaan berdasarkan 5 C dan pemrosesan MAP
Gambar 10. Tahap Pembiayaan pada KBMT Wihdatul Ummah
Sumber: KBMT Wihdatul Ummah 2008
5.7.2. Pengelolaan Pembiayaan Bermasalah pada KBMT Wihdatul Ummah
Pembiayaan bermasalah tunggakan pada KBMT WU dikelola dengan beberapa tindakan. Pertama, tindakan pencegahan pembiayaan bermasalah.
Kedua, tindakan penyelesaian pembiayaan bermasalah. 1 Tindakan pencegahan pembiayaan bermasalah
Sebelum permohonan disetujui dilakukan pencegahan kerugian dengan cara merancang prosedur dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi serta
melakukan analisis pembiayaan dengan berpandangan pada 5C, seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Setelah pembiayaan disetujui atau selama
masa pembayaran dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut: a
Monitoring Kegiatan ini dilakukan setiap hari Selasa dengan tujuan untuk melihat prestasi
anggaran dari mitra dalam satu minggunya khususnya untuk mitra dengan sistem anngsuran harian. Selain itu tujuan legiatan ini adalah menentukan
tindakan yang seharusnya dilakukan untuk menangani pembiayaan yang bermasalah dari mitra yang angsuran prestasinya kurang bagus.
b Evaluasi Bulanan
Kegiatan evaluasi bulanan ditujukan untuk mengevaluasi aktivitas pembiayaan yang dilakukan bulan tersebut serta untuk menentukan rencana perbaikan bagi
65 bulan selanjutnya. Dalam kegiatan ini dievaluasi masalah-masalah yang
timbul dalam aktivitas pembiayaan yang bermasalah serta penentuan tindakan penanganan yang tepat.
c Evaluasi Semesteran
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan selama enam bulan sebelumnya dan membuat perbaikan
perencanaan dalam enam bulam berikutnya dengan disesuaikan dengan hasil evaluasi yang telah dilakukan untuk enam bulan sebelumnya.
Selain melakukan hal di atas, tindakan pencegahan pembiayaan bermasalah yang juga dilakukan KBMT WU diantaranya:
a Penyaringan mitra sesuai dengan tingkat kolektibilitas pembiayaan KBMT
WU dengan tujuan untuk mengetahui prestasi angsuran mitra. b
Diversifikasi Pembiayaan. Diversifikasi pembiayaan pada KBMT WU didasarkan atas jenis usaha, wilayah geografis, besarnya tingkat plafond yang
diajukan, pola pembayaran dan penagihan serta berdasarkan lama usaha mitra. Berdasarkan jenis usaha terbagi atas sektor perdagangan, jasa, industri dan
lain-lain sedangkan berdasarkan wilayahnya KBMT WU mendiversifikasikan wilayah yang terdiri atas wilayah inti dan sekitar inti. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan teknis penagihan dan evaluasi pembiayaan. c
Memenuhi BMPK. Pembiayaan yang diberikan harus memenuhi plafond atau persyaratan BMPK Batas Maksimum Pemberian Kedit, untuk KBMT WU
BMPK sebesar 50 juta. Kebijakan ini berlaku sejak tahun 2003. 2 Tindakan penyelesaian pembiayaan bermasalah
Penyebab pembiayaan bermasalah pada KBMT WU diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu:
a Kondisi ekonomi, sosial dan politik global
Penyebab pembiayaan bermasalah pada kelompok ini adalah adanya perubahan dalam kondisi ekonomi, politik, kebijakan pemerintah daerah, dan
sebagainya yang berpengaruh pada kelangsungan usaha nasabah. b
BMT internal Pembiayaan yang bermasalah kadang disebabkan oleh internal BMT yaitu
pada proses investigasi pengajuan, misalnya:
66 a
Kesalahan dalam analisis nilai taksasi jaminan b
Terlalu mempercayai mitra PAG atau PCAG c
Analisis usaha yang tidak detail d
Penegasan barang jaminan yang kurang jelas e
Kesalahan penilaian atas rekomendasi orang yang bisa dipercaya sebagai jaminan yang akan menanggung apabila pembiayaan macet.
c Mitra
Penyebab pembiayaan bermasalah dari kelompok ketiga disebabkan oleh mitra itu sendiri. Hal ini biasanya disebabkan oleh:
a Mitra kemalingan
b Mitra yang pindah tempat tinggal
c Kondisi keluarga mitra seperti konflik keluarga atau terdapat keluarga
yang sakit sehingga membutuhkan biaya pengobatan yang pada akhirnya menghambat pembayaran angsuran.
d Mitra kesulitan untuk memperoleh barang dagangan karena kelangkaan
barang atau karena kondisi ekonomi negara yang tidak mendukung. Tindakan penyelesaian pembiayaan bermasalah terbagi atas dua bagian yang
didasarkan pada tingkat kolektibilitas debitur, yaitu dalam perhatian umum dan dalam perhatian khusus.
a Dalam perhatian umum
Debitur dengan kolektibilitas 2 kurang lancar mendapatkan penanganan dalam perhatian umum. Pada kasus ini biasanya penanganannya dilakukan
oleh AO yang memproses pembiayaan dari yang bersangkutan. Tindakan yang dilakukan adalah memonitoring usaha dari mitra dan adanya teguran dari
pihak BMT melalui AO yang memprosesnya. b
Dalam perhatian khusus Kolektibilitas 2 yang sudah membahayakan, kolektibilitas 3 dan kolektibilitas
4 masuk ke dalam penanganan khusus. Penanganannya dilakukan oleh AO yang memproses pembiayaan dengan dibantu oleh bagian KAP, tetapi pada
akhirnya yang akan menangani adalah bagian KAP. KBMT WU dituntut untuk dapat mempertanggungjawabkan aktivitas
penyaluran dananya terhadap publik penyimpan dana. Untuk itu kualitas
67 pembiayaan haruslah diperhatikan, karena hal ini berkaitan dengan
pembentukan kualitas aktiva produktif bagi KBMT WU. Peningkatan pembiayaan bermasalah mewajibkan KBMT WU membentuk cadangan
penghapusan piutang yang diambil dari pendapatan atau laba yang diperoleh. Peningkatan
pembiayaan bermasalah
NPF Non
Performing Financingmenyembabkan peningkatan jumlah cadangan penghapusan
piutang sehingga mengurangi modal KBMT. Sadar akan pentingnya hal tersebut maka KBMT WU berupaya untuk
dapat mengurangi jumlah pembiayaan bermasalah melalui berbagai cara penyelamatan pembiayaan bermasalah. Teknik penyelesaian pembiayaan
bermasalah pada KBMT WU dilakukan dengan beberapa metode yaitu: a
Resceduling Pada penelitian ini KBMT WU memberikan kelonggaran kepada
mitranya untuk membayar hutang yang telah jatuh tempo dengan jalan menunda tanggal jatuh tempo tersebut. Dalam hal ini KBMT WU
menggunakan istilah pembaharuan yaitu menyusun jadwal baru untuk angsuran setelah dilakukan analisis kelayakan usaha mitra. Besar dan lama
angsuran dipengaruhi oleh kondisi keuangan mitra. b Restructuring
KBMT WU melakukan langkah ini dengan memberikan tamabahan jumlah pembiayaan kepada mitra apabila dirasa dengan penambahan jumlah
pembiayaan tersebut dapat memperbaiki usaha sehingga meningkatkan prestasi angsuran.
c Penyitaan jaminan
Penyitaan jaminan dilakukan apabila pembaharuan sudah tidak mungkin lagi dilakukan. Jaminan yang disita adalah jaminan yang tercatat dalam MAP
Memorandum Analisa Pembiayaan.
68
VI KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN
Karakteristik debitur responden baik yang lancar maupun yang tidak lancar dalam pengembalian pembiayaan diidentifikasi berdasarkan variabel-
variabel yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian pembiayaan meliputi karakteristik personal, karakteristik usaha dan karakteristik pembiayaan.
Karakteristik personal terdiri atas tingkat pendidikan. Karakteristik usaha mencakup omzet usaha, dan pengalaman usaha. Karakteristik pembiayaan
meliputi jumlah pembiayaan, jangka waktu pembiayaan, frekuensi pembiayaan, pola penagihan dan jenis penggunaan pembiayaan.
Debitur yang menjadi responden dalam penelitian ini merupakan nasabah KBMT WU yang bergerak pada UMKM agribisnis diantaranya adalah pedagang
sayur, buah, ikan dan ayam baik dalam bentuk mentah maupun olahan. Berdasarkan karakteristik personal, tingkat pendidikan responden mulai dari tidak
tamat SD hingga Perguruan Tinggi. Berdasarkan karakteristik usaha, kisaran omzet usaha responden antara Rp 1,5 juta hingga Rp 90 juta per bulan dengan
lama usaha antara 2 tahun hingga 36 tahun. Berdasarkan karakteristik pembiayaan, jumlah pembiayaan berkisar antara 0,5 juta hingga 50 juta, jangka
waktu pembiayaan antara 100 hari hingga 720 hari, sedangkan frekuensi pembiayaan antara 1 kali hingga lebih dari 5 kali. Pola penagihan terhadap debitur
terdiri atas penagihan secara langsung dan tidak langsung dan untuk jenis penggunaan pembiayaan terdiri atas kegiatan produktif, konsumtif, dan keduanya
sekaligus.
6.1. Perbandingan Karakteristik Personal Responden
a Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan pada umumnya tercermin dalam tindakan dan perilaku sehari-hari. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang biasanya lebih
berdisiplin dan bertanggung jawab dalam menjalankan kewajibannya. Kaitannya dengan pengembalian pembiayaan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
diharapkan semakin berdisiplin dan bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban membayar angsuran pembiayaan. Selain itu, semakin tinggi tingkat
69 pendidikan seseorang maka pengetahuan dan wawasannya semakin bertambah
sehingga akan mendukung kemampuan mengelola usaha dengan baik. Tabel 7. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan
untuk Setiap Tingkat Pengembalian
Pengembalian Lancar
Tidak Lancar Total
Tingkat Pendidikan
Jumlah Jumlah
Jumlah Tidak tamat SD
2 20
2 7
SD 6
30 2
20 8
27 SMP
7 35
3 30
10 33
SMA 4
20 3
30 7
23 PT
3 15
3 10
Total 20
100 10
100 30
100 Sumber: Data Primer, diolah 2009
Berdasarkan Tabel 7, sebagian besar responden menyebar pada tingkat pendidikan SD hingga SMA yaitu sebanyak 83 persen 27+33+23. Tingkat
pendidikan untuk responden yang tergolong lancar yaitu SD hingga SMP sebanyak 65 persen 30+35. Sedangkan tingkat pendidikan pada responden
yang tergolong tidak lancar menyebar hampir merata pada semua tingkat pendidikan kecuali tingkat Perguruan Tinggi.
6.2. Perbandingan Karakteristik Usaha Responden