Analisis Efektivitas Pembiayaan Syariah Analisis Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Syariah

73 VI ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR AGRIBISNIS

6.1. Analisis Efektivitas Pembiayaan Syariah

Efektivitas pembiayaan syariah dapat dilihat berdasarkan dua sistem yaitu melalui prosedur pembiayaan dan pengaruh pembiayaan terhadap kinerja usaha nasabah. Efektivitas pada sistem prosedur pembiayaan dapat dilihat melalui tiga mekanisme, yaitu pengajuan, penyaluran, maupun pengembalian pembiayaan. Sedangkan efektivitas pada pengaruh pembiayaan terhadap kinerja usaha nasabah dapat dilihat melalui pemanfaatan pembiayaan oleh nasabah. Pada penelitian ini penulis melihat efektivitas pembiayaan syariah dari kedua sistem tersebut. Namun, efektivitas dari sisi prosedur akan dilihat melalui mekanisme penyaluran yang dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah.

6.2. Analisis Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Syariah

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah atau BPRS adalah salah satu bank yang menerapkan pola syariah dalam sistem perbankannya. Melihat hal tersebut, ada hal berbeda yang ditunjukkan dalam hal penyaluran dana. Penyaluran dana dapat dilakukan dalam dua jenis, pertama, pembiayaan dengan sistem bagi hasil sebagai alternatif pengganti bunga. Kedua, adalah jual beli dengan pembiayaan ditangguhkan, yaitu penjualan barang dari pihak BPRS kepada nasabah, dengan harga yang telah disepakati sebesar biaya perolehan barang dan ditambahkan dengan margin keuntungan yang akan menjadi keuntungan BPRS. Pada penelitian ini efektivitas penyaluran akan dilihat menurut kriteria dari pihak bank dan keragaan pembiayaan syariah yang terjadi pada nasabah. Kriteria dari pihak bank akan mencakup target dan realisasi, frekuensi pembiayaan, jangkauan pembiayaan, tunggakan pembiayaan dan pelayanan pembiayaan. Sedangkan keragaan pembiayaan syariah yang terjadi pada nasabah antara lain persyaratan awal, prosedur pembiayaan, realisasi pembiayaan, biaya administrasi, nisbah bagi hasilmargin, dan pelayanan serta pembinaan dari petugas bank. 74

6.2.1. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Menurut Kriteria Bank

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ingin diketahui seberapa besar tingkat efektivitas penyaluran pembiayaan yang telah dilakukan pada PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor. Adapun efektivitas penyaluran pembiayaan menurut kriteria bank antara lain target dan realisasi, frekuensi pembiayaan, jangkauan pembiayaan, tunggakan pembiayaan, dan pelayanan pembiayaan. Pada penelitian yang telah dilakukan penulis pada PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor ditemukan bahwa: 1. Target dan Realisasi PT. BPRS Amanah Ummah menentukan target pembiayaan atau penyaluran dana yang telah dikeluarkan berdasarkan tiga kriteria yaitu sektor usaha, pangsa alokasi pembiayaan, dan akad pembiayaan yang dilakukan. Pembagian tersebut menunjukkan seberapa besar pencapaian efektivitas apabila tersegmentasi dalam beberapa bagian. Sehingga, dapat dilihat secara jelas seberapa besar efektivitas pembiayaan syariah yang diterapkan oleh BPRS Amanah Ummah. Adapun penentuan target yang ditetapkan oleh pihak BPRS Amanah Ummah adalah berdasarkan proyeksi realisasi pembiayaan yang terjadi pada tahun sebelumnya dan perkiraan peningkatan permintaan pembiayaan pada tahun berikutnya. Penentuan target dilakukan satu tahun sebelum pelaksanaan target, sedangkan penghitungan realisasi target dilakukan satu tahun setelah pelaksanaan target pada saat audit tahunan. Data yang diperoleh adalah dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Hal ini dilakukan untuk melihat perkembangan pembiayaan yang disalurkan dari tahun ke tahun sebagai salah satu faktor penentu keefektifan pembiayaan yang disalurkan. Penentuan keefektifan secara umun dilihat dari seberapa besar target tersebut dapat terealisasi dan apakah terjadi peningkatan target dan realisasi dari tahun ke tahun. Selain itu, untuk menentukan keefektifan target dan realisasi pada masing-masing komponen dalam kriteria sektor usaha, alokasi pembiayaan, dan jenis akad adalah dengan menggunakan kriteria sangat efektif target terealisasi lebih dari 100 persen, efektif target terealisasi antara 86 – 100 persen, kurang efektif target terealisasi antara 70 – 85 persen, dan tidak efektif target terealisasi kurang dari 70 persen. 75 Berdasarkan target dan realisasi pembiayaan yang terjadi pada tahun 2006 dikatakan kurang efektif karena persentase target yang terrealisasi pada tahun ini kurang dari 85 persen. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2008 target dan realisasi pembiayaan dapat dikatakan sangat efektif karena persentase target yang terrealisasi mencapai lebih dari 100 persen. Tahun 2009 target dan realisasi pembiayaan dapat dikatakan telah efektif karena persentase target yang terrealisasi hampir mencapai 100 persen. Berikut adalah target dan realisasi yang terjadi pada BPRS Amanah Ummah berdasarkan: a Target dan realisasi berdasarkan sektor usaha Pembiayaan yang ada pada BPRS Amanah Ummah disalurkan kedalam lima jenis sektor usaha, yaitu sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan, sektor jasa, dan sektor lain-lain. Pada penyaluran pembiayaan berdasarkan sektor usaha maka BPRS Amanah Ummah melakukan target pasar, agar dana yang bergulir mudah diserap oleh nasabah. Target yang ingin dicapai diurutkan mulai dari yang paling besar hingga yang terkecil adalah pembiayaan untuk sektor perdagangan, sektor lain-lain, sektor jasa, sektor perindustrian, dan sektor pertanian. Namun, pada tahun 2007 dan 2008 terjadi perubahan urutan target yang ingin dicapai oleh pihak BPRS menjadi sektor perdagangan, sektor jasa, sektor lain-lain, sektor perindustrian, dan sektor pertanian. Tabel 8. Target dan Realisasi PT. BPRS Amanah Ummah Berdasarkan Sektor Usaha Tahun 2006 – 2009 Dalam ribuan Rp Sektor Usaha Tahun 2006 Tahun 2007 Target Realisasi Target Realisasi Pertanian 298.582 154.099 51,61 176.133 610.389 346,55 Perindustrian 1.018.939 640.085 62,82 1.646.684 796.793 48,39 Perdagangan 11.330.873 10.525.096 92,89 13.165.273 12.275.309 93,24 Jasa 4.395.989 3.275.323 74,51 5.518.565 3.454.213 62,59 Lain-lain 5.458.611 4.451.939 81,56 2.993.705 7.371.907 246,25 Total 22.502.994 19.046.542 84,64 23.500.360 24.508.611 104,29 Sektor Usaha Tahun 2008 Tahun 2009 Target Realisasi Target Realisasi Pertanian 307.941 814.799 264,60 946.773 999.556 105,58 Perindustrian 2.472.913 669.022 27,05 1.011.430 763.851 75,52 Perdagangan 16.400.356 19.053.922 116,18 26.378.578 19.340.703 73,32 Jasa 7.474.017 3.254.441 43,54 3.788.390 4.013.830 105,95 Lain-lain 4.918.327 10.282.778 209,07 10.468.532 15.201.439 145,21 Total 31.573.554 34.074.962 107,92 42.593.703 40.319.379 94,66 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan dan Target BPRS Amanah Ummah 2007 - 2010 76 Berdasarkan data yang ada pada Tabel 8, diketahui bahwa secara total pembiayaan yang disalurkan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan pembiayaan paling besar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 39,03 persen. Sedangkan, peningkatan pembiayaan paling kecil terjadi pada tahun 2009 sebesar 18,33 persen. Adapun rata-rata peningkatan pembiayaan yang terjadi setiap tahunnya adalah sebesar 28,68 persen. Target yang paling ingin dicapai oleh BPRS Amanah Ummah adalah pada penyaluran pembiayaan syariah untuk sektor perdagangan. Hal tersebut sudah sesuai jika melihat komposisi tiap sektor usaha yang ada di Kabupaten Bogor. Menurut data Sensus Daerah Kabupaten Bogor pada tahun 2007 diketahui bahwa jumlah usaha yang ada di Kabupaten Bogor adalah 497.527 usaha dengan perincian sebagai berikut: 361.463 usaha perdagangan, 72.221 usaha pertanian, 56.354 usaha jasa, dan 7.489 usaha pada sektor lainnya. Adapun proporsi usaha tersebut adalah 72,65 persen untuk sektor perdagangan, 14,52 persen untuk sektor pertanian, 11,33 persen untuk sektor jasa, dan 1,5 persen untuk sektor usaha lainnya. BPRS Amanah Ummah memiliki lokasi di Kecamatan Leuwiliang Bogor, oleh karena itu perlu juga mengetahui komposisi usaha yang ada di Kecamatan Leuwiliang. Komposisi usaha di Kecamatan Leuwiliang menurut data Sensus Daerah Kabupaten Bogor tahun 2007 adalah 15.235 usaha dengan perincian sebagai berikut: 12.015 usaha perdagangan, 1.992 usaha pertanian, 1.091 usaha jasa, dan 137 usaha lainnya. Adapun proporsi usaha tersebut adalah 78,86 persen untuk sektor perdagangan, 13,08 persen untuk sektor pertanian, 7,16 persen untuk usaha jasa, dan 0,9 persen untuk sektor usaha lainnya. Pembiayaan yang ada pada BPRS Amanah Ummah sebenarnya belum mencapai kata efektif jika dilihat dari proporsi realisasi pembiayaan dan dibandingkan dengan proporsi usaha yang ada. Walaupun proporsi realisasi pembiayaan sudah relatif sesuai dengan proporsi sektor usaha yang ada, namun pada sektor pertanian proposri realisasi pembiayaan masih sangat kecil dibandingkan dengan proporsi usaha yang ada pada kecamatan Leuwiliang. Sedangkan, pada kenyataannya jumlah usaha pada sektor pertanian menem menjadi suatu ta meningkatkan pr sehingga realisasi hal menjangkau t usaha yang ada. Gambar 4. Propor pada Berdasark pembiayaan pada tahun dan pada Proporsi realisasi penurunan dari ta 2009 dengan ma realisasi untuk pe peningkatan dari sebesar 2,48 perse cenderumng men 47,97 persen pa pembiayaan sekt tahun dan mampu m 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 20 P e r se nt a se P r o p o r si nempati posisi kedua setelah sektor perdaganga u tantangan bagi pihak BPRS Amanah Umm proporsi realisasi pembiayaan syariah untuk se sasi pembiayaan syariah dapat berjalan denga u target yang ada secara luas dan tepat sesuai . roporsi Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Sekt da PT. BPRS Amanah Ummah Tahun 2006-200 sarkan Gambar 4 ditunjukkan bahwa proporsi pada sektor perindustrian mengalami penuruna a tahun 2009 hanya mampu mencapai sebesa sasi untuk pembiayaan pada sektor jasa jug i tahun ke tahun dan mulai mengalami peningka mampu mencapai sebesar 9,96 persen. Seda uk pembiayaan pada sektor pertanian cender ari tahun ke tahun dan pada tahun 2009 m persen. Proporsi realisasi pembiayaan pada sekt engalami fluktuasi setiap tahunnya dan ma pada tahun 2009. Sedangkan, proporsi ektor lain-lain selalu mengalami peningkatan pu mencapai 37,70 persen pada tahun 2009. 2006 2007 2008 2009 Proporsi Realisasi Pembiayaan 77 ngan. Hal tersebut mmah agar dapat uk sektor pertanian gan efektif dalam suai dengan proporsi ktor Usaha 2009 oporsi realisasi untuk unan dari tahun ke esar 1,89 persen. juga mengalami ngkatan pada tahun dangkan, proporsi nderung mengalami mampu mencapai sektor perdagangan mampu mencapai si realisasi untuk tan dari tahun ke Pertanian Perindustrian Perdagangan Jasa Lain-lain Gambar 5. Pers Berd Tahun 2006 Berdasark pencapaian targe sebesar 192,09 pe pada BPRS Am tinggi atau sanga sektor perdaganga target yang terea untuk kedua sekt Pada sekt pencapaian targe perindustrian, rat 53,45 persen. Se dapat dikatakan pencapaian targe Sehingga penyal efektif. Secara pencapaian targe persen, sehingga da 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 325 350 375 20 P e r se nt a se R e a li sa si Pers ersentase Pencapaian Target Pembiayaan yang T erdasarkan Sektor Usaha pada PT. BPRS Amana ahun 2006-2009 sarkan sektor usaha pada Gambar 5, perse get yang terealisasi terbesar ada pada sektor 192,09 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pembi manah Ummah telah menunjukkan tingkat e gat efektif pada sektor usaha di bidang perta angan, dan sektor lain-lain memiliki persent realisasi di atas 85 persen. Sehingga penyalur ktor tersebut dapat dikatakan efektif. sektor perindustrian dan sektor jasa mem rget yang terealisasi kurang dari 85 perse rata-rata pencapaian target yang terealisasi menunj Sehingga penyaluran pembiayaan pada sektor kan tidak efektif. Sedangkan, pada sektor rget yang terealisasi menunjukkan angka aluran pembiayaan pada sektor jasa dapat di a total pembiayaan yang diberikan memi get yang terealisasi sebesar 97,88 persen ata gga dapat dikatakan telah efektif. 2006 2007 2008 2009 Rata-rata rsentase Pencapaian Target yang Terealisasi 78 g Terealisasi anah Ummah rsentase rata-rata or pertanian yaitu biayaan yang ada t efektivitas yang rtanian. Selain itu, sentase pencapaian luran pembiayaan miliki persentase sen. Pada sektor enunjukkan angka ktor perindustrian ktor jasa rata-rata ka 71,65 persen. dikatakan kurang miliki persentase atau lebih dari 85 Pertanian Perindustrian Perdagangan Jasa Lain-lain Total 79 Pada tahun 2008, secara umum memang terjadi penurunan persentase pencapaian target yang terealisasi hampir di semua sektor usaha kecuali pada sektor perdagangan. Meskipun terjadi penurunan dalam persentase pencapaian target, umumnya nilai nominal pembiayaan yang dikeluarkan mengalami peningkatan kecuali pada sektor perindustrian dan jasa. Kenyataannya hanya pada sektor perindustrian dan jasa yang terjadi penurunan secara menyeluruh baik penurunan nominal pembiayaan yang disalurkan maupun penurunan persentase realisasi penyaluran pembiayaan terhadap target pembiayaan yang telah ditetapkan. Persentase pencapaian target yang terealisasi pada sektor perindustrian mengalami penurunan dari 48,39 persen pada tahun 2007 menjadi 27,05 persen pada tahun 2008. Sedangkan, pada sektor jasa mengalami penurunan dari 62,59 persen pada tahun 2007 menjadi 43,54 persen pada tahun 2008. Secara umum, pada tahun 2009 terjadi peningkatan nominal pembiayaan yang disalurkan pada setiap sektor. Namun, peningkatan nominal pembiayaan tersebut tidak berbanding lurus dengan pencapaian target yang terealisasi pada setiap sektor. Pada tahun ini terjadi penurunan persentase pencapaian target yang terealisasi pada sektor pertanian, perdagangan dan sektor lain-lain. Sektor pertanian mengalami penurunan persentase pencapaian target yang terealisasi yang cukup tinggi yaitu 264,60 persen pada tahun 2008 menjadi 105,58 persen pada tahun 2009. Pada sektor perdagangan terjadi penurunan persentase pencapaian target yang terealisasi yang cukup tinggi yaitu 116,18 persen pada tahun 2008 menjadi 73,32 persen pada tahun 2009. Pada sektor lain-lain juga terjadi penurunan persentase pencapaian target yang terealisasi yang cukup tinggi 209,07 persen pada tahun 2008 menjadi 145,21 persen pada tahun 2009. Sedangkan, pada sektor perindustrian dan jasa justru mengalami peningkatan persentase pencapaian target yang terealisasi. Sektor perindustrian mengalami peningkatan persentase pencapaian target yang terealisasi yang cukup tinggi yaitu 27,05 persen pada tahun 2008 menjadi 75,52 persen pada tahun 2009. Pada sektor jasa juga mengalami peningkatan 80 persentase pencapaian target yang terealisasi yang cukup tinggi yaitu 43,54 persen pada tahun 2008 menjadi 105,95 persen pada tahun 2009. Secara keseluruhan, dari tahun 2006 hingga tahun 2009 nominal pembiayaan yang disalurkan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selain itu, persentase pencapaian target yang terealisasi juga mengalami peningkatan setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2009. Namun, pada sektor perindustrian dan jasa cenderung mengalami penurunan baik dalam nominal pembiayaan yang disalurkan maupun persentase pencapaian target yang terealisasi. Hal ini menunjukkan penyaluran dana kepada dua sektor ini kurang efektif sehingga cenderung mengalami penurunan yang cukup besar dari tahun ke tahun. Baru pada tahun 2009, kedua sektor ini mengalami peningkatan dalam nominal pembiayaan yang disalurkan dan persentase pencapaian target yang terealisasi. Hal ini justru berbanding terbalik dengan kondisi sektor lain yang mengalami penurunan pada tahun 2009. b Target dan realisasi berdasarkan alokasi pembiayaan Pembiayaan yang ada pada BPRS Amanah Ummah terbagi menjadi tiga jenis, yaitu modal kerja, investasi, dan konsumsi. Pada penyaluran pembiayaan berdasarkan alokasi pembiayaan maka BPRS Amanah Ummah melakukan target pasar, agar dana yang bergulir mudah diserap oleh nasabah. Target yang ingin dicapai diurutkan mulai dari yang paling besar hingga yang terkecil adalah alokasi pembiayaan untuk modal kerja, investasi dan konsumtif. Namun, pada tahun 2009 terjadi perubahan urutan target yang ingin dicapai oleh pihak BPRS menjadi modal kerja, konsumtif, dan investasi. Hal ini terjadi karena pihak bank mempertimbangkan krisis global yang terjadi pada tahun 2008, sehingga target yang ditetapkan berubah untuk menyesuaikan dengan estimasi kondisi kebutuhan nasabah. Tabel 9. Target da Berdasa Dalam Alokasi Pembiayaan Tahun 2007 Targe Realisasi Target Realisasi Modal Kerja 13.114.2 11.266.442 85,191 15.150.007 14.156.510 93,44 Investasi 4.946.7 3.268.917 66,108 5.017.931 3.203.339 63,84 Konsumtif 4.441.9 4.511.183 101,156 3.332.422 7.148.762 214,52 Total 22.502.9 19.046.542 84,164 23.500.360 24.508.611 104,29 Alokasi Pembiayaan Tahun 2009 Targe Realisasi Target Realisasi Modal Kerja 19.928 20.054.116 100,63 26.965.754 20.677.067 76,68 Investasi 6.228 3.738.068 60,02 5.159.716 4.440.873 86,07 Konsumtif 5.416 10.282.778 189,84 10.468.233 15.201.439 145,21 Total 31.573 34.074.962 107,92 42.593.703 40.319.379 94,66 Sumber: Laporan Ke Target ya untuk modal kerj membantu usaha juga menetapkan Kabupaten Bogor beranggapan usa diterima melalui pe Gambar 6. Propor Pem Tahun 2006 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 20 P e r snt a se P r o p o r si get dan Realisasi Pembiayaan PT. BPRS Amana asarkan Alokasi Pembiayaan Tahun 2006 – 2009 am ribuan Rp Alokasi Pembiayaan Tahun 2006 Tahun get Realisasi Target Rea Modal Kerja 4.271 11.266.442 85,191 15.150.007 14. 93,44 Investasi 6.783 3.268.917 66,108 5.017.931 3. 63,84 Konsumtif 1.940 4.511.183 101,156 3.332.422 7. 214,52 Total 2.994 19.046.542 84,164 23.500.360 24. 104,29 Alokasi Pembiayaan Tahun 2008 Tahun rget Realisasi Target Rea Modal Kerja 28.738 20.054.116 100,63 26.965.754 20. 76,68 Investasi 28.182 3.738.068 60,02 5.159.716 4. 86,07 Konsumtif 16.634 10.282.778 189,84 10.468.233 15. 145,21 Total 73.554 34.074.962 107,92 42.593.703 40. 94,66 Keuangan Tahunan dan Target BPRS Amanah Ummah yang ingin dicapai paling besar adalah aloka kerja. Hal tersebut telah sesuai dengan tujuan BP ha mikro, kecil, dan menengah yang ada di pe pkan target tersebut sesuai dengan jumlah usa gor yang berjumlah 497.527 usaha. Melihat hal usaha yang ada membutuhkan modal yang sala ui pembiayaan syariah pada BPRS Amanah Um oporsi Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Aloka mbiayaan pada PT. BPRS Amanah Ummah ahun 2006-2009 2006 2007 2008 2009 Proporsi Realisasi Pembiayaan 81 nah Ummah 2009 Alokasi Pembiayaan Tahun 2006 n 2007 Target Realisasi Target Realisasi Modal Kerja 13.114.271 11.266.442 85,191 15.150.007 4.156.510 93,44 Investasi 4.946.783 3.268.917 66,108 5.017.931 3.203.339 63,84 Konsumtif 4.441.940 4.511.183 101,156 3.332.422 7.148.762 214,52 Total 22.502.994 19.046.542 84,164 23.500.360 4.508.611 104,29 Alokasi Pembiayaan Tahun 2008 n 2009 Target Realisasi Target Realisasi Modal Kerja 19.928.738 20.054.116 100,63 26.965.754 0.677.067 76,68 Investasi 6.228.182 3.738.068 60,02 5.159.716 4.440.873 86,07 Konsumtif 5.416.634 10.282.778 189,84 10.468.233 5.201.439 145,21 Total 31.573.554 34.074.962 107,92 42.593.703 0.319.379 94,66 h 2007 - 2010 okasi pembiayaan n BPRS yaitu untuk perdesaan. BPRS usaha yang ada di hal tersebut, BPRS alah satunya dapat mmah. lokasi Modal Kerja Investasi Konsumtif Berdasark alokasi pembiaya dan pada tahun 2009 realisasi untuk penurunan dari ta sebesar 11,01 per konsumtif menga mampu mencapa Pembiaya pemanfaatan pem tujuan diluar usaha terus dikembang untuk sektor agri modal kerja dan pembiayaan syar usaha, modernisa hal tersebut dapa mampu memanfa Mikro Kecil da masyarakat, terut Gambar 7. Pers Berd Umm 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 200 P e r se nt a se R e a li sa si Pers sarkan Gambar 6, ditunjukkan bahwa proporsi ayaan modal kerja mengalami penurunan dari 2009 hanya mampu mencapai sebesar 51,28 uk alokasi pembiayaan untuk investasi jug i tahun ke tahun dan pada tahun 2009 hanya m persen. Sedangkan, proporsi realisasi untuk aloka ngalami peningkatan dari tahun ke tahun dan pa pai sebesar 37.70 persen. yaan yang dialokasikan untuk konsumsi menunj pembiayaan syariah cukup banyak yang dial usaha dan bersifat pribadi, hal in dapat dijadika ngkan. Namun, pembiayaan syariah yang t gribisnis adalah pembiayaan yang alokasinya n investasi. Karena, selain membiayai kebutuha ariah juga diperlukan untuk pendirian proyek ba nisasi, ekspansi, dan relokasi proyek yang suda dapat mendukung terciptanya iklim usaha ya nfaatkan pembiayaan syariah terutama untuk m dan Menengah sehingga dapat terwujud rutama masyarakat Bogor. ersentase Pencapaian Target Pembiayaan yang T erdasarkan Alokasi Pembiayaan pada PT. BPRS mmah Tahun 2006-2009 006 2007 2008 2009 Total rsentase Pencapaian Target Pembiayaan yang Terealisasi M I Ko R 82 porsi realisasi untuk dari tahun ke tahun 51,28 persen. Proporsi juga mengalami mampu mencapai lokasi pembiayaan n pada tahun 2009 nunjukkan bahwa dialokasikan untuk kan peluang untuk tepat digunakan a ditujukan untuk butuhan modal kerja, k baru, rehabilitasi sudah ada. Sehingga yang baik karena uk menopang Usaha ud pemberdayaan g Terealisasi RS Amanah Modal Kerja Investasi Konsumtif Rata-rata 83 Berdasarkan alokasi pembiayaan pada Gambar 7, persentase rata-rata pencapaian target yang terealisasi terbesar ada pada alokasi pembiayaan konsumtif yaitu sebesar 162,78 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan yang ada pada BPRS Amanah Ummah telah menunjukkan tingkat efektivitas yang tinggi atau sangat efektif pada alokasi pembiayaan konsumtif. Selain itu, alokasi pembiayaan modal kerja memiliki persentase pencapaian target yang terealisasi di atas 85 persen yaitu sebesar 89,16 persen. Sehingga penyaluran pembiayaan untuk alokasi pembiayaan modal kerja tersebut dapat dikatakan efektif. Sedangkan, pada alokasi pembiayaan investasi memiliki persentase pencapaian target yang terealisasi kurang dari 85 persen yaitu sebesar 69,00 persen. Sehingga penyaluran pembiayaan pada alokasi pembiayaan investasi dapat dikatakan tidak efektif. Secara total pembiayaan yang diberikan memiliki persentase pencapaian target yang terealisasi sebesar 97,88 persen atau lebih dari 85 persen, sehingga dapat dikatakan telah efektif. c Target dan realisasi berdasarkan jenis akad Pembiayaan pada BPRS Amanah Ummah memiliki target berdasarkan akad yang disepakati bersama nasabah. Akad-akad yang ada terdiri dari akad Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Ijarah, Al Qard, Qard Rahn, dan Istishna. Namun, berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ternyata rata-rata 89,76 persen pembiayaan yang diberikan oleh BPRS Amanah Ummah menggunakan akad Murabahah Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa akad Murabahah mendominasi jumlah realisasi pembiayaan syariah sebesar Rp. 17.854.611.000 pada tahun 2006, Rp. 22.113.013.000 pada tahun 2007, Rp. 28.400.565.000 pada tahun 2008, dan Rp. 34.188.548.000 pada tahun 2009. Hal tersebut menunjukkan bahwa akad Murabahah secara teknis merupakan akad jual beli antara BPRS sebagai penyedia barang dengan mitra yang memesan untuk membeli barang.Berdasarkan transaksi tersebut BPRS mendapatkan keuntungan jual beli yang disepakati bersama. Berdasarkan hal tersebut BPRS mampu mencapai target penyaluran pembiayaan berdasarkan akad Murabahah sebesar 81,37 persen pada tahun 2006, 100,79 persen pada tahun 2007, 84 103,56 persen pada tahun 2008, dan 98,73 persen pada tahun 2009. Melihat angka-angka tersebut dapat dikatakan bahwa penyaluran pembiayaan syariah dengan akad Murabahah telah efektif. Tabel 10. Target dan Realisasi Pembiayaan PT. BPRS Amanah Ummah Berdasarkan Jenis Akad Tahun 2006 – 2009 Dalam ribuan Rp Jenis Akad Tahun 2006 Tahun 2007 Target Realisasi Target Realisasi Mudharabah 20.023 6.000 29,97 8.460 0,00 Musyarakah 97.838 250.000 255,52 394.806 150.000 37,99 Murabahah 21.943.725 17.854.611 81,37 21.938.843 22.113.013 100,79 Ijarah 213.878 590.553 276,12 637.953 497.058 77,91 Al-Qard 227.530 345.378 151,79 520.298 496.434 95,41 Qard Rahn - - - - 1.252.106 - Istishna - - - - - - Total 22.502.994 19.046.542 84,64 23.500.360 24.508.611 104,29 Jenis Akad Tahun 2008 Tahun 2009 Target Realisasi Target Realisasi Mudharabah 110.000 0,00 112.447 75.000 66,70 Musyarakah 390.000 0,00 398.677 460.000 115,38 Murabahah 27.423.554 28.400.565 103,56 34.628.681 34.188.548 98,73 Ijarah 650.000 772.323 118,82 941.321 543.603 57,75 Al-Qard 550.000 73.335 13,33 93.706 27.608 29,46 Qard Rahn 2.450.000 4.142.356 169,08 5.601.072 4.240.305 75,71 Istishna - 686.383 - 817.799 782.315 95,66 Total 31.573.554 34.074.962 107,92 42.593.703 40.317.379 94,66 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan dan Target BPRS Amanah Ummah 2007 - 2010 Pembiayaan syariah dengan akad Mudharabah memiliki nilai realisasi pembiayaan sebesar Rp. 6.000.000 pada tahun 2006, Rp. 0 pada tahun 2007, Rp. 0 pada tahun 2008, dan Rp. 75.000.000 pada tahun 2009. Berdasarkan hal tersebut BPRS mampu mencapai target penyaluran pembiayaan berdasarkan akad Mudharabah sebesar 29,97 persen pada tahun 2006, 0 persen pada tahun 2007, 0 persen pada tahun 2008, dan 66,70 persen pada tahun 2009. Melihat angka-angka tersebut dapat dikatakan bahwa penyaluran pembiayaan syariah dengan akad Mudharabah tidak efektif. Pembiayaan dengan menggunakan akad Mudharabah tidak efektif dalam penyalurannya disebabkan pihak BPRS Amanah Ummah terlalu berhati-hati dalam memberikan pembiayaan dengan jenis ini, meskipun pada akhirnya target yang ditetapkan menjadi tidak terpenuhi. Hal tersebut disebabkan oleh ketidaksiapan nasabah untuk memenuhi persyaratan utama pada akad ini yaitu pencatatan dan pelaporan 85 keuangan pada usaha yang dijalankan. Oleh karena itu, pihak BPRS menjadi lebih berhati-hati dalam menganalisa kelayakan usaha yang akan dibiayai karena dapat berdampak kepada tingkat kualitas pembiayaan dalam hal kolektibilitas pembiayaan yang diberikan oleh BPRS Amanah Ummah. Pembiayaan syariah dengan akad Musyarakah memiliki nilai realisasi pembiayaan sebesar Rp. 250.000.000 pada tahun 2006, Rp. 150.000.000 pada tahun 2007, Rp. 0 pada tahun 2008, dan Rp. 460.000.000 pada tahun 2009. Berdasarkan hal tersebut BPRS mampu mencapai target penyaluran pembiayaan berdasarkan akad Musyarakah sebesar 255,52 persen pada tahun 2006, 37,99 persen pada tahun 2007, 0 persen pada tahun 2008, dan 115,38 persen pada tahun 2009. Melihat angka-angka tersebut dapat dikatakan bahwa penyaluran pembiayaan syariah dengan akad Musyarakah telah efektif. Pembiayaan syariah dengan akad Ijarah memiliki nilai realisasi pembiayaan sebesar Rp. 590.553.000 pada tahun 2006, Rp. 497.058.000 pada tahun 2007, Rp. 772.323.000 pada tahun 2008, dan Rp. 543.603.000 pada tahun 2009. Berdasarkan hal tersebut BPRS mampu mencapai target penyaluran pembiayaan berdasarkan akad Ijarah sebesar 276,12 persen pada tahun 2006, 77,91 persen pada tahun 2007, 118,82 persen pada tahun 2008, dan 57,75 persen pada tahun 2009. Melihat angka-angka tersebut dapat dikatakan bahwa penyaluran pembiayaan syariah dengan akad Ijarah telah efektif. Pembiayaan syariah dengan akad Al Qard memiliki nilai realisasi pembiayaan sebesar Rp. 345.378.000 pada tahun 2006, Rp. 496.434.000 pada tahun 2007, Rp. 73.335.000 pada tahun 2008, dan Rp. 27.608.000 pada tahun 2009. Berdasarkan hal tersebut BPRS mampu mencapai target penyaluran pembiayaan berdasarkan akad Al Qard sebesar 151,79 persen pada tahun 2006, 95,41 persen pada tahun 2007, 13,33 persen pada tahun 2008, dan 29,46 persen pada tahun 2009. Melihat angka-angka tersebut dapat dikatakan bahwa penyaluran pembiayaan syariah dengan akad Al Qard kurang efektif. Akad-akad lain pada pembiayaan syariah proporsinya berbeda jauh dari akad Murabahah. Hal tersebut harus menjadi tanda tanya besar, mengapa 86 akad yang paling besar proporsinya adalah akad Murabahah. Berdasarkan hasil wawancara dikatakan bahwa masyarakat yang menjadi nasabah lebih banyak melakukan pinjaman pembiayaan kepada BPRS bukan atas dasar pemahaman terkait akad-akad syariah yang ada. Namun, aspek kemudahan, kepastian angsuran, dan tidak adanya campur tangan pihak bank dalam manajemenlah yang kemudian digunakan dalam melakukan pemilihan akad sehingga dapat dikatakan walaupun efektif dalam penyalurannya tetapi secara normatif masyarakat belum banyak paham atas akad-akad pembiayaan syariah yang diterapkan oleh pihak BPRS Amanah Ummah. Oleh karena itu, pihak BPRS perlu mensosialisasikan dengan lebih gencar terkait akad-akad syariah yang lainnya. Walaupun jumlahnya tidak ditargetkan, penggunaan akad selain akad Murabahah telah ada sejak lama. Sebagai contoh, akad Qard Rahn dan Istishna. Akad Qard Rahn telah ada sejak tahun 2007 dan akad Istishna telah ada setahun setelahnya yaitu tahun 2008. Pembiayaan syariah dengan akad Qard Rahn memiliki nilai realisasi pembiayaan sebesar Rp. 1.252.106.000 pada tahun 2007, Rp. 4.142.356.000 pada tahun 2008, dan Rp. 4.240.305.000 pada tahun 2009. Berdasarkan hal tersebut BPRS mampu mencapai target penyaluran pembiayaan berdasarkan akad Qard Rahn sebesar 169,08 persen pada tahun 2008, dan 75,71 persen pada tahun 2009. Melihat angka-angka tersebut dapat dikatakan bahwa penyaluran pembiayaan syariah dengan akad Qard Rahn telah efektif. Pembiayaan syariah dengan akad Istishna memiliki nilai realisasi pembiayaan sebesar Rp. 686.383.000 pada tahun 2008, dan Rp. 782.315.000 pada tahun 2009. Berdasarkan hal tersebut BPRS mampu mencapai target penyaluran pembiayaan berdasarkan akad Istishna sebesar 95,66 persen pada tahun 2009. Melihat angka-angka tersebut dapat dikatakan bahwa penyaluran pembiayaan syariah dengan akad Istishna telah efektif. Pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis dapat menggunakan berbagai macam akad sesuai dengan kesepakatan. Namun, sebenarnya ada akad yang khusus dilakukan untuk pembiayaan pada sektor pertanian yaitu Muzara’ah, Musaqah, dan Salam Rivai dan Veithzal, 2008. Muzara’ah 87 diartikan sebagai kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan pengarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu persentase dari hasil panen. Muzara’ah merupakan salah satu skema pembiayaan syariah yang khusus ditujukan untuk usaha pertanian deng sistem bagi hasil. Skema pembiayaan Muzara’ah dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Mekanisme Pembiayaan Muzara’ah Sumber: Rivai dan Veithzal 2008 Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari Muzara’ah dimana penggarap tanah hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan pemeliharaan dan sebagai kompensasi atau imbalannya, penggarap memperoleh nisbah tertentu dari hasil panen. Sedangkan, Salam adalah [embelian barang atau produk yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan dalam hal pembayarannya dilakukan dimuka. Transaksi ini sebagai solusi memenuhi kebutuhan costumerpetani utamanya kebutuhan petani untuk modal kerja. Dalam prakterknya, bank diposisikan sebagai pembeli poduk pertanian dan transaksi in dilakukan pada awal masa tanam, yaitu dengan cara lembaga keuangan memesan hasil pertanian dengan membayar lunas pesanan tersebut pada saat akad dilakukan produsen ditunjuk oleh lembaga keuangan. Agar transaksi ini dapat berjalan secara adil, maka hasil pertanian yang dipesan oleh bank harus jelas kualitas dan kuantitasnya serta waktu penyelesaian maupun pemgirimannya. Jika pesanan tidak sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang ditentukan, petani harus mengganti karena lembaga keuangan sudah membeli membayar dimuka seperti yang disebutkan dalam akad. Dalam prakteknya, karena lembaga keuangan tidak memiliki gudang penyimpanan, maka lembaga keuangan mencari pembeli untuk hasil pertanian tersebut. Kenyataannya, petani menyerahkan hasil Pemilik Lahan Penggarap Lahan Lahan Garapan Hasil Garapan Perjanjian Bagi Hasil Lahan Bibit Pupuk Keahlian SDM Waktu langsung ke pem prakteknya mek perbankan adalah Gambar 9. Mek Sumb Oleh kar agribisnis, selain dengan pemaham Berdasarkan urai pembiayaan sya Murabahah dan akad lainnya terut hasil proft sharing Gambar 10. Propor pada 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 2 P r o p o r si R e a li sa si Pemesanan Ba Costumer dan B Produsen Penjual Lembaga Keuangan Costumer Kirim Barang Bayar Terima barang dan Dokumen Negosiasi Pesanan Dengan Kriteria Kirim Dokumen pembeli berikutnya dan bukan kepada lembaga ekanisme pembiayaan Salam yang biasa di lah Salam Paralel seperti Gambar 9. Mekanisme Pembiayaan Salam mber: Rivai dan Veithzal 2008 karena itu, untuk meningkatkan pembiayaa in penyaluran pembiayaan, perlu dilakukan pe aman akad-akad syariah khususnya untuk se uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivi yariah masih sangat efektif dengan men n perlu ditingkatkan pembiayaan dengan mengg erutama akad yang benar-benar murni menerapka sharing. roporsi Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Jeni pada PT. BPRS Amanah Ummah Tahun 2006-200 2006 2007 2008 2009 Proporsi Realisasi Pembiayaan Barang n Bayar Produsen Penjual Lembaga Keuangan Costum Kirim Barang Bayar Ter Negosiasi Pesan Dengan Kriter Kirim Dokumen 88 a keuangan. Pada diterapkan dalam aan pada sektor n penguatan terkait uk sektor pertanian. ktivitas penyaluran enggunakan akad enggunakan akad- rapkan sistem bagi enis Akad -2009 Mudharabah Musyarakah Murabahah Ijarah Al-Qard Qard Rahn Istishna Pemesanan Barang Costumer dan Bayar Produsen Penjual Lembaga Keuangan umer Kirim Barang Bayar erima barang dan Dokumen sanan iteria Kirim Dokumen Berdasark yang dilakukan di atau jual beli. Pr pada tahun 2006 pada tahun 2008 persen. Berdasar yang menggunak BPRS Amanah U akad yang lain m Gambar 11. Per Ber Tahun 2006 Berdasark pencapaian targ menggunakan aka bahwa pembiay menunjukkan ting akad Ijarah. Se Murabahah, Qard pencapaian targe 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 200 P e r se nt a se R e a li sa si Pers sarkan Gambar 10, diketahui bahwa hampir selur n di BPRS Amanah Ummah menggunakan aka Proporsi realisasi pembiayaan menggunakan a 2006 sebesar 93,74 persen, pada tahun 2007 sebesa 2008 sebesar 83,35 persen, dan pada tahun 2009 sarkan hal tersebut terlihat dengan jelas bahw unakan akad jual beli masih mendominasi pembi h Ummah. Sedangkan, pembiayaan yang men n masih belum dimanfaatkan secara optimal. ersentase Pencapaian Target Pembiayaan yang erdasarkan Jenis Akad pada PT. BPRS Amana ahun 2006-2009 sarkan jenis akad pada Gambar 11, perse arget yang terealisasi terbesar ada pad akad Ijarah yaitu sebesar 132,65 persen. Hal i biayaan yang ada pada BPRS Amanah tingkat efektivitas yang tinggi pada pembiayaa Selain itu, pembiayaan menggunakan aka ard Rahn, dan Istishna memiliki nilai rata rget yang terealisasi di atas 85 persen. Pa 006 2007 2008 2009 Rata-rata rsentase Pencapaian Target Pembiayaan yang T 89 luruh pembiayaan n akad Murabahah n akad Murabahah besar 90,23 persen, 2009 sebesar 84,80 bahwa pembiayaan biayaan syariah di enggunakan jenis ng Terealisasi nah Ummah rsentase rata-rata pada pembiayaan l ini menunjukkan h Ummah telah aan menggunakan kad Musyarakah, ta-rata persentase Pada pembiayaan g Terealisasi Mudharabah Musyarakah Murabahah Ijarah Al-Qard Qard Rahn Istishna Total 90 menggunakan akad Musyarakah memiliki nilai rata-rata persentase pencapaian target yang terealisasi sebesar 102,22 persen atau dapat dikatakan sangat efektif. Pembiayaan menggunakan akad Murabahah memiliki nilai rata-rata persentase pencapaian target yang terealisasi sebesar 96,11 persen atau dapat dikatakan efektif. Pembiayaan menggunakan akad Qard Rahn memiliki nilai rata-rata persentase pencapaian target yang terealisasi sebesar 122,40 persen atau dapat dikatakan sangat efektif. Pembiayaan menggunakan akad Istishna memiliki nilai rata-rata persentase pencapaian target yang terealisasi sebesar 95,66 persen atau dapat dikatakan efektif. Sehingga penyaluran pembiayaan menggunakan akad Musyarakah, Murabahah, Qard Rahn, dan Istishna tersebut dapat dikatakan telah memiliki tingkat efektivitas yang tinggi. Sedangkan, pada pembiayaan menggunakan akad Mudharabah dan Al Qard memiliki nilai rata-rata persentase pencapaian target yang terealisasi kurang dari 85 persen. Pembiayaan mengunakan akad Mudharabah memiliki nilai rata-rata peresentase pencapaian target yang terealisasi sebesar 24,17 persen. Sehingga penyaluran pembiayaan pada pembiayaan menggunakan akad Mudharabah dapat dikatakan tidak efektif. Pembiayaan menggunakan akad Al Qard memiliki nilai rata-rata persentase pencapaian target yang terealisasi sebesar 72,50 persen. Sehingga penyaluran pembiayaan pada pembiayaan menggunakan akad Al Qard dapat dikatakan kurang efektif. Secara total pembiayaan yang diberikan memiliki persentase pencapaian target yang terealisasi sebesar 97,88 persen atau lebih dari 85 persen, sehingga dapat dikatakan telah efektif. 2. Frekuensi dan Jangkauan Pembiayaan Penulis menilai frekuensi pembiayaan yang dimiliki oleh PT. BPRS Amanah Ummah berdasarkan jumlah nasabah pembiayaan pada bank tersebut. Sedangkan, untuk menilai jangkauan pembiayaan yang dilakukan penulis membagi menjadi dua kriteria yaitu berdasarkan wilayah dan sektor usaha yang dilakukan nasabah. Data yang digunakan adalah data dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan pembiayaan yang terjadi dari tahun ke tahun. 91 a Frekuensi Pembiayaan Tabel 11. Frekuensi Pembiayaan PT. BPRS Amanah Ummah Berdasarkan Lokasi Nasabah Tahun 2006 – 2009 Dalam ribuan Rp Lokasi Tahun 2006 Tahun 2007 Nominal Nasabah Nominal Nasabah Leuwiliang 7.207.780 520 37,84 9.095.403 547 37,11 Jasinga 427.957 34 2,25 928.506 45 3,79 Cigudeg 180.872 26 0,95 584.743 41 2,39 Nanggung 310.497 27 1,63 380.655 33 1,55 Rumpin 194.923 10 1,02 72.659 26 0,30 Cibungbulang dan Pamijahan 2.189.629 160 11,50 2.522.547 252 10,29 Ciomas 196.092 17 1,03 456.755 24 1,86 Parung 174.895 24 0,92 1.712.681 47 6,99 Dramaga 343.694 25 1,80 699.814 50 2,86 Ciampea 1.673.011 132 8,78 2.569.332 121 10,48 Kota Bogor 5.575.464 242 29,27 4.517.579 223 18,43 Lain-lain luar Kota 571.728 19 3,00 967.938 28 3,95 Jumlah 19.046.542 1.236 100 24.508.612 1.437 100 Lokasi Tahun 2008 Tahun 2009 Nominal Nasabah Nominal Nasabah Leuwiliang 14.453.091 937 42,42 16.957.642 859 42,06 Jasinga 792.602 21 2,33 2.081.676 47 5,16 Cigudeg 354.456 19 1,04 392.181 20 0,97 Nanggung 536.745 115 1,58 2.427.106 116 6,02 Rumpin 100.093 8 0,29 21.500 12 0,05 Cibungbulang dan Pamijahan 3.830.450 226 11,24 5.002.046 484 12,41 Ciomas 1.805.041 72 5,30 657.615 16 1,63 Parung 632.900 25 1,86 1.044.688 41 2,59 Dramaga 361.696 35 1,06 725.093 45 1,80 Ciampea 1.804.552 129 5,30 2.501.084 197 6,20 Kota Bogor 8.805.041 268 25,84 8.057.140 302 19,98 Lain-lain luar Kota 598.295 12 1,76 451.608 7 1,12 Jumlah 34.074.962 1.867 100 40.319.379 2.146 100 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BPRS Amanah Ummah 2007 - 2010 Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa jumlah nasabah yang dimiliki oleh PT. BPRS Amanah Ummah mengalami peningkatan yang cukup besar dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Pada tahun 2006 frekuensi pembiayaan yang terjadi sebesar 1.236 nasabah dan meningkat sebesar 16,26 persen pada tahun 2007 menjadi 1.437 nasabah. Jumlah ini terus meningkat menjadi 1.867 nasabah pada tahun 2008 atau mengalami peningkatan sebesar 29,92 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan, pada tahun 2009 tetap terjadi 92 peningkatan jumlah nasabah sebesar 14,94 persen menjadi 2.146 nasabah. Melihat data-data tersebut maka dapat disimpulkan frekuensi pembiayaan yang terjadi setiap tahunnya sudah cukup efektif, karena selalu terjadi peningkatan frekuensi pembiayaan dari tahun ke tahun dengan persentase yang juga selalu meningkat, kecuali pada tahun 2009. b Jangkauan Pembiayaan Untuk menilai keefektifan jangkauan pembiayaan akan dilihat melalui beberapa kriteria yaitu wilayah pembiayaan dan sektor usaha nasabah. Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa pembiayaan PT. BPRS Amanah Ummah telah menjangkau 11 kecamatan dari sekitar 40 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bogor atau lebih dari 25 persen wilayah yang ada. Selain itu, PT. BPRS Amanah Ummah juga menjangkau nasabah yang ada di Kota Bogor dan wilayah atau kota di sektar Bogor seperti Depok, Karawang, Sukabumi, Bandung, Tasikmalaya dan sebagainya. Namun, sebagian besar nasabah yang dimiliki oleh BPRS Amanah Ummah adalah nasabah yang bertempat tinggal di sekitar lokasi PT. BPRS Amanah Ummah, yaitu di daerah Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Pada tahun 2006 persentase jumlah pembiayaan yang diberikan pada daerah Leuwiliang adalah sebesar 37,84 persen, ini merupakan jumlah terbesar pada tahun tersebut. Sedangkan urutan kedua adalah Kota Bogor sebesar 29,27 persen, ketiga adalah Cibungbulang dan Pamijahan sebesar 11,50 persen, dan keempat adalah Ciampea sebesar 8,78 persen. Wilayah lain hanya memiliki nilai pembiayaan yang sangat kecil jika dibandingkan dengan keempat wilayah tersebut. Pada tahun 2007 persentase jumlah pembiayaan yang diberikan pada daerah Leuwiliang adalah sebesar 37,11 persen, ini merupakan jumlah terbesar pada tahun tersebut. Sedangkan urutan kedua adalah Kota Bogor sebesar 18,43 persen, ketiga adalah Ciampea sebesar 10,48 persen, dan keempat adalah Cibungbulang dan Pamijahan sebesar 10,29 persen. Wilayah lain hanya memiliki nilai pembiayaan yang sangat kecil jika dibandingkan dengan keempat wilayah tersebut. 93 Pada tahun 2008 persentase jumlah pembiayaan yang diberikan pada daerah Leuwiliang adalah sebesar 42,42 persen, ini merupakan jumlah terbesar pada tahun tersebut. Sedangkan urutan kedua adalah Kota Bogor sebesar 25,84 persen, ketiga adalah Cibungbulang dan Pamijahan sebesar 11,24 persen, dan keempat adalah Ciomas dan Ciampea yang memiliki persentase yang sama sebesar 5,30 persen. Wilayah lain hanya memiliki nilai pembiayaan yang sangat kecil jika dibandingkan dengan keempat wilayah tersebut. Pada tahun 2009 persentase jumlah pembiayaan yang diberikan pada daerah Leuwiliang adalah sebesar 42,06 persen, ini merupakan jumlah terbesar pada tahun tersebut. Sedangkan urutan kedua adalah Kota Bogor sebesar 19,98 persen, ketiga adalah Cibungbulang dan Pamijahan sebesar 12,41 persen, dan keempat adalah Ciampea yang memiliki persentase sebesar 6,20 persen. Wilayah lain hanya memiliki nilai pembiayaan yang sangat kecil jika dibandingkan dengan keempat wilayah tersebut. Melihat jangkauan pembiayaan berdasarkan wilayah pembiayaan tersebut, dapat dikatakan jangkauan pembiayaan telah efektif. Meskipun hampir setengah dari jumlah nasabah yang dimiliki oleh BPRS Amanah Ummah bertempat tinggal di Leuwiliang atau sekitar lokasi BPRS. Tetapi BPRS Amanah Ummah tetap dapat menjangkau nasabah yang bertempat tinggal jauh dari lokasi BPRS. Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa pembiayaan syariah di BPRS Amanah Ummah telah menjangkau cukup banyak sektor usaha yang dilakukan nasabah. Tercatat ada lima sektor usaha yang telah diberikan pembiayaan syariah oleh BPRS Amanah Ummah yaitu sektor pertanian, sektor industri, sektor jasa, sektor perdagangan, dan sektor lain-lain. Sektor pertanian memiliki persentase jumlah nasabah sebesar 0,57 persen pada tahun 2006, 0,52 persen pada tahun 2007, 0,37 persen pada tahun 2008, dan 0,51 persen pada tahun 2009. 94 Tabel 12. Jangkauan Pembiayaan PT. BPRS Amanah Ummah Berdasarkan Sektor Usaha Tahun 2006 – 2009 Dalam ribuan Rp SEKTOR USAHA Tahun 2006 Tahun 2007 Nominal Nsbh Nominal Nsbh Pertanian 154.099 7 0,57 610.389 8 0,52 Industri 640.085 9 0,73 796.793 10 0,65 Jasa 3.275.323 141 11,41 3.454.213 219 14,34 Perdagangan 10.525.096 785 63,51 12.275.309 914 59,86 Lain-lain 4.451.939 294 23,79 7.371.908 376 24,62 JUMLAH 19.046.542 1.236 100,00 24.508.612 1.527 100,00 SEKTOR USAHA Tahun 2008 Tahun 2009 Nominal Nsbh Nominal Nsbh Pertanian 814.799 7 0,37 999.556 11 0,51 Industri 669.022 8 0,43 763.851 9 0,42 Jasa 3.254.441 106 5,68 4.013.830 112 5,22 Perdagangan 19.053.922 1,115 59,72 19.340.703 1062 49,49 Lain-lain 10.282.778 631 33,80 15.201.439 952 44,36 JUMLAH 34.074.962 1.867 100,00 40.319.379 2.146 100,00 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BPRS Amanah Ummah 2007 - 2010 Sektor industri memiliki persentase jumlah nasabah sebesar 0,73 persen pada tahun 2006, 0,65 persen pada tahun 2007, 0,43 persen pada tahun 2008, dan 0,42 persen pada tahun 2009. Sektor jasa memiliki persentase jumlah nasabah sebesar 11,41 persen pada tahun 2006, 14,34 persen pada tahun 2007, 5,68 persen pada tahun 2008, dan 5,22 persen pada tahun 2009. Sektor perdagangan memiliki persentase jumlah nasabah sebesar 63,51 persen pada tahun 2006, 59,86 persen pada tahun 2007, 59,72 persen pada tahun 2008, dan 49,49 persen pada tahun 2009. Sedangkan, untuk sektor lain- lain memiliki persentase jumlah nasabah sebesar 23,79 persen pada tahun 2006, 24,62 persen pada tahun 2007, 33,80 persen pada tahun 2008, dan 44,36 persen pada tahun 2009. Komposisi usaha di Kecamatan Leuwiliang menurut data Sensus Daerah Kabupaten Bogor tahun 2007 adalah 15.235 usaha dengan perincian sebagai berikut: 12.015 usaha perdagangan, 1.992 usaha pertanian, 1.091 usaha jasa, dan 137 usaha lainnya. Adapun proporsi usaha tersebut adalah 78,86 persen untuk sektor perdagangan, 13,08 persen untuk sektor pertanian, 7,16 persen untuk usaha jasa, dan 0,9 persen untuk sektor usaha lainnya. Melihat jangkauan pembiayaan berdasarkan sektor usaha tersebut, dapat dikatakan jangkauan pembiayaan telah efektif. Meskipun lebih dari 95 setengah jumlah nasabah yang dimiliki oleh BPRS Amanah Ummah memiliki usaha di sektor perdagangan. Tetapi BPRS Amanah Ummah tetap dapat menjangkau nasabah yang memiliki usaha di keempat sektor lainnya meskipun dengan jumlah yang lebih sedikit. Sektor usaha nasabah yang dimiliki oleh BPRS Amanah Ummah telah menjangkau banyak sektor usaha. Pada sektor pertanian, nasabah BPRS Amanah Ummah terdiri dari nasabah sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Pada sektor perdagangan, nasabah BPRS Amanah Ummah terdiri dari nasabah pedagang eceran, retail, grosir, pedagang pakaian, makanan, sembako, hewan ternak, emas, dan sebagainya. Namun, pembiayaan syariah yang disalurkan oleh BPRS Amanah Ummah pada sektor pertanian masih belum sesuai dengan proporsi sektor usaha yang berada pada wilayah Leuwiliang. Seharusnya pihak BPRS Amanah Ummah memberikan perhatian yang lebih kepada sektor ini agar dapat menjangkau sektor agribisnis secara keseluruhan tidak hanya berfokus pada sektor Off-farm-nya saja. 3. Tunggakan Pembiayaan Untuk melakukan penilaian atas tunggakan pembiayaan sebagai salah satu indikator keefektifan pembiayaan dengan ketentuan dari Bank Indonesia BI yang menyatakan standar terbaik NPL Non Performing Loan yang terbagi menjadi pembiayaan kurang lancar, diragukan, dan macet.adalah di bawah 5 persen. Total pembiayaan yang tidak lancar pada PT. BPRS Amanah Ummah tahun 2006 hingga tahun 2009. Pada tahun 2006 pembiayaan yang lancar berjumlah Rp. 17.706.511.258 atau sebesar 92,96 persen dari total pembiayaan yang disalurkan. Pembiayaan yang kurang lancar berjumlah Rp. 415.989.293 atau 2,18 persen dari total pembiayaan yang disalurkan. Pembiayaan yang diragukan berjumlah Rp. 626.885.774 atau 3,29 persen dari total pembiayaan yang disalurkan. Pembiayaan yang macet berjumlah Rp. 297.154.878 atau 1,56 persen dari total pembiayaan yang disalurkan. Melihat nilai Non Performing Loan NPL yang terdiri dari pembiayaan yang kurang lancar, pembiayaan yang diragukan, dan pembiayaan yang macet memiliki nilai yang 96 lebih besar dari 5 persen atau sebesar 7,04 persen. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2006 pembiayaan yang disalurkan dinilai kurang efektif karena memiliki nilai NPL lebih dari 5 persen. Pada tahun 2007 pembiayaan yang lancar berjumlah Rp. 23.553.149.383 atau sebesar 96,10 persen dari total pembiayaan yang disalurkan. Pembiayaan yang kurang lancar berjumlah Rp. 40.509.388 atau 0,17 persen dari total pembiayaan yang disalurkan. Pembiayaan yang diragukan berjumlah Rp. 412.965.802 atau 1,68 persen dari total pembiayaan yang disalurkan. Pembiayaan yang macet berjumlah Rp. 501.987.392 atau 2,05 persen dari total pembiayaan yang disalurkan. Melihat nilai Non Performing Loan NPL yang terdiri dari pembiayaan yang kurang lancar, pembiayaan yang diragukan, dan pembiayaan yang macet memiliki nilai yang lebih kecil dari 5 persen atau sebesar 3,90 persen. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2006 pembiayaan yang disalurkan dinilai sudah efektif karena memiliki nilai NPL kurang dari 5 persen. Pada tahun 2008 pembiayaan yang lancar berjumlah Rp. 33.026.570.189 atau sebesar 96,92 persen dari total pembiayaan yang disalurkan. Pembiayaan yang kurang lancar berjumlah Rp. 467.432.492 atau 1,37 persen dari total pembiayaan yang disalurkan. Pembiayaan yang diragukan berjumlah Rp. 14.669.855 atau 0,04 persen dari total pembiayaan yang disalurkan. Pembiayaan yang macet berjumlah Rp. 566.288.84 atau 1,66 persen dari total pembiayaan yang disalurkan. Melihat nilai Non Performing Loan NPL yang terdiri dari pembiayaan yang kurang lancar, pembiayaan yang diragukan, dan pembiayaan yang macet memiliki nilai yang lebih kecil dari 5 persen atau sebesar 3,08 persen. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2006 pembiayaan yang disalurkan dinilai sudah efektif karena memiliki nilai NPL kurang dari 5 persen. Pada tahun 2009 pembiayaan yang lancar berjumlah Rp. 39.292.455.755 atau sebesar 97,45 persen dari total pembiayaan yang disalurkan. Pembiayaan yang kurang lancar berjumlah Rp. 258.728.165 atau 0,64 persen dari total pembiayaan yang disalurkan. Pembiayaan yang diragukan berjumlah Rp. 57.340.247 atau 0,14 persen dari total pembiayaan 97 yang disalurkan. Pembiayaan yang macet berjumlah Rp. 710.856.052 atau 1,76 persen dari total pembiayaan yang disalurkan. Melihat nilai Non Performing Loan NPL yang terdiri dari pembiayaan yang kurang lancar, pembiayaan yang diragukan, dan pembiayaan yang macet memiliki nilai yang lebih kecil dari 5 persen atau sebesar 2,55 persen. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2006 pembiayaan yang disalurkan dinilai sudah efektif karena memiliki nilai NPL kurang dari 5 persen. Tabel 13. Tunggakan Pembiayaan BPRS Amanah Ummah Berdasarkan Jenis Akad Tahun 2006 – 2009 Dalam Rp Jenis Akad Tahun 2006 Total Pembiayaan Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Murabahah 16.533.972.717 408.726.090 619.257.340 292.654.141 17.854.610.288 Istishna - - - - - Musyarakah 250.000.000 - - - 250.000.000 Mudharabah 6.000.000 - - - 6.000.000 Ijarah 587.219.819 - 3.333.341 - 590.553.160 Qardh 329.318.722 7.263.203 4.295.093 4.500.737 345.377.755 Qardh Rhan - Jumlah 17.706.511.258 415.989.293 626.885.774 297.154.878 19.046.541.203 Persentase 92,96 2,18 3,29 1,56 100,00 Jenis Akad Tahun 2007 Total Pembiayaan Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Murabahah 21.172.352.175 36.669.500 412.965.802 491.025.632 22.113.013.109 Istishna - - - - - Musyarakah 150.000.000 - - - 150.000.000 Mudharabah - - - - - Ijarah 490.391.803 - - 6.666.667 497.058.470 Qardh 488.299.405 3.839.888 - 4.295.093 496.434.386 Qardh Rhan 1.252.106.000 - - - 1.252.106.000 Jumlah 23.553.149.383 40.509.388 412.965.802 501.987.392 24.508.611.965 Persentase 96,10 0,17 1,68 2,05 100,00 Jenis Akad Tahun 2008 Total Pembiayaan Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Murabahah 27.816.534.009 3.072.092 14.669.855 566.288.843 28.400.564.799 Istishna 222.022.600 464.360.400 - - 686.383.000 Musyarakah - - - - - Mudharabah - - - - - Ijarah 772.323.029 - - - 772.323.029 Qardh 73.334.551 - - - 73.334.551 Qardh Rhan 4.142.356.000 - - - 4.142.356.000 Jumlah 33.026.570.189 467.432.492 14.669.855 566.288.843 34.074.961.379 Persentase 96,92 1,37 0,04 1,66 100,00 Jenis Akad Tahun 2009 Total Pembiayaan Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Murabahah 33.396.237.006 24.115.465 57.340.247 710.856.052 34.188.548.770 Istishna 547.702.300 234.612.700 - - 782.315.000 Musyarakah 460.000.000 - - - 460.000.000 Mudharabah 75.000.000 - - - 75.000.000 Ijarah 545.603.111 - - - 545.603.111 Qardh 27.608.338 - - - 27.608.338 Qardh Rhan 4.240.305.000 - - - 4.240.305.000 Jumlah 39.292.455.755 258.728.165 57.340.247 710.856.052 40.319.380.219 Persentase 97,45 0,64 0,14 1,76 100,00 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan BPRS Amanah Ummah 2007 - 2010 98 Secara keseluruhan, pembiayaan syariah yang disalurkan oleh BPRS Amanah Ummah sudah efektif jika dilihat dari nilai tunggakan pembiayaan atau NPL yang memiliki kecenderungan semakin menurun dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa BPRS Amanah Ummah dapat mengoptimalkan pengembalian pembiayaan syariah yang mereka berikan kepada nasabah sehingga nilai kualitas pembiayaan yang lancar semakin meningkat. Produk pembiayaan yang dimiliki oleh BPRS Amanah Ummah juga memiliki nilai kualitas pembiayaan yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai pembiayaan yang lancar yang memiliki nilai rata-rata persentase lebih dari 95 persen. 4. Pelayanan Pembiayaan BPRS Amanah Ummah memiliki pelayanan kepada nasabah berupa pelayanan di kantor atau pun kunjungan langsung kepada nasabah yang ingin mengetahui informasi lebih banyak mengenai pembiayaan syariah. Nasabah akan diberikan informasi secara langsung oleh petugas Account Officer yang ada di BPRS Amanah Ummah. Petugas Account officer ini pula yang akan melakukan analisa kualitatif dan analisa kuantitatif mengenai usaha nasabah untuk lebih jelasnya dapat dibaca pada bab gambaran umum perusahaan. Selain itu, BPRS Amanah Ummah juga melakukan pembinaan kepada nasabah mereka. Pembinaan tersebut dilakukan pada saat awal pengajuan pembiayaan maupun penagihan pembayaran angsuran. Pembinaan ini berupa konsultasi bisnis terkait dengan administrasi keuangan maupun rencana usaha yang dilakukan nasabah. Pembinaan ini dilakukan langsung oleh Account Officer, agar pembiayaan yang disalurkan tidak mengalami kemacetan pada saat pembayarannya. Ada satu pelayanan yang khas pada BPRS Amanah Ummah dan tidak ada pada bank lainnya yaitu proses penagihan dilakukan setiap hari dan tidak memberatkan bagi nasabah pada sektor perdagangan. Petugas BPRS Amanah Ummah akan mendatangi nasabah pada sektor perdagangan setiap hari untuk mengambil tabungan dari nasabah, lalu setelah saatnya pembayaran angsuran maka petugas akan mengambil buku tabungan nasabah untuk melakukan pendebetan pembiayaan. 99 Berdasarkan data yang didapat, prosedur penyaluran pembiayaan dilihat dari kriteria pelayanan pembiayaan dapat dikatakan sudah efektif. Hal ini disebabkan pihak bank memiliki berbagai macam pelayanan yang diberikan kepada nasabah yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan nasabah.

6.2.2. Keragaan Pembiayaan Syariah yang Terjadi pada Nasabah BPRS Amanah Ummah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui tingkat efektivitas penyaluran pembiayaan yang telah dilakukan pada PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor. Adapun efektivitas penyaluran pembiayaan tersebut dapat dilihat melalui keragaan pembiayaan syariah yang terjadi pada nasabah antara lain persyaratan awal, prosedur pembiayaan, realisasi pembiayaan, biaya administrasi, nisbah bagi hasilmargin, dan pelayanan serta pembinaan dari petugas bank. Efektivitas akan dilihat dari sejauh mana pihak BPRS Amanah Ummah mampu menjalankan proses penyaluran pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang telah mereka tetapkan. Kriteria ini akan diurutkan dari tingkatan sangat efektif, efektif, kurang efektif, dan tidak efektif. Tingkat keefektifan sendiri berbeda-beda tergantung dengan kriteria yang ada. Pada penelitian yang telah dilakukan penulis pada responden yang menjadi nasabah pada PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor ditemukan bahwa: 1. Persyaratan Awal Pembiayaan Salah satu bentuk pelayanan pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan mikro adalah prosedur dan syarat aplikasi pembiayaan yang tidak berbelit-belit yang diharapkan dapat berdampak pada kemudahan akses pelaku usaha terhadap sumber pembiayaan. Persyaratan awal yang diterapkan oleh BPRS dalam proses pengajuan pembiayaan, antara lain fotokopi KTP pemohon, fotokopi KTP suamiistri pemohon, fotokopi KK, pas foto berwarna ukuran 4 x 6 suami – istri pemohon, foto tempat usaha, melampirkan fotokopi jaminan berupa rumahtanah Sertifikat Hak MilikSHM, SPPT, kendaraan BPKB, STNK, faktur, trayek, kwitansi, KIR, foto jaminan kendaraanrumahtanah, fotokopi rekening listrik 3 bulan terakhir, b rekening di BPRS Evaluasi pembiayaan ada dipenuhi responde evaluasi efektivit Gambar 12. Seb Pem Berdasark responden nasaba persen syarat ya orang responden menyatakan bahw ditentukan oleh persen dari tot memenuhi 85 – 99 responden atau mereka mampu m responden atau mereka hanya ma 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 P e r se nt a se , buka rekening di BPRS Amanah Ummah, RS Amanah Ummah atau bank lain. si efektivitas yang dilakukan untuk pe dalah dengan cara membandingkan persyara sponden dengan ketentuan yang diterapkan ole vitas dapat dilihat pada Gambar 12. ebaran Persentase Responden Menurut Persyar embiayaan pada PT. BPRS Amanah Ummah sarkan Gambar 12, dapat dilihat bahwa abah BPRS Amanah Ummah menyatakan dapa yang ditentukan oleh BPRS Amanah Umma en atau 65,78 persen dari total keseluruha ahwa mereka mampu memenuhi 100 perse h BPRS. Sebanyak sembilan orang respond total keseluruhan responden menyatakan m – 99 persen syarat yang ditentukan oleh BPRS u 7,9 persen dari total keseluruhan responde pu memenuhi 70 – 84 persen syarat yang ada. S u 2,63 persen dari total keseluruhan respond mampu memenuhi kurang dari 70 persen syarat Pemenuhan Persyaratan 100 h, fotokopi mutasi persyaratan awal aratan yang telah oleh BPRS. Hasil yaratan Awal h sebagian besar pat memenuhi 100 ah. Sebanyak 25 uruhan responden rsen syarat yang sponden atau 23,69 n mereka mampu RS. Sebanyak tiga sponden menyatakan a. Sedangkan, satu sponden menyatakan rat yang ada. 100 85 - 99 70 - 84 70 101 Berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan, dapat disimpulkan bahwa persyaratan awal pembiayaan sangat efektif diterapkan kepada nasabah dari BPRS Amanah Ummah. Pihak BPRS menyatakan bahwa persyaratan yang harus dipenuhi nasabah adalah berjumlah sepuluh syarat yang ada. Namun, hal ini bersifat kondisional tergantung dari situasi dan kondisi dari nasabah tersebut. Sehingga, jumlah syarat yang wajib dipenuhi oleh nasabah menjadi berbeda-beda tergantung dari kondisi nasabah. Persyaratan yang bersifat kondisional antara lain, fotokopi KTP suamiistri pemohon, pas foto berwarna ukuran 4 x 6 suami – istri pemohon, dan fotokopi mutasi rekening di BPRS Amanah Ummah atau bank lain. Pihak BPRS menyatakan apabila nasabah tidak memiliki persyaratan ini dsebabkan memang belum menikahdan tidak melakukan mutasi rekening maka persyaratan ini tidak perlu dipenuhi. 2. Prosedur Pembiayaan Pada proses pengajuan pembiayaan terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui oleh nasabah. Sistem dan prosedur yang dirancang oleh pihak BPRS bertujuan untuk mengurangi terjadinya pembiayaan bermasalah, namun tetap sederhana dan tidak memakan waktu lama. Tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh nasabah antara lain menemui Customer Service diberitahukan persyaratan administrasi umum yang harus dipenuhi oleh nasabah, membawa seluruh persyaratan ke bagian Account Officer untuk diproses, Account Officer melakukan analisa pembiayaan ada dua aspek yang dianalisa yaitu analisa kualitatif dan analisa kuantitatif, penilaian permohonan proposal pembiayaan yang dibahas dalam komite awal bidang marketing, komite akhir direksi yang membahas pengajuan pembiayaan nasabah dengan melakukan pertimbangan dari hasil penilaian permohonan proposal pembiayaan, nasabah dan Account Officer bermusyawarah untuk menentukan akad pembiayaan, menentukan keputusan mengenai proporsi bagi hasil, harga jual barang, menentukan jangka waktu pengembalian dan besaran angsuran perbulan serta penandatanganan akad sebagai ijab kabul antara nasabah dengan pihak bank, administrasi pembiayaan akan diproses oleh ADMP, dropi semua nasabah ba Evaluasi adalah dengan ca dengan ketentua dapat dilihat pada Gambar 13. Seb pada Berdasark responden nasaba persen tahapan y atau 44,74 perse mereka telah me 12 responden ata menyatakan mer yang telah ditent responden dari melewati 70 – 84 Sedangkan, seba 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 P e r se nt a se droping pencairan. Semua tahapan tersebut baik itu nasabah lama dan nasabah baru. si efektivitas yang dilakukan untuk prosedur n cara membandingkan prosedur yang telah dile uan yang diterapkan oleh BPRS. Hasil eval pada Gambar 13. ebaran Persentase Responden Menurut Prosedur pada PT. BPRS Amanah Ummah sarkan Gambar 13, dapat dilihat bahwa sabah BPRS Amanah Ummah menyatakan tela n yang wajib dilewati oleh nasabah. Sebanya rsen responden dari total keseluruhan responde elewati 100 persen tahapan yang telah ditent atau 31,58 persen responden dari total keselur ereka melewati 85 – 99 persen tahapan dari tentukan. Sebanyak delapan responden atau i total keseluruhan responden menyatakan 84 persen tahapan dari seluruh tahapan yang t banyak satu responden atau 2,63 persen responde Pemenuhan Prosedur 102 but berlaku untuk osedur pembiayaan dilewati responden valuasi efektivitas osedur Pembiayaan sebagian besar elah melewati 100 yak 17 responden sponden menyatakan ntukan. Sebanyak luruhan responden ri seluruh tahapan tau 21,05 persen n mereka mampu g telah ditentukan. sponden dari total 100 85 - 99 70 - 84 70 103 keseluruhan responden menyatakan mereka hanya mampu melewati kurang dari 70 persen tahapan yang telah ditentukan. Berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan, dapat disimpulkan bahwa prosedur pembiayaan telah efektif diterapkan kepada nasabah dari BPRS Amanah Ummah. Pihak BPRS menyatakan bahwa prosedur yang harus dilalui nasabah adalah berjumlah delapan tahapan dari sembilan tahapan yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan tahapan kelima yang harus dilalui nasabah bersifat kondisional, tergantung dari situasi dan kondisi dari nasabah tersebut. Pembahasan pengajuan pembiayaan yang dilakukan oleh komite akhir direksi hanya dilakukan jika pengajuan pembiayaan yang dilakukan oleh nasabah lebih dari lima juta rupiah. Oleh karena itu, mereka menyatakan apabila nasabah tidak mengajukan pembiayaan di atas lima juta rupiah tahapan kelima ini tidak perlu dipenuhi. 3. Realisasi Pembiayaan Karakteristik nasabah pada umumnya mengajukan pembiayaan pada saat membutuhkan tambahan modal bagi usahanya. Sehingga mereka sangat membutuhkan dana pembiayaan dalam waktu yang cepat untuk keberlansungan usahanya. Pihak BPRS mengusahakan sesingkat mungkin waktu pencairan atau realisasi pembiayaan. Rata-rata waktu yang diperlukan dari proses pengajuan persyaratan sampai dengan pencairan dana lebih kurang dua minggu. Jika realisasi pembiayaan melebihi dua minggu maka dapat dikatakan kurang efektif. Evaluasi efektivitas yang dilakukan untuk realisasi pembiayaan adalah dengan cara membandingkan waktu hingga pencairan dana yang telah dilewati responden dengan ketentuan yang diterapkan oleh BPRS. Hasil evaluasi efektivitas dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Seb pada Berdasark responden nasaba hingga satu mingg responden atau menyatakan bahw tujuh hari dalam persen responden mereka memerluka pembiayaan. Seba keseluruhan respond tiga minggu 21 responden atau 5,26 menyatakan mer realisasi pembiay Berdasark bahwa realisasi p BPRS Amanah U dalam realisasi pe oleh pihak BPRS 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 P e r se nt a se ebaran Persentase Responden Menurut Realisa pada PT. BPRS Amanah Ummah sarkan Gambar 14, dapat dilihat bahwa abah BPRS Amanah Ummah menyatakan mem inggu tujuh hari dalam realisasi pembiayaa u 57,89 persen responden dari total keseluruha bahwa mereka hanya memerlukan waktu hingg lam realisasi pembiayaan. Sebanyak 13 responde sponden dari total keseluruhan responden yang men rlukan waktu hingga dua minggu 14 hari ebanyak satu responden atau 2,63 persen responde sponden yang menyatakan bahwa ia memerluka 21 hari dalam realisasi pembiayaan. Sedangka u 5,26 persen responden dari total keseluruhan ereka memerlukan waktu hingga satu bulan biayaan. sarkan kenyataan yang ada di lapangan, dapa si pembiayaan sangat efektif diterapkan kepada h Ummah. Hal ini disebabkan waktu yang dibut si pembiayaan jauh lebih cepat dari ketentuan S yaitu dua minggu 14 hari. Realisasi Pembiayaan ≤ 8 1 2 104 isasi Pembiayaan sebagian besar emerlukan waktu aan. Sebanyak 22 uruhan responden ngga satu minggu sponden atau 34,21 enyatakan bahwa i dalam realisasi sponden dari total ukan waktu hingga kan, sebanyak dua n responden yang n 30 hari dalam dapat disimpulkan pada nasabah dari dibutuhkan nasabah n yang ditetapkan ≤ 7 Hari 8 - 14 Hari 15 - 21 Hari 22 - 30 Hari 4. Biaya Administra Secara um nasabah selama realisasi pembia tabungan, ZIS za biaya administrasi dibebankan kepa pengajuan pembi Evaluasi pembiayaan ada dikeluarkan responde Namun, karena bi sedekah, dan bi besarnya pembia hanyalah biaya ri yang dikeluarka efektivitas dapat di Gambar 15. Seb Pem Berdasark responden nasaba 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 P e r se nt a se B strasi Pembiayaan umum biaya administrasi adalah biaya yang di a proses permohonan pengajuan pembiayaan biayaan. Biaya tersebut diperlukan untuk zakat, infak, dan sedekah, biaya asuransi, bia rasi lainnya. Pihak BPRS menyatakan biaya adm pada nasabah adalah biaya riil yang dikeluarka biayaan hingga realisasi pembiayaan. si efektivitas yang dilakukan untuk biay dalah dengan cara membandingkan juml esponden dengan ketentuan yang diterapka a biaya riil juga mencakup biaya notaris, ZIS z n biaya asuransi yang besarnya berbeda-beda biayaan yang diberikan, maka biaya administra riil mencakup biaya materai, buku tabungan, da kan dalam melakukan analisis pembiayaan. pat dilihat pada Gambar 15. ebaran Persentase Responden Menurut Biaya A Pembiayaan pada PT. BPRS Amanah Ummah sarkan Gambar 15, dapat dilihat bahwa sabah BPRS Amanah Ummah menyatakan men Biaya Administrasi Pembiayaan ≤ Rp. 100.0 Rp. 100.001 Rp. 250.001 Rp. 500.0 105 dikeluarkan oleh an sampai dengan uk materai, buku biaya notaris, serta administrasi yang kan selama proses biaya administrasi umlah uang yang pkan oleh BPRS. zakat, infak, dan a tergantung dari strasi yang dihitung n, dan biaya survei n. Hasil evaluasi a Administrasi h sebagian besar engeluarkan uang 0.000 001 - Rp. 250.000 001 - Rp. 500.000 0.000 106 lebih dari Rp. 100.000 hingga Rp. 250.000 sebagai biaya administrasi pembiayaan. Sebanyak 17 responden atau 44,73 persen responden dari total keseluruhan reponden menyatakan mereka mengeluarkan uang lebih dari Rp. 100.000 hingga Rp. 250.000 sebagai biaya administrasi pembiayaan. Sebanyak enam responden atau 15,79 persen responden dari total keseluruhan responden menyatakan mereka mengeluarkan uang hingga Rp. 100.000 sebagai biaya administrasi pembiayaan. Sebanyak enam responden atau 15,79 persen responden dari total keseluruhan responden yang menyatakan mereka mengeluarkan uang lebih dari Rp. 250.000 hingga Rp. 500.000 sebagai biaya administrasi pembiayaan. Sedangkan, sebanyak sembilan responden atau 23,69 persen responden dari total keseluruhan responden menyatakan mereka mengeluarkan uang lebih dari Rp. 500.000 sebagai biaya administrasi pembiayaan. Berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan, dapat disimpulkan bahwa biaya administrasi pembiayaan telah efektif diterapkan kepada nasabah dari BPRS Amanah Ummah. Hal ini disebabkan biaya yang dikeluarkan oleh nasabah masih sesuai dengan ketentuan biaya administrasi pembiayaan yang ditetapkan dengan ketentuan pihak BPRS yaitu sesuai dengan biaya riil yang dikeluarkan dalam tahap pengajuan pembiayaan hingga realisasi pembiayaan. Untuk melihat apakah besar biaya administrasi atau dalam hal ini biaya riil yang dikeluarkan nasabah sudah sesuai dengan jarak antara BPRS Amanah Ummah dengan lokasi usaha nasabah. Untuk mengetahui hubungan tersebut digunakan analisis korelasi pearson untuk melihat sejauh mana lokasi usaha nasabah berpengaruh terhadap biaya riil yang dikeluarkan nasabah. Tabel 14. Hasil Uji Korelasi Variabel Lokasi Usaha Terhadap Biaya Riil Hasil Korelasi Pearson Lokasi Usaha Koefisien Korelasi Nilai P 0,322 0,048 Berdasarkan analisis korelasi pearson tersebut, diketahui bahwa korelasi antara lokasi usaha nasabah dengan biaya riil memiliki derajat hubungan yang r dari α lima perse secara signifikan derajat hubungan yang dibebankan transportasi untuk m 5. Nisbah Bagi Hasi Nisbah ba diterima oleh B menyatakan bah nasabah berkisar persen hingga 18,00 p Evaluasi adalah dengan dikeluarkan responde evaluasi efektivit Gambar 16. Seb Ha Berdasark responden nasa mengeluarkan ni 5 10 15 20 25 30 35 40 P e r se nt a se g rendah dengan taraf signifikansi sebesar 0,048 rsen. Sehingga dapat dikatakan bahwa lokasi kan mempengaruhi biaya riil yang harus dikelua gan yang dimiliki kurang erat. Dapat dikatakan an kepada nasabah sudah efektif karena sesua untuk melakukan survei lapang pada lokasi usaha asilMargin h bagi hasilmargin adalah besar bagi hasi BPRS atas pembiayaan yang telah diberika bahwa nisbah bagi hasilmargin yang dibe sar antara 1,00 persen hingga 1,5 persen perbul 18,00 persen pertahun. si efektivitas yang dilakukan untuk nisbah ba n cara membandingkan nisbah bagi hasi sponden dengan ketentuan yang diterapkan ol vitas dapat dilihat pada Gambar 16. ebaran Persentase Responden Menurut Nisbah B asilMargin pada PT. BPRS Amanah Ummah sarkan Gambar 16, dapat dilihat bahwa asabah BPRS Amanah Ummah menya nisbah bagi hasilmargin antara 14,01 perse Nisbah Bagi HasilMargin Tahun 107 0,048 atau kurang okasi usaha nasabah luarkan, meskipun n bahwa biaya riil suai dengan biaya ha nasabah. hasilmargin yang kan. Pihak BPRS bebankan kepada rbulan atau 10,00 bagi hasilmargin hasilmargin yang oleh BPRS. Hasil sbah Bagi ah sebagian besar yatakan mereka sen hingga 18,00 10,01 - 14,00 14,01 - 18,00 18,01 - 22,00 22,01 - 26,00 108 persen pertahun. Sebanyak 14 responden atau 36,84 persen responden dari total keseluruhan responden menyatakan mereka mengeluarkan nisbah bagi hasilmargin antara 14,01 persen hingga 18,00 persen pertahun. Sebanyak enam responden atau 15,79 persen responden dari total keseluruhan responden menyatakan mereka mengeluarkan nisbah bagi hasilmargin antara 10,01 persen hingga 14,00 persen pertahun. Sebanyak 12 responden atau 31,58 persen responden dari total keseluruhan responden menyatakan mereka mengeluarkan nisbah bagi hasilmargin antara 18,01 persen hingga 22,00 persen pertahun. Sedangkan, sebanyak enam responden atau 15,79 persen responden dari total keseluruhan responden menyatakan mereka mengeluarkan nisbah bagi hasilmargin antara 22,01 persen hingga 26,00 persen pertahun. Berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan, dapat disimpulkan bahwa nisbah bagi hasilmargin telah efektif diterapkan kepada nasabah dari BPRS Amanah Ummah. Hal ini disebabkan besar nisbah bagi hasilmargin yang dibebankan kepada nasabah masih sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh BPRS. Sebagian besar nasabah tidak melakukan proses negosiasi mengenai jumlah nisbah bagi hasilmargin yang dibebankan kepada mereka. Padahal, BPRS Amanah Ummah menyediakan proses negosiasi yang bisa dipergunakan nasabah untuk menawar besar nisbah bagi hasil yang harus dibayar kepada pihak BPRS Amanah Ummah. Diketahui pula bahwa nasabah pada sektor on-farm ternyata mengeluarkan nisbah bagi hasilmargin yang lebih kecil dibandingkan nasabah pada sektor off-farm. Nasabah pada sektor on-farm hanya dibebankan nisbah bagi hasilmargin sebesar 11 persen sampai dengan 19,20 persen pertahun. Sedangkan, nasabah pada sektor off-farm dibebankan nisbah bagi hasilmargin yang lebih besar yaitu sebesar 12 persen sampai dengan 22,80 persen pertahun. Hal tersebut menunjukkan pihak BPRS Amanah Ummah telah menyadari tingkat risiko usaha yang lebih besar pada sektor on-farm, sehingga mereka membebankan nisbah bagi hasilmargin yang relatif lebih kecil dibandingkan sektor off-farm. 109 6. Pelayanan serta Pembinaan Petugas Bank Dalam hal pelayanan, BPRS menggunakan Account Officer AO dan Funding Officer FO sebagai pendamping bagi nasabah. Pada umumnya antara AO dan FO dengan nasabah memiliki hubungan yang cukup dekat. Kedekatan hubungan ini dikarenakan baik AO maupun FO secara rutin secara rutin mengunjungi nasabah, terutama mitra yang mempunyai pembiayaan yang bermasalah dalam pembayaranya. Hubungan yang dibangun antara AO dan FO dengan nasabah dilandaskan pada asas kekeluargaan. Pelayanan dan pembinaan yang dilakukan oleh petugas bank antara lain memberikan penjelasan mengenai syarat awal dan penjelasan mengenai jenis pembiayaan yang tersedia, melakukan peninjauan usaha nasabah, serta memberikan penjelasan mengenai angsuran dan bagi hasilmargin. Pihak BPRS juga menyediakan pilihan pelayanan kepada nasabah yaitu pelayanan di kantor BPRS Amanah Ummah maupun pelayanan secara langsung di tempat usaha nasabah. Pembinaan ini berupa konsultasi bisnis terkait dengan administrasi keuangan maupun rencana usaha yang dilakukan nasabah. Pembinaan ini dilakukan langsung oleh Account Officer, agar pembiayaan yang disalurkan tidak mengalami kemacetan pada saat pembayarannya. Evaluasi efektivitas yang dilakukan untuk pelayanan dan pembinaan petugas bank adalah dengan cara membandingkan pelayanan dan pembinaan yang diterima responden dengan ketentuan yang diterapkan oleh BPRS. Hasil evaluasi efektivitas dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17. Seb Pem Berdasark responden nasaba mendapatkan pel responden atau menyatakan mer petugas bank da atau 7,89 perse menyatakan mer berupa penjelasan penjelasan angsur 10,53 persen responde mereka mendapa penjelasan syarat bagi hasilmargin. responden dari mendapatkan pe berupa penjelasan s Berdasark bahwa pelayana 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 P e r se nt a se Pel ebaran Persentase Responden Menurut Pelayana embinaan Petugas pada PT. BPRS Amanah Um sarkan Gambar 17, dapat dilihat bahwa sabah BPRS Amanah Ummah menyatakan elayanan maupun pembinaan dari petugas bank. u 47,37 persen responden dari total keseluruha ereka tidak mendapatkan pelayanan dan p dalam pembiayaan yang diberikan. Sebanyak rsen responden dari total keseluruhan re ereka mendapatkan pelayanan dan pembinaa san syarat awal dan jenis pembiayaan, peninja suran dan bagi hasilmargin. Sebanyak empat esponden dari total keseluruhan responden ya patkan pelayanan dan pembinaan yang kurang rat awal dan jenis pembiayaan, serta penjelasa gin. Sedangkan, sebanyak 13 responden ata ri total keseluruhan responden yang meny pelayanan dan pembinaan yang tidak lengka san syarat awal dan penjelasan angsuran dan ba sarkan kenyataan yang ada di lapangan, dapa nan dan pembinaan petugas bank tidak efe elayanan dan Pembinaan Petugas Bank L Ku T T 110 yanan dan h Ummah sebagian besar kan mereka tidak bank. Sebanyak 18 uruhan responden n pembinaan dari ak tiga responden responden yang naan yang lengkap njauan usaha, serta pat responden atau n yang menyatakan ng lengkap berupa asan angsuran dan atau 34,21 persen nyatakan mereka ngkap yaitu hanya n bagi hasilmargin. dapat disimpulkan efektif diterapkan Lengkap Kurang Lengkap Tidak Lengkap Tidak Ada 111 kepada nasabah dari BPRS Amanah Ummah. Hal ini disebabkan sebagian besar responden mengatakan bahwa mereka tidak mendapatkan pelayanan dan pembinaan apapun yang diberikan oleh petugas bank. Hal ini tentu tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh BPRS.

6.3. Analisis Efektivitas Pemanfaatan Pembiayaan