48
5.4.6 Usia
Sebaran usia responden tergolong bervariasi, yaitu berada pada kisaran 23-
85 tahun. Jumlah responden yang berada pada kisaran 49-61 tahun memiliki jumlah responden yang paling banyak yaitu sebesar 39, 58 atau sebanyak 19
Kepala Keluarga. Untuk jumlah responden yang paling sedikit berada pada kisaran 75-85 tahun yaitu sebesar 2,08 atau sebanyak satu Kepala Keluarga.
Persentase usia responden dapat dilihat pada Gambar 13.
25,00
29,17 39,58
4,17 2,08
23-35 tahun 36-48 tahun
49-61 tahun 62-74 tahun
75-85 tahun
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Gambar 13. Persentase Responden Berdasarkan Usia 5.4.7
Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan responden terbagi 4 kategori terdiri dari Buruh, Pegawai
Swasta, Wiraswasta, dan Pegawai Negeri Sipil PNS. Tidak semua responden memiliki pekerjaan, ada sebagian responden yang berstatus sebagai pengangguran
yaitu sebesar 6, 25 atau sebanyak 3 Kepala Keluarga adalah pengangguran. Sebagian besar responden berprofesi sebagai Pegawai Swasta yaitu sebesar 47,
92 atau sebanyak 23 orang. Hanya sedikit yang berprofesi sebagai PNS yaitu sebesar 4, 17 atau sebanyak 2 orang. Persentase jenis pekerjaan responden dapat
dilihat pada Gambar 14.
49 14,58
27,08 47,92
4,17 6,25
Wiraswasta Buruh
Pegawai Swasta PNS
Pengangguran
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Gambar 14. Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
50
VI. ESTIMASI NILAI KERUGIAN AKIBAT PENCEMARAN
6.1 Dampak Adanya Industri Terhadap Kualitas Lingkungan di
Kelurahan Nanggewer
Ada dua dampak yang diberikan akibat keberadaan industri diantara pemukiman warga Kelurahan Nanggewer yaitu bisa berupa manfaat dan kerugian.
Manfaat yang diperoleh bisa berupa terbukanya lapangan pekerjaan. Namun manfaat dari keberadaan industri seperti kurang terasa oleh masyarakat Kelurahan
Nanggewer, terutama warga RT 01 RW 05. Hasil survei menunjukkan hanya lima orang dari 48 Kepala Keluarga yang terserap menjadi tenaga kerja. Hal ini
tidak sebanding dengan dampak negatif yang diberikan dari keberadaan industri. Kerugian yang paling terasa adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan
yang berupa pencemaran air dan udara. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, pencemaran air terjadi akibat
adanya kebocoran bak penampungan akhir air limbah setelah pengolahan dari perusahaan kabel. Setelah dilakukan survei sebagian besar warga meyakini
kebocoran disebabkan oleh adanya ledakan pada bak penampungan akhir tersebut. Menurut Laporan Hasil Uji Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor
2011, air limbah mengandung zat-zat berbahaya yang telah melebihi kadar maksimum. Untuk Seng Zn kandungannya telah mencapai 2,14 mgL,
sedangkan kadar maksimumnya hanya sebesar 1,0 mgL, Timbal 0,65mgL sedangkan kadar maksimum hanya sebesar 0,1 mgL. Hasil tersebut
menggambarkan bahwa air limbah yang berada pada bak penampungan akhir sangat berbahaya, apalagi saat ini telah mencemari air sumur warga Kelurahan