112 Pada sektor pertanian, perikanan, dan peternakan on-farm, pembiayaan
syariah untuk sektor agribisnis yang digunakan sebagai modal kerja dan investasi dialokasikan untuk pembelian pakan, pembelian benih ikan, pembelian hewan
ternak, pembelian bahan bangunan untuk perbaikan kandang, serta penambahan dana pembelian lahan untuk pertanian. Hal tersebut dilakukan untuk menambah
volume usaha yang dijalankan serta untuk menjamin keberlangsungan usaha. Realisasi pemanfaatan pembiayaan yang terjadi di lapangan sering tidak
sama dengan perjanjian yang telah ditentukan. Hal ini sering disebabkan oleh munculnya permasaalahan yang terjadi pada nasabah dengan tiba-tiba dan hal
itulah yang membuat nasabah menggunakan dana pembiayaan tersebut untuk hal lain diluar usaha yang dijalankan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pembagian
pemanfaatan pembiayaan pada Tabel 15 di bawah ini.
Tabel 15. Sebaran Responden Menurut Kesesuaian Pemanfaatan Pembiayaan
Syariah Untuk Sektor Agribisnis pada Setiap Jenis Usaha
Jenis Usaha Kesesuaian Pemanfaatan
Total Ya
Tidak
Pertanian orang 1
1 Perikanan orang
4 4
Peternakan orang 3
3 Perdagangan orang
24 6
30
Total orang 32
6 38
Komposisi 84.21
15.79 100
Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa pada sektor usaha di bidang on-farm baik itu pertanian, perikanan maupun peternakan dapat memanfaatkan
pembiayaan yang diberikan sesuai dengan apa yang telah disepakati. Hal ini terlihat dari tidak adanya
nasabah yang menyalahgunakan pemanfaatan
pembiayaan syariah. Sebanyak satu orang nasabah dari sektor pertanian, empat orang nasabah sektor perikanan, dan tiga orang nasabah dari sektor peternakan
yang terbukti dapat memanfaatkan dengan baik pembiayaan yang diberikannya. Pada sektor perdagangan terdapat 24 orang nasabah yang memanfaatkan
pembiayaan syariah dengan tepat dan enam orang yang memanfaatkannya untuk keperluan lain diluar usaha agribisnis yang dijalankannya. Hal ini menunjukkan
ada sebesar 20 persen nasabah dari sektor perdagangan yang memanfaatkan pembiayaan syariah yang diberikan untuk penggunaan kebutuhan lain diluar
113 usaha yang dijalankannya. Pemanfaatan pembiayaan syariah tersebut digunakan
untuk konsumsi rumah tangga dari nasabah
tersebut. Walaupun pada pemanfaatannya tidak sesuai untuk usaha agribisnis. Namun, dalam pelunasan
pembiayaan yang diberikan nasabah tetap dapat membayarnya. BPRS Amanah Ummah harus meningkatkan pengawasan pada
pemanfaatan pembiayaan yang diberikan kepada nasabah. Terutama saat nasabah melakukan pembelian barang yang dibutuhkan, apakah barang tersebut sudah
sesuai baik barang, harga, kualitas, kuantitas, maupun spesifikasi yang diajukan kepada BPRS Amanah Ummah pada saat pengajuan pembiayaan. Hal ini karena
dalam prakteknya, BPRS Amanah Ummah hanya memberikan uang kepada nasabah sesuai dengan pengajuan pembiayaan dan hanya meminta nota pembelian
barang tersebut. Situasi inilah yang dapat mengakibatkan terjadinya ketidaksesuaian pada pemanfaatan pembiayaan oleh nasabah. Seringkali BPRS
Amanah Ummah tidak melakukan pemeriksaan keaslian nota pembelian barang yang diberikan nasabah. Meskipun demikian, nasabah tetap mampu membayar
angsuran dengan baik dan lancar. Kemampuan membayar ini didapatkan dari hasil usaha agribisnis yang mereka jalankan. Ketidaksesuaian yang terjadi bukan
berarti nasabah bertindak curang untuk tidak membayar pembiayaan syariah yang telah diberikan oleh BPRS Amanah Ummah.
6.3.2. Pengaruh Pembiayaan Syariah Terhadap Kinerja Usaha Nasabah
Berdasarkan wawancara, seluruh responden mengemukakan bahwa dalam usahanya rata-rata mereka mengalami kenaikan keuntungan usaha setelah
mendapatkan pembiayaan syariah, walaupun sekali waktu pernah mengalami kerugian. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha sesuai
dengan sektor usahanya seperti yang dikemukakan oleh responden dari sektor off- farm atau perdagangan, diantaranya adalah lokasi usaha, pengaruh kondisi
ekonomi, perbedaan harga barang, musim, dan kapasitas. Berbeda dengan responden pada sektor on-farm atau pertanian, perikanan dan peternakan, yang
mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha adalah cuaca, permintaan pasar, risiko produksi, perubahan harga input, dan isu
kesehatan.
114 Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa seluruh
responden mengalami perubahan keuntungan usaha pertahun antara sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan syariah. Namun, kenaikan keuntungan usaha
tersebut tidak semata-mata disebabkan oleh pembiayaan syariah yang diberikan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ada beberapa faktor yang ikut
berpengaruh terhadap keuntungan usaha nasabah. Perubahan keuntungan usaha pertahun nasabah sektor on-farm pertanian, perikanan, dan peternakan antara
sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Kondisi Keuntungan Usaha Pertahun Responden Sektor On-Farm
Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Pembiayaan Syariah
No. Komoditas
Usaha Keuntungan
UsahaTahun Sebelum Mendapat
Pembiayaan Rp Keuntungan
UsahaTahun Sesudah Mendapat Pembiayaan
Rp Selisih
Keuntungan UsahaTahun
Rp
1 Perikanan Ikan
Mas 466.103.325,00
504.503.325,00 38.400.000,00
2 Perikanan
1.828.499,84 3.968.499,84
2.140.000,00 3
Pertanian Padi -
16.604.333,20 16.604.333,20
4 Peternakan Sapi
Perah 29.736.999,96
77.464.000,04 47.727.000,08
5 Peternakan
Ayam 118.660.000,00
134.905.000,00 16.245.000,00
6 Peternakan
Ayam 119.219.999,80
136.945.000,00 17.725.000,20
7 Perikanan Lele
562.099.999,70 695.179.999,70
133.080.000,00 8
Perikanan Lele 518.789.999,80
610.853.999,80 92.064.000,00
Rata-Rata Hitung 227.054.853,01
272.553.019,70 45.498.166,69
Pada Tabel 16, dapat dilihat bahwa kondisi rata-rata keuntungan usaha pertahun responden dari sektor on-farm pertanian, perikanan, dan peternakan
seluruhnya mengalami kenaikan setelah mendapatkan pembiayaan syariah. Namun, ada satu nasabah dari sektor peternakan yang mendapatkan peningkatan
keuntungan tidak berasal dari peningkatan volume usahatani yang dilakukan melainkan dari perubahan harga antara input dan output yang dihasilkan. Hal ini
disebabkan pembiayaan syariah yang diterima digunakan untuk membeli bahan bangunan untuk perbaikan kandang ternak yang telah rusak. Sedangkan, nasabah
lainnya mengalami peningkatan keuntungan disebabkan adanya peningkatan volume usahatani perubahan input yang dibeli dan output yang dihasilkan. Hal
ini disebabkan mereka menggunakan pembiayaan syariah yang diberikan untuk
115 kebutuhan modal kerja, sehingga volume usahatani yang dilakukan ikut
bertambah. Pada sektor
off-farm atau perdagangan juga terjadi peningkatan
keuntungan usaha pertahun pada seluruh nasabah. Namun, tidak seluruh peningkatan keuntungan tersebut berasal dari pembiayaan syariah yang diberikan.
Perubahan keuntungan usaha pertahun nasabah sektor off-farm atau perdagangan antara sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan dapat dilihat pada Tabel
17.
Tabel 17. Kondisi Keuntungan Usaha Pertahun Responden Sektor Off-Farm
Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Pembiayaan Syariah
No. Komoditas Usaha
Keuntungan UsahaTahun
Sebelum Mendapat Pembiayaan Rp
Keuntungan UsahaTahun
Sesudah Mendapat Pembiayaan Rp
Selisih Keuntungan
UsahaTahun Rp
1 Pedagang Buah
86.547.500,04 143.607.500,00
57.059.999,96 2
Pedagang Daging 38.733.999,96
48.537.99,99 9.804.000,03
3 Pedagang Daging
42.033.999,96 63.534.999,96
21.501.000,00 4
Pedagang Beras 190.360.000,00
503.592.000,00 313.232.000,00
5 Pedagang Ayam
35.484.999,96 46.884.999,96
11.400.000,00 6
Pedagang Sayur 25.239.999,96
52.167.999,96 26.928.000,00
7 Pedagang Saprotan
105.792.000,00 129.330.000,00
23.538.000,00 8
Pedagang Ikan Asin 124.090.000,00
261.319.000,00 137.229.000,00
9 Pedagang Kerbau
32.808.000,00 41.988.000,00
9.180.000,00 10
Pedagang Sayur 58.110.000,00
68.257.500,00 10.147.500,00
11 Pedagang Ayam
45.229.999,96 85.419.999,96
40.190.000,00 12
Pedagang Ikan Cue 40.239.999,96
54.969.999,96 14.730.000,00
13 Pedagang Sayur
33.439.999,92 47.929.999,92
14.490.000,00 14
Pedagang Sayur 38.490.000,00
52.704.000,00 14.214.000,00
15 Pedagang Daging
74.670.000,12 98.076.000,10
23.405.999,98 16
Pedagang Ikan Asin 555.705.000,10
665.505.000,10 109.800.000,00
17 Pedagang Daging
132.894.000,00 155.463.000,00
22.569.000,00 18
Pedagang Buah 42.300.000,00
49.212.000,00 6.912.000,00
19 Pedagang Telur
27.399.000,00 45.300.000,00
17.901.000,00 20
Pedagang Kelapa 28.849.999,92
45.337.999,92 16.488.000,00
21 Pedagang Ikan Asin
129.126.500,10 252.385.000,10
123.258.500,00 22
Pedagang Snack 534.960.000,00
638.520.000,00 103.560.000,00
23 Pedagang Makanan
Olahan 68.310.000,00
86.103.600,00 17.793.600,00
24 Pedagang Buah
70.373.000,04 78.725.000,04
8.352.000,00 25
Pedagang Sayur 24.230.000,04
29.461.250,04 5.231.250,00
26 Pedagang Ikan
267.385.000,00 275.785.000,00
8.400.000,00 27
Pedagang Tempe dan Kikil
46.265.000,04 71.177.000,04
24.912.000,00 28
Pedagang Ayam 36.294.999,96
50.649.999,96 14.355.000,00
29 Pedagang Kambing
46.788.000,00 62.940.000,00
16.152.000,00 30
Pedagang Buah 83.585.000,04
100.295.000,00 16.709.999,96
Rata-Rata Hitung 102.191.200,00
143.505.995,00 41.314.795,00
116 Pada Tabel 17, dapat dilihat bahwa kondisi rata-rata keuntungan usaha
pertahun responden dari sektor off-farm atau perdagangan seluruhnya mengalami kenaikan setelah mendapatkan pembiayaan syariah. Namun, ada beberapa
nasabah yang mengalami peningkatan keuntungan usaha tersebut tidak dari pembiayaan syariah yang diberikan. Hal ini disebabkan sejumlah nasabah
menggunakan pembiayaan syariah yang mereka terima untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan investasi usaha seperti pembelian kendaraan bermotor,
pembelian rumah, perbaikan dan renovasi rumah, maupun pembelian kios baru. Peningkatan keuntungan usaha yang mereka terima lebih disebabkan oleh adanya
perubahan harga barang yang mereka perdagangkan. Sedangkan, nasabah lainnya mengalami peningkatan keuntungan usaha pertahun karena adanya peningkatan
volume penjualan yang disebabkan oleh bertambahnya persediaan barang akibat pembiayaan syariah yang diterima.
Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan syariah memberikan pengaruh rata- rata keuntungan usaha pertahun responden sektor on-farm dan sektor off-farm,
sehingga setelah mendapatkan pembiayaan syariah kapasitas produksi maupun kapasitas penjualan
nasabah mengalami peningkatan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kenaikan kapasitas produksi maupun kenaikan kapasitas penjualan tidak sepenuhnya disebabkan oleh pembiayaan syariah yang diberikan, melainkan
ada faktor lain yang lebih berpengaruh yaitu kondisi perubahan harga input dan output barang.
Selanjutnya akan dilihat seberapa besar pengaruh pembiayaan terhadap usaha nasabah pada tiap-tiap komoditas yang ada. Hal tersebut dilakukan untuk
melihat komoditas yang mengalami peningkatan kinerja terbesar setelah mendapatkan pembiayaan syariah dari BPRS Amanah Ummah. Data-data tersebut
terangkum dalam Tabel 18. Berdasarkan Tabel 18, diketahui bahwa komoditas usaha yang mengalami peningkatan kinerja terbesar adalah beras. Sedangkan,
komoditas yang mengalami peningkatan kinerja terkecil adalah ikan. Hal ini disebabkan pedagang beras tersebut memperoleh pembiayaan dan memiliki skala
usaha yang terbesar dibandingkan dengan pedagang komoditas lainnya. Sehingga ia dapat meningkatkan kinerja usahanya jauh lebih baik dibandingkan dengan
pedagang komoditas lainnya. Pedagang ikan mengalami peningkatan kinerja yang
117 terkecil disebabkan satu diantara dua pedagang ikan yang ada menggunakan
pembiayaan untuk kebutuhan konsumtif, yaitu pembelian rumah. Sehingga kinerja usaha yang dijalankan tidak mengalami peningkatan yang optimal.
Tabel 18. Kondisi Keuntungan Usaha Pertahun Responden Sektor Off-Farm
Sesuai Komoditas Usaha Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Pembiayaan Syariah
No. Komoditas Usaha
Keuntungan UsahaTahun Sebelum
Mendapat Pembiayaan Rp
Keuntungan UsahaTahun
Sesudah Mendapat Pembiayaan Rp
Selisih Keuntungan
UsahaTahun Rp
1 Pedagang Buah
70.701.375,03 92.959.875,01
22.258.499,98 2
Pedagang Ayam 39.003.333,29
60.984.999,96 21.981.666,67
3 Pedagang Daging
72.083.000,01 64.840.250,01
19.320.000,00 4
Pedagang Ikan Asin 269.640.500,07
393.069.666,73 123.429.166,67
5 Pedagang Ikan
153.812.499,98 165.377.499,98
11.565.000,00 6
Pedagang Sayur 35.901.999,98
50.104.149,98 14.202.150,00
7 Pedagang Snack dan
Makanan Olahan 216.511.666,68
265.266.866,68 48.755.200,00
8 Pedagang Telur
27.399.000,00 45.300.000,00
17.901.000,00 9
Pedagang Beras 190.360.000,00
503.592.000,00 313.232.000,00
10 Pedagang Saprotan
105.792.000,00 129.330.000,00
23.538.000,00 11
Pedagang Kelapa 28.849.999,92
45.337.999,92 16.488.000,00
12 Pedagang Hewan
Ternak 39.798.000,00
52.464.000,00 12.666.000,00
6.3.3. Perbedaan Keuntungan Usaha Pertahun Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Pembiayaan Syariah
Hasil pengujian T-tes untuk keuntungan usaha pertahun nasabah sektor on-farm sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan syariah secara statistik
disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Rata-rata Hitung Keuntungan Usaha Sektor On-farm Sebelum
dan Sesudah Mendapatkan Pembiayaan Syariah
Keuntungan Usaha Rata-rata Hitung Rp
n Standar Deviasi Rp
Sebelum 227.054.853
8 244.686.905
Sesudah 272.553.020
8 282.818.891
Pada Tabel 19 terlihat bahwa kondisi keuntungan usaha sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan syariah mengalami perubahan kearah
pertumbuhan dengan rata-rata hitung laba sebelum mendapatkan pembiayaan syariah adalah Rp. 227.054.853 dan rata-rata hitung sesudah mendapatkan
pembiayaan syariah adalah Rp. 272.553.020 dengan jumlah responden sebanyak delapan orang nasabah dari sektor on-farm. Diketahui sebaran data sebelum
118 mendapatkan pembiayaan syariah sebesar Rp. 244.686.905 dan sesudah
mendapatkan pembiayaan syariah sebesar Rp. 282.818.891 berarti semakin besar sebarannya semakin bervariasi nilai datanya.
Tabel 20. Hasil Uji T-tes Keuntungan Usaha Sektor On-farm Sebelum dan
Sesudah Mendapatkan Pembiayaan Syariah
Keuntungan Usaha
Rata-rata Hitung Rp
Standar Deviasi Rp
T db
Signifikan
Sebelum- Sesudah
- 45.498.167 45.097.017
- 2,85 7
0,025 Dapat dilihat pada Tabel 20, dari hasil perhitungan menggunakan software
Minitab 15 didapat nilai T-hitung sebesar – 2,85 jika di harga mutlakkan T- hitung tersebut menjadi 2,85, selain itu diperoleh nilai T-tabel sebesar 1,943.
Karena T-hitung lebih besar daripada T-tabel dengan taraf signifikansi sebesar 0,025 atau lebih kecil dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis H
1
yang menyatakan adanya perbedaan rata-rata keuntungan usaha yang didapat antara
sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan syariah diterima. Dengan kata lain bahwa ternyata pembiayaan syariah memberikan dampak perbedaan yang
signifikan antara rata-rata laba sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan syariah.
Sedangkan, hasil pengujian T-tes untuk keuntungan usaha pertahun nasabah sektor off-farm sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan syariah
secara statistik disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21.
Rata-rata Hitung Keuntungan Usaha Sektor Off-farm Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Pembiayaan Syariah
Keuntungan Usaha Rata-rata Hitung Rp
N Standar Deviasi Rp
Sebelum 102.191.200
30 129.809.367
Sesudah 143.505.995
30 167.467.344
Pada Tabel 21 terlihat bahwa kondisi keuntungan usaha sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan syariah mengalami perubahan kearah
pertumbuhan dengan rata-rata hitung laba sebelum mendapatkan pembiayaan syariah adalah Rp. 102.191.200 dan rata-rata hitung sesudah mendapatkan
pembiayaan syariah adalah Rp. 143.505.995 dengan jumlah responden sebanyak 30 orang nasabah dari sektor off-farm. Diketahui sebaran data sebelum
119 mendapatkan pembiayaan syariah sebesar Rp. 129.809.367 dan sesudah
mendapatkan pembiayaan syariah sebesar Rp. 167.467.344 berarti semakin besar sebarannya semakin bervariasi nilai datanya.
Tabel 22. Hasil Uji T-tes Keuntungan Usaha Sektor Off-farm Sebelum dan
Sesudah Mendapatkan Pembiayaan Syariah
Keuntungan Usaha
Rata-rata Hitung Rp
Standar Deviasi Rp
T db
Signifikan
Sebelum- Sesudah
- 41.314.795 61.891.104
- 3,72 29
0,001 Dapat dilihat pada Tabel 22, dari hasil perhitungan menggunakan software
Minitab 15 didapat nilai T-hitung sebesar -3,72 jika di harga mutlakkan T-hitung tersebut menjadi 3,72, selain itu diperoleh nilai T-tabel sebesar 1,699. Karena T-
hitung lebih besar daripada T-tabel dengan taraf signifikansi sebesar 0,001 atau lebih kecil dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis H
1
yang menyatakan adanya perbedaan rata-rata keuntungan usaha yang didapat antara sebelum dan
sesudah mendapatkan pembiayaan syariah diterima. Dengan kata lain bahwa ternyata pembiayaan syariah memberikan dampak perbedaan yang signifikan
antara rata-rata laba sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan syariah. Keuntungan usaha merupakan selisih antara pendapatan total usaha
dengan biaya total yang dikeluarkan termasuk biaya margin yang harus dibayarkan kepada bank. Terjadinya kenaikan keuntungan usaha memperlihatkan
bahwa suatu usaha mengalami pertumbuhan. Hal itu terlihat dari rata-rata hitung keuntungan usaha sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan syariah
mengalami peningkatan. Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi keuntungan usaha, pada sektor on-farm pertanian, perikanan, dan peternakan faktor yang
mempengaruhi keuntungan usaha adalah cuaca, musim, permintaan pasar, risiko produksi, perubahan harga input, jumlah produksi, dan isu kesehatan. Sedangkan,
pada sektor off-farm atau perdagangan faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha diantaranya adalah lokasi usaha, pengaruh kondisi ekonomi, perbedaan
harga barang, musim, kapasitas dan variasi barang, serta kepercayaan pelanggan. Pada sektor on-farm pertanian, perikanan, dan peternakan, dengan
adanya tambahan modal kerja maupun investasi usaha akan berdampak langsung terhadap volume produksi yang mengalami peningkatan dan berbanding lurus
120 dengan keuntungan bersih usaha yang dilakukan, walaupun beban total akan
bertambah karena ada bagi hasilmargin yang harus dibayarkan kepada bank untuk pelunasan pembiayaan syariah.
Pada sektor off-farm atau perdagangan, bertambahnya variasi persediaan barang dan fasilitas usaha melalui pembiayaan syariah akan berdampak langsung
terhadap volume penjualan atau pendapatan yang mengalami peningkatan dan berbanding lurus dengan keuntungan bersih usaha yang dilakukan, walaupun
beban total akan bertambah karena ada bagi hasilmargin yang harus dibayarkan kepada bank untuk pelunasan pembiayaan syariah. Terjadinya penambahan beban
tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap besarnya keuntungan usaha karena bagi hasilmargin yang dibayarkan kepada pihak bank dibayar secara mencicil
setiap hari oleh nasabah melalui tabungan dan setiap akhir bulan akan dilakukan pemotongan tabungan oleh pihak bank.
Berdasarkan hasil analisa T-tes yang dilakukan terhadap keuntungan usaha nasabah pada sektor on-farm pertanian, perikanan, dan peternakan dan off-farm
perdagangan diketahui bahwa sektor on-farm pertanian, perikanan, dan peternakan memiliki kinerja usaha yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor
dan off-farm perdagangan. Hal itu dapat dilihat dari perbedaan nilai rata-rata hitung selisih keuntungan usaha antara sebelum dan sesudah mendapatkan
pembiayaan syariah pada nasabah sektor on-farm pertanian, perikanan, dan peternakan dan off-farm perdagangan. Pada sektor on-farm pertanian,
perikanan, dan peternakan diperoleh rata-rata hitung sebesar Rp. 45.498.167 atau lebih besar dari rata-rata hitung sektor off-farm perdagangan sebesar Rp
41.314.795. Sektor on-farm memiliki efektivitas pemanfaatan pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor off-farm disebabkan oleh adanya
perbedaan skala usaha yang cukup besar antara sektor on-farm dan sektor off- farm.
Tingginya rata-rata hitung yang diperoleh pada sektor On-farm disebabkan oleh skala usaha yang lebih besar dibandingkan dengan sektor Off-farm. Hal
tersebut terlihat dari responden yang ada pada BPRS Amanah Ummah pada sektor On-farm memiliki total aset yang tinggi, omset usaha yang besar, dan keuntungan
usaha yang lebih baik jika dibandingkan dengan sektor Off-farm.
121 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan syariah dengan menggunakan akad Murabahah
juga dapat memberikan dampak yang baik terhadap kinerja usaha untuk sektor agribisnis.
Hal tersebut diketahui dari adanya peningkatan keuntungan usaha nasabah yang cukup signifikan antara sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan dari
BPRS. Melihat hal tersebut, maka pembiayaan dengan menggunakan akad Murabahah dapat menjadi alternatif pembiayaan syariah yang tepat untuk
disalurkan kepada sektor agribisnis.
122
VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK
SEKTOR AGRIBISNIS
7.1. Karakteristik Responden