42
4.3. Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang berkaitan dengan
penelitian ini. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan, penyebaran kuisioner, dan wawancara langsung dengan pihak terkait baik pihak internal
maupun eksternal. Pihak internal yaitu pihak BPRS yang berkompeten dan dapat memberikan informasi yang akurat mengenai penyaluran pembiayaan di sektor
pertanian. Sedangkan pihak eksternal yaitu responden dari pihak petani dan pedagang yang memiliki usaha agribisnis serta modal usahanya diperoleh dari
pembiayaan sistem syariah BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari berbagai arsip dan administrasi BPRS
Amanah Ummah, Bank Indonesia BI, Badan Pusat Statistik BPS, Departemen Pertanian, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Masyarakat Ekonomi
Syariah, Pusat Ekonomi Syariah serta studi literatur terkait di IPB dan melalui internet yang diperlukan untuk menunjang pembuatan laporan penelitian ini.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data diambil dengan menggunakan studi kasus case study. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan metode
pengamatan observasi, penelusuran literatur, penggunaan kuisioner, dan wawancara interview. Dalam hal ini, informasi atau keterangan diperoleh
melalui data primer dari responden dan pihak BPRS Amanah Ummah dengan cara tatap muka atau bercakap-cakap dan alat yang digunakan berupa kuisioner.
Sedangkan, data-data sekunder didapatkan dari berbagai macam sumber terkait, baik dari pihak BPRS Amanah Ummah maupun dari berbagai macam literatur.
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Sebelum diolah dan dianalisis, dilakukan beberapa prosedur pendahulan terhadap data yang
diperoleh yaitu mengedit data, membuat pengkodean, dan penggolongan beberapa kategori jawaban. Data akan disajikan dalam bentuk uraian, bagangambar, dan
tabel. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui keragaan pembiayaan pada responden yang dibandingkan dengan ketentuan penyaluran pembiayaan yang
43 diterapkan pada BPRS Amanah Ummah dan melihat tingkat efektivitas
pembiayaan syariah pada sektor agribisnis. Sedangkan, analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis pengaruh pembiayaan syariah terhadap kinerja
usaha dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis. Data serta informasi yang berhasil
dikumpulkan diolah dengan menggunakan alat bantu kalkulator dan komputer dengan program Excell dan Minitab 15.
Analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian dilakukan dengan dua metode. Metode-metode tersebut dapat dijelaskan berikut
ini:
4.5.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif ini digunakan untuk mengetahui efektivitas pembiayaan yang telah disalurkan BPRS kepada nasabah yang diukur melalui pengelolaan
pembiayaan dan ketepatan pemanfaatan pembiayaan. Berdasarkan jawaban dari nasabah responden kemudian dilihat keragaan pembiayaan yang ada untuk
menentukan apakah pembiayaan yang disalurkan BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang Bogor, sudah tergolong efektif atau tidak. Keefektifan pembiayaan
dilihat dari mekanisme penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah.
Sedangkan, faktor-faktor yang berpengaruh pada realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis diuraikan secara deskriptif. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis dilakukan secara deskriptif, yang sebelumnya dianalisa terlebih dahulu melalui
model persamaan regresi linier berganda, yang digunakan untuk melihat faktor- faktor yang berhubungan nyata dan tidak berpengaruh nyata serta mempengaruhi
secara signifikan.
4.5.1.1 Metode Analisis Efektivitas Penyaluran Pembiayaan
Untuk menganalisis efektivitas penyaluran pembiayaan
digunakan beberapa kriteria penilaian, baik menurut kriteria bank maupun keragaan
pembiayaan yang terjadi pada nasabah. Penentuan kriteria efektivitas untuk pihak
44 bank dan nasabah didapat berdasarkan literatur-literatur yang ada dan juga
wawancara dengan pihak yang bersangkutan. A. Menurut Kriteria Bank
Analisis akan dilakukan secara kualitatif. Data kualitatif didapat dari hasil wawancara dengan pihak bank dan juga data-data sekunder yang
didapat dari bank yang bersangkutan. Data-data yang didapatkan dianalisa dan diuraikan secara deskriptif. Untuk penilaian efektivitas menurut kriteria
bank digunakan lima kriteria, antara lain: 1.
Target dan Realisasi Realisasi disebut efektif apabila :
- Realisasi tersebut masih relatif sesuai dengan target yang ditentukan.
- Realisasi dari tahun ke tahun meningkat.
Realisasi disebut tidak efektif apabila : -
Realisasi tidak sesuai dengan target dan ketidaksesuaian itu jauh dari target yang diharapkan.
- Realisasi rata-rata dari tahun ke tahun mengalami penurunan.
2. Frekuensi Pembiayaan
Untuk frekuensi pembiayaan, jika dari tahun ke tahun frekuensi pembiayaan terus bertambah, maka hal ini mengindikasikan bahwa
kriteria frekuensi tersebut efektif. Namun jika frekuensi dari tahun ke tahun menurun maka jawaban tersebut menunjukkan bahwa untuk
kriteria frekuensi tidak efektif. 3.
Jangkauan Pembiayaan Jangkauan pembiayaan disebut efektif jika menjangkau banyak nasabah
dan menjangkau berbagai kegiatan usaha. Jika jangkauan pembiayaan tersebut terbatas, maka kriteria jangkauan pembiayaan tidak efektif.
4. Tunggakan Pembiayaan
Jika tidak ada tunggakan dari nasabahnya, maka kriteria tunggakan tersebut efektif. Sebaliknya jika dalam pengembalian pembiayaan
banyak sekali terdapat tunggakan dari nasabahnya, maka kriteria ini tidak efektif.
45 5.
Pelayanan Pembiayaan Sejauh mana tingkat pelayanan yang dilakukan, mulai dari pengajuan
pembiayaan sampai realisasi pembiayaan Jika pelayanan pembiayaan yang dilakukan sudah dinilai baik, maka kriteria ini efektif. Sebaliknya,
jika pelayanan pembiayaan yang dilakukan masih terdapat banyak kekurangan, maka kriteria ini tidak efektif.
Penilaian keefektifan dari pihak bank dapat disesuaikan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Penentuan keefektifan dilihat dari
jawaban dan data yang didapat. Jika seluruh kriteria mendukung kriteria efektif maka penyaluran dari sisi bank dapat disebut sangat efektif. Jika
antara tiga atau empat dari lima kriteria mendukung kriteria efektif maka penyaluran dari sisi bank dapat disebut efektif. Jika hanya ada dua kriteria
merupakan kriteria yang efektif, maka penyaluran pembiayaan ini dapat dikatakan kurang efektif. Namun, jika hanya ada satu kriteria yang
memenuhi, maka penyaluran pembiayaan dari sisi bank disebut tidak efektif. B. Keragaan Pembiayaan Syariah pada Nasabah
Penyaluran pembiayaan syariah pada nasabah dapat ditentukan apakah telah efektif atau tidak melalui keragaan pembiayaan syariah yang
terjadi pada nasabah dibandingkan dengan ketentuan yang telah ditetapkan BPRS Amanah Ummah. Untuk menentukan efektivitas dari keragaan
pembiayaan syariah tersebut digunakan enam kriteria, yakni: 1.
Persyaratan Awal Kriteria ini disebut efektif jika persyaratan awal yang diberikan mampu
dipenuhi oleh nasabah. Persyaratan awal yang efektif adalah apabila nasabah mampu mengikuti persyaratan yang memang harus ia penuhi.
Sedangkan jika persyaratan awal yang diminta tidak mampu dipenuhi oleh nasabah, maka kriteria ini menjadi tidak efektif.
2. Prosedur Pembiayaan
Prosedur yang efektif adalah prosedur yang dapat dipenuhi oleh nasabah. Dalam kriteria ini, paling tidak nasabah telah melalui tahapan yang
memang harus dilewatinya dalam prosedur pembiayaan. Sedangkan,
46 kriteria ini menjadi tidak efektif apabila tahapan yang dilewati oleh
nasabah tidak mengikuti aturan yang ada. 3.
Realisasi Pembiayaan Kriteria ini disebut efektif jika realisasi pembiayaan yang diberikan
cepat. Realisasi yang cepat adalah jika nasabahnya tidak perlu menunggu waktu yang lama untuk mendapatkan pembiayaan dimana maksimal
yaitu dua minggu dari pengajuan pembiayaan. Sedangkan, kriteria ini menjadi tidak efektif apabila nasabah menunggu realisasi pembiayaan di
atas dua minggu. 4.
Biaya Administrasi Jika biaya administrasi yang harus ditanggung sesuai dengan biaya riil
yang dikeluarkan. Sebaliknya, jika biaya administrasinya lebih besar, maka kriteria tersebut tidak efektif.
5. Nisbah Bagi HasilMargin
Kriteria ini disebut efektif jika nisbah bagi hasilmargin yang dibebankan kepada nasabah kecil. Nisbah bagi hasilmargin yang kecil adalah jika
nasabah dibebankan nisbah bagi hasilmargin sampai dengan 18 persen pertahun. Sedangkan, kriteria ini menjadi tidak efektif apabila nasabah
dibebankan nisbah bagi hasilmargin lebih dari 18 persen pertahun. 6.
Pelayanan dan Pembinaan Petugas Bank Kriteria ini disebut efektif jika pelayanan dan pembinaan yang diberikan
kepada nasabah telah lengkap sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan yang lengkap dalam memberikan pelayanan dan pembinaan
kepada nasabah adalah jika nasabah mendapatkan seluruh ketentuan pelayanan dan pembinaan dari petugas bank. Sedangkan, kriteria ini
menjadi tidak efektif apabila nasabah mendapatkan pelayanan dan pembinaan dari petugas bank yang tidak lengkap.
Penilaian keefektifan dilihat dari keragaan pembiayaan syaria yang ditujukan kepada nasabah pada sektor agribisnis dapat disesuaikan dengan
aturan-aturan yang telah ditetapkan. Penentuan keefektifan dilihat dari jawaban dan ketentuan BPRS Amanah Ummah. Jika seluruh kriteria yang ada
mendukung kriteria efektif maka penyaluran pembiayaan kepada nasabah
47 dapat disebut sangat efektif. Jika antara empat dan lima kriteria mendukung
kriteria efektif maka penyaluran pembiayaan kepada nasabah dapat disebut efektif. Jika antara dua dan tiga kriteria merupakan kriteria yang efektif, maka
penyaluran pembiayaan kepada nasabah dapat dikatakan kurang efektif. Namun, jika hanya ada satu kriteria yang memenuhi, maka penyaluran
pembiayaan kepada nasabah dapat disebut tidak efektif.
4.5.2. Metode Analisis Pengaruh Pembiayaan Syariah Terhadap Kinerja Usaha pada Sektor Agribisnis
Pada penelitian ini, untuk melihat perbandingan laba dan aset nasabah satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah mendapatkan pembiayaan syariah
menggunakan uji beda T-tes dua sampel berpasangan. Agar mempermudah pengolahan data untuk analisis uji beda t-tes dua sampel berpasangan digunakan
software Minitab 15. Analisis t-tes dua sampel berpasangan digunakan untuk menguji hipotesis
nol yang menyatakan tidak ada perbedaan rata-rata hitung antara dua sampel untuk data berpasangan Sulaiman, 2002 yaitu sebelum dan sesudah
mendapatkan pembiayaan syariah, misalnya X
11
, X
21
, X
12
, X
22
, ...., X
1n
, X
2n
dimana X
11
adalah pengamatan pertama dari sampel pertama, X
21
adalah pengamatan pertama dari sampel kedua dan begitu seterusnya. Maka hipotesis di
atas dapat diuji dengan menggunakan perbedaan antara nilai-nilai data berpasangan:
D
1
= X
11
– X
21
D
2
= X
12
– X
22 .
D
n
= X
1n
– X
2n
Maka statistik yang digunakan adalah: =
√ ⁄
dimana: D : rata-rata hitung dari nilai-nilai D
i
S
D
: standar deviasi dari nilai-nilai D
i
n : banyaknya pasangan
t : distribusi sampling t dengan derajat bebas n-1
48 Hipotesa:
H : tidak ada perbedaan rata-rata keuntungan usaha yang didapat antara sebelum
dan sesudah mendapat pembiayaan syariah H
1
: ada perbedaan rata-rata keuntungan usaha yang didapat antara sebelum dan sesudah mendapat pembiayaan syariah
Kriteria uji: H
ditolak apabila : t
hitung
t
tabel
, derajat bebas tertentu H
diterima apabila : t
hitung
t
tabel
, derajat bebas tertentu
4.5.3. Metode Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis
Pada penelitian ini, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis dilakukan melalui analisis
statistik. Dalam hal ini akan dikaji bagaimana variabel independen yang ada dapat mempengaruhi variabel dependen dalam suatu fenomena yang kompleks. Jika X
1,
X
2,
X
3
... Xk adalah variabel dependen, maka terdapat hubungan fungsional antara variabel X dan Y, dimana perubahan dari variabel X akan diiringi pula oleh
perubahan dari variabel Y. Secara Matematika, hubungan ini dapat dijabarkan sebagai berikut, Nazir 2005:
Y = f X
1,
X
2,
X
3
... Xk, e
Dimana: Y = Variabel Dependen
X = Variabel Independen e
= Disturbance Term Dengan kata lain, perubahan yang terjadi pada variabel Y disebabkan oleh
adanya perubahan dari variabel independen X dan oleh perubahan variabel random lainnya yang tidak dapat diketahui secara pasti. Diperlukan perhitungan
yang lebih detil untuk mengetahui apa yang menjadi variabel Y dan apa saja yng menjadi variabel X. Analisis Regresi yang digunakan ialah analisis regresi
berganda. Analisis regresi berganda adalah persamaan regresi dengan lebih dari satu
variabel dependen Y dengan lebih dari satu variabel Independen X
1,
X
2,
X
3
... Xk Wallpole, 1992. Oleh karena itu, untuk mengetahui faktor-faktor yang
49 mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis menggunakan
analisis regresi berganda untuk mengukur faktor-faktor penduga yang signifikan mempengaruhi variabel dependen. Analisis regresi berganda multiple regression
memiliki kaidah yang sama seperti analisis regresi sederhana. Rumus-rumus yang digunakan pun tidak lain adalah pengembangan dari rumus-rumus yang
digunakan pada regresi sederhana. Teknik regresi untuk melihat hubungan antara variabel yang memiliki
lebih dari dua variabel independen dapat dikembangkan dari prosedur di atas. Misalnya, untuk analisis regresi dari persamaan stokhastik.
Y = α + α
1
X
1
+ α
2
X
2
+ α
3
X
3
+ .... + e
Dalam penelitian ini, hipotesis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis adalah sebagai berikut:
1. Jumlah tanggungan keluarga, meliputi jumlah anggota keluarga yang harus
ditanggung. Faktor ini diduga berimplikasi pada pengeluaran keluarga. Besarnya pengeluaran keluarga merupakan pertimbangan pihak BPRS dalam
pemberian pembiayaan untuk melihat kemampuan dalam mengangsur pembiayaan. Hal ini akan berhubungan negatif dengan jumlah pembiayaan.
Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah: H
= Koefisien jumlah tanggungan keluarga tidak signifikan H
1
= Koefisien jumlah tanggungan keluarga signifikan 2.
Keuntungan usaha merupakan salah satu indikator kemampuan dalam membayar angsuran pembiayaan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh
diasumsikan akan semakin besar pula kemampuan membayar angsuran dari bagian keuntungan yang didapat. Sehingga, keuntungan usaha dengan jumlah
pembiayaan yang diberikan akan berhubungan positif. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah:
H = Koefisien pendapatan usaha tidak signifikan
H
1
= Koefisien pendapatan usaha signifikan 3.
Frekuensi pembiayaan merupakan pengalaman mengambil pembiayaan. Semakin
tinggi frekuensi
pengambilan pembiayaan
diduga akan
menimbulkan kepercayaan antara BPRS dengan nasabah. Sehingga, peluang
50 nasabah untuk meningkatkan pembiayaan akan lebih besar dari pembiayaan
sebelumnya Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah: H
= Koefisien frekuensi pembiayaan tidak signifikan H
1
= Koefisien frekuensi pembiayaan signifikan 4.
Nisbah bagi hasilmargin merupakan bagian dari profit sharing dan risk sharing dalam pengambilan pembiayaan. Semakin besar nisbah yang
dibebankan kepada nasabah, maka bank akan semakin tertarik memberikan pembiayaan pada usaha yang dilakukan nasabah. Berdasarkan hal tersebut,
hipotesis yang akan digunakan adalah: H
= Koefisien nisbah bagi hasil tidak signifikan H
1
= Koefisien nisbah bagi hasil signifikan 5.
Tahun pendidikan merupakan tingkatan pendidikan formal yang telah dilalui nasabah. Faktor ini diduga akan berimplikasi pada pengetahuan nasabah
terhadap pembiayaan. Semakin tinggi tahun pendidikannya maka peluang untuk mendapatkan pembiayaan lebih besar karena adanaya pengetahuan.
Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah: H
= Koefisien tahun pendidikan tidak signifikan H
1
= Koefisien tahun pendidikan signifikan 6.
Komposisi modal usaha merupakan bagian yang harus diketahui pada awal pembiayaan. Faktor ini diduga berpengaruh kepada pengambilan keputusan
BPRS untuk memberikan pembiayaan kepada nasabah. Semakin tinggi kompoisisi modal
yang dimiliki, maka semakin berpeluang untuk mendapatkan pembiayaan dari BPRS. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis
yang akan digunakan adalah: H
= Koefisien komposisi modal tidak signifikan H
1
= Koefisien komposisi modal signifikan 7.
Pengetahuan mengenai akad pembiayaan merupakan ukuran pengetahuan nasabah terhadap skim pembiayaan yang diambil. Hal ini diduga jika nasabah
memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai sistem pembiayaan, maka semakin mudah nasabah dalam perhitungan pembiayaan yang diduga akan
mempengaruhi realisasi pembiayaan secara positif. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah:
51 H
= Koefisien pengetahuan mengenai akad tidak signifikan H
1
= Koefisien pengetahuan mengenai akad signifikan 8.
Sektor usaha merupakan ukuran apakah nasabah melakukan usaha agribisnis pada sistem on-farm atau off-farm usaha perdagangan input ataupun hasil
pertanian dan pengolahan produk pertanian. Hal ini diduga bahwa sektor usaha off-farm akan lebih besar mendapatkan pembiayaan karena risiko yang
ada lebih sedikit serta siklus usaha yang lebih cepat daripada sektor usaha on- farm. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah:
H = Koefisien sektor usaha tidak signifikan
H
1
= Koefisien sektor usaha signifikan Berdasarkan uraian sebelumnya, maka persamaan mengenai faktor-faktor
yang diduga mempengaruhi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis adalah sebagai berikut:
Y = α + α
1
X
1
+ α
2
X
2
+ α
3
X
3
+ α
4
X
4
+ α
5
X
5 +
α
6
X
6
+ b
1
D
1
+ b
2
D
2
+ e
Dugaan nilai parameter:
α , α
1,
α
2,
α
3,
α
4,
α
5,
α
6,
dan b
1,
b
2
0 adalah koefisien untuk setiap faktor
Dimana: Y = Jumlah pembiayaan yang disalurkan rupiah
X
1
= Jumlah tanggungan keluarga orang X
2
= Keuntungan usaha rupiahtahun X
3
= Frekuensi pembiayaan kali X
4
= Nisbah bagi hasilmargin rupiahtahun X
5
= Tahun pendidikan tahun X
6
= Komposisi modal usaha persen D
1
= Pengetahuan mengenai akad pembiayaan dummy D
1
bernilai 1 jika tahu dan 0 jika tidak tahu D
2
= Sektor usaha dummy D
2
bernilai 1 jika sektor usaha on-farm secara luas dan 0 untuk yang lain Koefisien determinasi dihitung dengan rumus:
52 =
∑ +
∑ ∑
Untuk menentukan faktor yang berpengaruh nyata dan tidak berpengaruh nyata digunakan uji sebagai berikut:
1. Pengujian parsial terhadap parameter dugaan uji-t Statistik uji:
= Dimana:
a
i
= parameter penduga Sa
i
= standar deviasi parameter a
i
Hipotesa: H
= a
i
= 0 H
1
= a
i
≠ 0 Kriteria uji:
H ditolak apabila
: t
hitung
t
tabel
, derajat bebas tertentu H
diterima apabila : t
hitung
t
tabel
, derajat bebas tertentu Uji t digunakan untuk melihat apakah koefisien berbeda signifikansi dari nol
atau tidak untuk menentukan faktor yang berpengaruh nyata dan tidak berpengaruh nyata.
2. Pengujian serentak seluruh parameter dugaan uji-F
Statistik uji: =
⁄ ⁄
Dimana: ESS
= jumlah kuadrat yang dijelaskan RSS
= jumlah kuadrat residual k
= banyaknya parameter dugaan termasuk intersep n
= jumlah sampel Hipotesa:
H = a
i
= 0 H
1
= a
i
≠ 0 Kriteria uji:
H ditolak apabila
: F
hitung
F
tabel
, derajat bebas tertentu H
diterima apabila : F
hitung
F
tabel
, derajat bebas tertentu
53 3.
Pengujian terhadap adanya masalah multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas
Pengujian masalah multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF Variance Inflation Factors pada setiap variabel bebas, jika nilai VIF
lebih besar dari sepuluh menunjukkan adanya masalah multikolinearitas. Pengujian masalah autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson, jika nilai d
yang berkisar pada angka 2 menunjukkan bahwa model tersebut tidak mengandung autokorelasi. Sedangkan, pengujian masalah heteroskedastisitas
digunakan uji White Heteroskedasticity. Jika nilai obsR-square X
2
df = 2 atau probability P-value α, maka model tersebut tidak mengandung
heteroskedastisitas. Analisis dilakukan dengan menggunakan software Minitab 15 untuk mengetahui hasil-hasil analisisnya.
4.5.4. Pendugaan Nilai Elastisitas
Elastisitas adalah ukuran tingkat kepekaan suatu peubah endogen pada suatu persamaan terhadap perubahan dari peubah penjelas Pitaningrum dalam
Farida, 2007. Pada penelitian ini elastisitas digunakan untuk melihat kepekaan variabel yang ada terhadap realisasi pembiayaan syariah. Elastisitas yang
digunakan memiliki persamaan, sebagai berikut: =
dYi dXi
× Xı
Yı Dimana:
EX
i
= elasitisitas peubah X
i
= koefisien regresi dari peubah X
i
peubah eksogen = rata-rata peubah X
i
peubah eksogen = rata-rata peubah Y
i
peubah endogen Jika elastisitas lebih besar dari satu 1 maka peubah endogen memiliki
tingkat kepekaan yang tinggi atau responsif terhadap perubahan dari peubah eksogen. Jika elastisitas kurang dari satu 1 maka peubah endogen memiliki
tingkat kepekaan yang rendah atau tidak reponsif terhadap perubahan dari peubah eksogen Lipsey dkk, 1995.
54
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Sejarah Berdirinya PT. BPRS Amanah Ummah