12
1.3. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis efektivitas penyaluran pembiayaan sistem syariah untuk sektor
agribisnis pada BPRS Amanah Ummah. 2.
Menganalisis pengaruh pembiayaan sistem syariah terhadap kinerja usaha di sektor agribisnis on-farm maupun off-farm pada BPRS Amanah Ummah.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dalam realisasi pembiayaan
sistem syariah untuk sektor agribisnis pada BPRS Amanah Ummah.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin didapatkan dalam penelitian ini adalah: 1.
Tersedianya informasi bagi pihak BPRS mengenai tingkat efektivitas pembiayaan syariah yang disalurkannya yang dapat dimanfaatkan sebagai
acuan bagi peningkatan kualitas penyaluran pembiayaan syariah kepada nasabah.
2. Tersedianya informasi mengenai kondisi skim pembiayaan syariah untuk
sektor agribisnis yang efektif yang dapat diterapkan oleh BPRS. Hasil penelitian dapat menjadi bahan kajian lembaga keuangan lainnya untuk
mengembangkan pertanian skala mikro melalui pembiayaan. 3.
Tersedianya informasi bagi pihak nasabah, lembaga keuangan, lembaga penjamin maupun pemerintah untuk menunjukkan pembiayaan syariah pada
sektor agribisnis dapat mencapai tingkat efektivitas terbaik agar semua pihak baik itu pemerintah, lembaga keuangan dan lembaga penjamin memperoleh
kemaslahatan bersama. Begitu pula jika diterapkan pada sektor pertanian secara luas, sehingga mampu mengembangkan sektor pertanian yang menjadi
tugas utama pembangunan bangsa ini. 4.
Tersedianya informasi untuk mengetahui faktor-faktor yang tepat untuk dijadikan sebagai acuan dalam realisasi dan penyaluran skim pembiayaan
syariah untuk sektor agribisnis, pada lembaga keuangan bermanfaat dalam mekanisme pembiayaan sedangkan pihak nasabah bermanfaat dalam proses
pemanfaatannya.
13
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah penelitian dilakukan dengan mengkaji lebih dalam mengenai pembiayaan syariah yang telah dilakukan oleh
BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor. Pada penelitian ini, pembatasan dilakukan pada sektor agribisnis on-farm maupun off-farm yang mencakup
pertanian dalam arti luas dan agroindustri yang memanfaatkan fasilitas skim pembiayaan syariah terutama dengan akad Murabahah baik itu dari sisi
penawaran melalui efektivitas mekanisme penyaluran pembiayaan syariah pada BPRS Amanah Ummah menurut pendapat BPRS dan keragaan pembiayaan
syariah pada nasabah serta sisi permintaan melalui kinerja usaha pada sektor agribisnis oleh nasabah setelah menerima pembiayaan syariah. Selain itu, dilihat
pula faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis di BPRS Amanah Ummah. Data didapatkan melalui data internal BPRS
Amanah Ummah dan berdasarkan informasi yang diperoleh secara langsung dan objektif melalui nasabah. Untuk data kinerja usaha pada sektor on-farm dan off-
farm didapatkan melalui wawancara langsung kepada nasabah pembiayaan syariah pada BPRS Amanah Ummah. Data yang dicari berkaitan dengan kondisi
skim pembiayaan syariah pada sektor agribisnis. Ada beberapa kriteria yang digunakan dalam menentukan responden yang dipilih, yaitu masih aktif menjadi
nasabah pembiayaan di BPRS Amanah Ummah, sedang dan masih menjalani usaha sesuai dengan pengajuan pembiayaan yang dilakukan, telah mendapatkan
hasil usaha dari pembiayaan yang dilakukan. Hal ini dilakukan untuk melihat kondisi usaha nasabah sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan syariah
pada BPRS Amanah Ummah.
14
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perbedaan Syariah dengan Konvensional
2.1.1. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Kusafarida 2003 dalam skripsinya meneliti tentang perbandingan kinerja keuangan dan efektivitas penyaluran kredit pada BPR konvensional dan BPR
Syariah. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kondisi dan perkembangan kedua usaha BPR, melihat tingkat kesehatan kedua BPR dan membandingkan
kinerja keuangannya, serta menganalisis efektivitas penyaluran kredit yang merupakan faktor kunci dalam menentukan keberhasilan kinerja suatu lembaga
keuangan. Pada penelitian ini, Kusafarida melihat kinerja dari kondisi keuangan dan
efektivitas penyalurannya. BPR dengan sistem syariah menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi dalam meningkatkan serta
mengembangkan kegiatan operasionalnya. Berdasarkan hasil perhitungan analisis likuiditas, BPR Bali
Dayaupaya Mandiri memiliki rasio yang fluktuatif dibanding BPRS Amanah Ummah. Krisis perekonomian Indonesia yang terjadi di tahun 1997-1998
berpengaruh pada tingkat kesehatan BPR Bali Dayaupaya Mandiri, sedangkan BPRS Amanah Ummah dengan sistem bagi hasilnya, menunjukkan kinerja yang
stabil dan mampu mempertahankan pergerakan grafik rasio-rasio keuangan yang relatif konstan.
Berdasarkan analisis efektivitas penyaluran kredit yang dilakukan berdasarkan penilaian skor keefektifan tanggapan nasabah responden, maka kedua
BPR tergolong kepada kategori efektif. Skor BPR Bali Dayaupaya Mandiri adalah 567 dan BPRS Amanah Ummah 586. Dengan demikian, penilaian keefektifan
berdasarkan tanggapan nasabah, BPRS Amanah Ummah relatif lebih efektif dari BPR Bali Dayaupaya Mandiri.
Berdasarkan penilaian menurut pihak bank yang didasarkan pada besarnya jumlah pinjaman dan jangkauan pelayanan, BPRS relatif lebih efektif dari BPR
Bali Dayaupaya Mandiri. Jika dilihat dari luas jangkauan pelayanan, sektor yang dibiayai oleh BPRS Amanah Ummah lebih banyak dari BPR Bali Dayaupaya
15 Mandiri. Namun dari besarnya tingkat kolektibilitasnya BPR Bali Dayaupaya
Mandiri adalah lebih baik. Dari berbagai analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
BPR dengan sistem syariah memiliki kemampuan yang lebih besar dalam memfasilitasi permodalan bagi UMKM. Selain itu, sistem bagi hasil yang
diberlakukan pada sistem syariah terbukti mampu mempertahankan kinerja bank dalam kondisi yang stabil.
Rindawati 2007 melakukan penelitian untuk melihat perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Penelitian
ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional pada periode 2001-2007 dengan menggunakan rasio
keuangan. Rasio keuangan yang digunakan terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR. Berdasarkan dari kriteria sampel yang telah ditentukan,
diperoleh dua kelompok sampel penelitian, yaitu dua bank umum syariah dan enam
bank umum konvensional. Alat analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini adalah independent sample t-test.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa Bank Syariah memiliki keunggulan dalam analisis rasio NPL dan LDR dibandingkan dengan
Bank Konvensional. Akan tetapi, Bank Syariah memiliki kelemahan dalam analisis rasio CAR, ROA, ROE, dan BOPO dibandingkan dengan Bank
Konvensional. Setelah diperoleh hasil dari rasio masing-masing bank, tahap selanjutnya adalah menganalisa kinerja bank secara keseluruhan dengan
menjumlahkan rasio masing-masing bank yang sebelumnya telah diberi bobot nilai yang sudah ditentukan. Variabel tersebut diberi nama “Kinerja”. Hasil
penjumlahan variabel “Kinerja” tersebut kemudian diolah dengan SPSS menggunakan independent sample t-test.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah Bank Syariah mempunyai rata-rata mean “Kinerja” sebesar 87,96 persen, lebih besar
dibanding dari mean “Kinerja” Bank Konvensional yang sebesar 81,84 persen. Hal ini berarti bahwa selama periode Juni 2001-Maret 2007 secara keseluruhan
perbankan syariah memiliki kinerja CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR lebih baik dibanding dengan perbankan konvensional.
16 Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kinerja BPR syariah lebih baik dibandingkan dengan BPR konvensional. Hal ini terlihat dari kemampuan BPR syariah yang lebih besar dalam memfasilitasi
permodalan bagi UMKM. Selain itu, sistem bagi hasil yang diberlakukan pada sistem syariah terbukti mampu mempertahankan kinerja bank dalam kondisi yang
stabil. Bank Syariah juga memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan Bank Konvensional. Hal ini terlihat dari hasil analisis rasio
keuangan secara keseluruhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Konvensional.
2.1.2. Perbandingan Kinerja Usaha dengan Pembiayaan Syariah dan Konvensional
Permana 2007 melakukan penelitian mengenai analisis perbandingan pengembangan usaha budidaya ikan konsumsi dengan pembiayaan syariah dan
kredit konvensional. Dalam penelitiannya, ia menggunakan studi kasus dengan satuan kasus yaitu pembudidaya ikan konsumsi yang mendapatkan pembiayaan
syariah, kredit konvensional serta modal pribadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan usaha budidaya ikan konsumsi dengan bantuan
pembiayaan syariah dan kredit konvensional, dengan menganalisis tingkat keuntungan, kelayakan finansial, serta analisis sensitivitas.
Dalam penelitiannya, Permana 2007 menggunakan analisis pendapatan usaha serta R-C Ratio pada budidaya ikan konsumsi. Bantuan pembiayaan dan
kredit diuji dengan kelayakan usahanya dengan menggunakan analisis kriteria investasi yaitu NPV, Net BC, dan IRR juga diadakan analisis sensitivitas dari
adanya perubahan harga bahan baku atau suku bunga. Kelayakan usaha yang diketahui dari analisis finansial menunjukkan bahwa pembiayaan ini turut
berperan dalam pengembangan usaha budidaya ikan konsumsi. Kelayakan usaha dapat diketahui dari analisis finansial serta memberikan informasi bagi hasil yang
layak dan mampu dibayar pembudidaya ikan berdasarkan besar IRR. Penyaluran pembiayaan yang efektif dapat meningkatkan pendapatan para
pembudidaya ikan yang dapat dinilai dari semakin layaknya usaha ini, selain itu ia melakukan analisis dengan sensitivitas terhadap perubahan atau kenaikan harga
bahan baku serta perubahan suku bunga. Selain itu, untuk melihat perbandingan
17 antara pembiayaan syariah dengan kredit konvensional, juga dikembangkan usaha
dengan modal pribadi jika mendapatkan pembiayaan syariah dan kredit konvensional dengan menggunakan analisis finansial.
Secara garis besar mekanisme pemberian kredit usaha antara perbankan syariah dan konvensional hampir sama. Hanya saja yang membedakan adalah dari
produk serta sistem pengembalian pinjaman yang digunakan. Perbankan konvensional menggunakan sistem suku bunga sedangkan perbankan syariah
menggunakan sistem bagi hasil atau margin. Berdasarkan hasil analisis usaha setelah pengembangan menunjukkan bahwa analisis usaha pengembangan dengan
menggunakan pembiayaan syariah dengan sistem Musyarakah
memiliki keuntungan usaha yang lebih besar jika dibandingkan dengan kredit konvensional.
Pengembangan usaha yang dilakukan dengan menggunakan pembiayaan sistem Musyarakah juga memiliki nilai NPV, Net BC, dan IRR yang lebih besar
diandingkan dengan usaha yang dikembangkan dengan bantuan kredit konvensional, sehingga usaha dengan bantuan pembiayaan syariah memiliki
kelayakan yang lebih baik jika dibandingkan dengan perbankan konvensional. Selain itu, analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap pembudidaya ikan
konsumsi menunjukkan bahwa usaha dengan bantuan pembiayaan syariah memiliki sensitivitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan usaha yang
dikembangkan dengan kredit konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa program pengembangan agribisnis di
Indonesia akan berjalan dengan lebih baik jika pola-pola pembiayaan yang diberikan menggunakan pola syariah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
diketahui bahwa pola pembiayaan dengan menggunakan sistem syariah ternyata lebih baik untuk diterapkan pada sektor pertanian secara luas dalam hal ini sektor
perikanan dibandingkan dengan pola kredit konvensional. Hal ini terbukti dari analisis usaha yang dilakukan menunjukkan bahwa pengembangan usaha dengan
menggunakan pembiayaan syariah menghasilkan keuntungan usaha yang lebih besar, memiliki nilai kriteria investasi yang lebih baik, dan lebih tahan terhadap
sensitivitas terhadap perubahan harga bahan baku maupun perubahan suku bunga.
18
2.2. Pengaruh Pembiayaan BPRS terhadap Pertumbuhan Usaha