8 Dari Tabel 4 dan 5, dapat diketahui bahwa penyaluran pembiayaan pada
BPRS semakin meningkat, kolektibilitas pembiayaan yang lancar performing loan pada tahun 2006 sebesar Rp. 564.373 Juta meningkat hingga sebesar Rp.
1.530.111 Juta pada Februari tahun 2010. Hal ini menunjukkan BPRS mengalami perkembangan yang signifikan selama kurun waktu lima tahun 2006-2010.
Namun, perkembangan BPRS yang semakin bertambah jumlahnya harus tetap dapat dikendalikan. Dengan kata lain, BPRS harus mampu berkembang tidak
hanya dari segi kuantitas lembaganya saja, melainkan juga pada segi kualitas yang pada akhirnya akan diarahkan pada efisiensi dan efektivitas kerja. Namun, kriteria
efisiensi dari segi ekonomis tidak dapat digunakan sepenuhnya untuk mengevaluasi pembiayaan pada sektor agribisnis. Oleh karena itu, kriteria
efektivitas dirasa lebih tepat untuk digunakan dalam mengevaluasi program pembiayaan sejenis ini, dalam pengertian sejauh mana program pembiayaan
sejenis ini dapat menjangkau target mereka dengan cepat dan luas. Dilihat dari segi perkembangannya, pembiayaan syariah yang ada pada
BPRS dapat menjadi alternatif pembiayaan untuk sektor agribisnis. Oleh karena itu, perlu dikaji secara lebih mendalam mengenai skim pembiayaan syariah yang
terdapat pada BPRS dalam penelitian ini adalah BPRS Amanah Ummah. BPRS Amanah Ummah merupakan BPRS yang pertama kali berdiri di Indonesia pada
tahun 1992 di Kabupaten Bogor. BPRS Amanah Ummah memiliki skim pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis dan memiliki nasabah yang bekerja
pada sektor on-farm budidaya dan off-farm sektor hulu dan hilir yang mencakup perdagangan dan agroindustri. Selain itu, perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektivitas pembiayaan syariah pada sektor agribisnis sekaligus mengetahui seberapa besar pengaruh pembiayaan syariah
yang diberikan terhadap kinerja usaha pada sektor agribisnis. Selanjutnya, dilakukan pula penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis.
1.2. Perumusan Masalah
Lembaga Keuangan Mikro Syariah LKMS atau dalam hal ini BPRS sebagai lembaga keuangan dengan sistem syariah yang berfokus di tingkat mikro.
BPRS memiliki akses terhadap usaha menengah kecil dan mikro UMKM, salah
9 satunya adalah sektor agribisnis. Namun, masih sedikit lembaga keuangan yang
mau berkontribusi untuk memajukan sektor agribisnis dalam skala mikro. UMKM mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan perekonomian
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah UMKM yang mencapai lebih dari 90 persen dengan unit terbesarnya dimiliki Usaha Mikro di sektor agribisnis
Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2008. UMKM seringkali kesulitan dalam
mendapatkan fasilitas
pembiayaan dari
lembaga keuangan.
Mempertimbangkan kondisi tersebut, maka diperlukan suatu sistem pembiayaan terhadap sektor agribisnis yang bisa membantu dalam pengembangan usaha
secara berkelanjutan sustainability. Pembiayaan sistem syariah yang ada pada saat ini mulai mengarahkan
penyaluran dana dalam pembiayaan pada sektor agribisnis. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4, pembiayaan syariah yang disalurkan oleh BPRS untuk sektor
pertanian, kehutanan dan sarana pertanian mengalami laju pertumbuhan pertahun yang cukup besar yaitu sekitar 38,42 persen. Berdasarkan hal tersebut dapat
dikatakan bahwa pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis menarik untuk dikaji lebih dalam.
Pembiayaan sistem syariah yang diterapkan BPRS untuk sektor agribisnis salah satunya dengan prinsip syirkah. Prinsip ini merupakan prinsip kemitraan
usaha yang menerapkan sistem profit-loss sharing dalam operasionalnya terutama untuk sektor agribisnis. Karakteristik produk agribisnis yang memiliki tingkat
risiko tinggi mengharuskan ketepatan dalam sistem pembiayaannya. Dalam hal ini BPRS sebagai lembaga formal bank mencoba menyediakan sistem pembiayaan
khusus agribisnis dalam skim syariah. Pembiayaan yang disediakan oleh BPRS akan ditujukan bagi sektor riil tetapi hingga saat ini pembiayaan pada sektor riil
masih menjadi permasalahan yang dapat menghambat sektor tersebut. BPRS Amanah Ummah adalah salah satu BPRS yang juga memiliki skim
pembiayaan untuk agribisnis. Adapun skim pembiayaan yang tersedia di BPRS Amanah Ummah antara lain pembiayaan Murabahah, Musyarakah, Mudharabah,
Istishna, Ijarah, Qard, dan Qard Rahn. Berdasarkan data pada Tabel 6, dalam perkembangannya BPRS Amanah Ummah lebih banyak menggunakan akad
Murabahah jual-beli dalam pembiayaan yang diberikan kepada nasabah. Hal ini
10 menjadi permasalahan, apakah dengan penggunaan akad Murabahah pembiayaan
kepada sektor agribisnis dapat berjalan dengan baik, padahal karakteristik produk agribisnis yang memiliki risiko tinggi lebih tepat jika pembiayaan dilakukan
dengan menggunakan akad Mudharabah maupun Musyarakah investasi atau modal kerja dimana terjadi pembagian risiko antara nasabah dengan pihak
perbankan.
Tabel 6. Pembiayaan Per Akad PT. BPRS Amanah Ummah
Tahun 2006-2008 dalam ribu rupiah
JENIS AKAD
2006 2007
2008 Nominal
Nasabah Nominal
Nasabah Nominal
Nasabah
Murabahah 17.854.611
1.193 22.113.014
1.254 28.400.565
1.305 Istishna
- -
- -
686.383 2
Musyarakah 250.000
1 150.000
1 -
- Mudharabah
6.000 1
- -
- -
Ijarah 590.553
26 497.058
32 772.323
29 Qard
345.378 15
496.434 15
73.335 7
Qard Rahn -
- 1.252.106
135 1.142.356
524
JUMLAH 19.046.542
1.236 24.508.612
1.437 34.074.962
1.867
Sumber: Data Laporan Keuangan Tahunan BPRS Amanah Ummah 2007 – 2009
Belum banyaknya akad yang berbasis bagi hasil Mudharabah dan Musyarakah pada BPRS Amanah Ummah menjadi suatu permasalahan, padahal
kedua akad tersebut merupakan pembeda yang sangat jelas antara bank syariah dengan bank konvensional. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pembiayaan
berbasis bagi hasil masih relatif sedikit dibandingkan dengan akad pembiayaan yang berbasis jual beli dan sewa, pertama, masyarakat atau nasabah belum siap
karena pembiayaan berbasis bagi hasil memerlukan administrasi pencatatan usaha yang cukup lengkap, kedua, sumber daya manusia SDM bank syariah yang
belum siap karena memerlukan keahlian khusus dalam menganalisa dan membina usaha nasabahnya. Oleh karena itu, bank syariah harus lebih selektif dan hati-hati
prudent mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan
dibagikan. Berdasarkan data yang diperoleh, BPRS Amanah Ummah memiliki
nasabah yang berusaha di bidang agribisnis baik itu pada bidang on-farm budidaya maupun off-farm sektor hulu dan hilir, mencakup perdagangan dan
agroindustri. Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 7, diketahui bahwa
11 perbandingan jumlah nasabah antara sektor on-farm dan off-farm memiliki
perbedaaan yang sangat besar. Oleh karena itu, perlu dilihat seberapa besar efektivitas pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis dan apa saja faktor-faktor
yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah yang diberikan. Sektor on-farm umumnya memiliki karakteristik biaya yang dipengaruhi
oleh sifat kegiatan produksi yang lebih berisiko karena sangat tergantung pada alam, unit operasi yang kecil, kebutuhan konsumsi rumah tangga dan usaha yang
bercampur dan adanya periode tidak menghasilkan yang panjang dan investasi besar perkebunan dan kehutanan. Sebaliknya, sektor off-farm memiliki
karakteristik biaya dengan risiko yang lebih sedikit, unit yang lebih besar, dan tingkat pengembalian yang cepat.
Tabel 7. Pembiayaan Per-Sektor Ekonomi PT. BPRS Amanah Ummah
Tahun 2006-2008 dalam ribu rupiah
SEKTOR USAHA
2006 2007
2008 Nominal
Nasabah Nominal
Nasabah Nominal
Nasabah
Pertanian 154.099
7 610.389
8 814.799
7 Industri
640.085 9
796.793 10
669.022 8
Jasa 3.275.323
141 3.454.213
219 3.254.441
106 Perdagangan
10.525.096 785
12.275.309 914
19.053.922 1.115
Lain-lain 4.451.939
294 7.371.908
376 10.282.778
631
JUMLAH 19.046.542
1.236 24.508.612
1.527 34.074.962
1.867
Sumber: Data Laporan Keuangan Tahunan BPRS Amanah Ummah 2007 – 2009
Melihat perbedaan karakteristik tersebut, perlu dilakukan kajian secara faktual untuk melihat seberapa besar pembiayaan syariah memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap kinerja usaha pada sektor agribisnis baik on-farm maupun off-farm. Berdasarkan uraian di atas maka dalam hal ini ada beberapa
permasalahan yang harus dijawab dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Bagaimana tingkat efektivitas penyaluran pembiayaan sistem syariah di sektor agribisnis yang ada pada BPRS Amanah Ummah?
2. Bagaimana pengaruh pembiayaan syariah yang telah diterapkan oleh BPRS
Amanah Ummah terhadap kinerja usaha di sektor agribisnis baik on-farm maupun off-farm?
3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan sistem
syariah untuk sektor agribisnis pada BPRS Amanah Ummah?
12
1.3. Tujuan Penelitian