23
1. Menyusun pasar hipotetik
Langkah yang pertama adalah menetapkan suatu alasan untuk suatu barang atau jasa dimana tidak ada arus pembayaran.
2. Memperoleh penawaran bid
Metode untuk memperoleh penawaran diantaranya adalah bidding games yaitu dengan cara responden diberikan penawaran yang lebih tinggi secara
progresif hingga mereka memperoleh nilai max WTP atau min WTA, payment card
yaitu suatu kisaran nilai yang sudah diberikan pada kartu dan responden diminta untuk memilih satu, open-ended question yaitu responden
diminta memberi laporan tentang max WTP atau min WTA, close ended question
ada tiga jenis yaitu dichotomous choice diberikan sebuah penawaran, responden diminta jawaban ya atau tidak, double bounded choice
yang menjawab tidak pada penawaran pertama akan diberikan penawaran selanjutnya, dan yang terakhir trichotomous choice responden diberikan tiga
pilihan untuk membayar ya, tidak atau indiferen. 3.
Mengestimasi mean WTPWTA Dengan tiga pendekatan pertama dalam menimbulkan penawaran, nilai mean
dan median dari WTP atau WTA dapat diperoleh. 4.
Mengestimasi kurva penawaran 5.
Menentukan total WTA agregating data 6.
Evaluasi Pelaksanaan CVM
2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang terkait dengan topik penelitian ini yaitu penelitian yang pernah dilakukan oleh Bujagunasti 2009. Pada penelitiannya, Bujagunasti
24
menggunakan metode replacement cost dan cost of illness. Hasil penelitiannnya menunjukkan adanya biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat akibat pencemaran,
total kerugian masyarakatnya yaitu sebesar Rp. 13.385.300 per tahun. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Ani Triani 2009 juga dapat
dijadikan referensi, penelitian dengan topik “Analisis Willingness To Accept Masyarakat Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Cidanau”. Pada
penelitiannya itu Ani menggunakan metode analisis regresi berganda untuk menganalisis fungsi Willingness to Accept. Perhitungan terhadap dugaan nilai
rataan WTA EWTA menghasilkan nilai sebesar Rp 5.056,98 per pohon per tahun. Satu hektar lahan berjumlah 500 pohon, setelah dikonversikan maka
didapat nilai rataan WTA sebesar Rp 2.528.4900,00 per ha per tahun. Sementara hasil perhitungan total WTA Kelompok Tani Karya Muda II sebesar Rp
217.450,00 per pohon per tahun, luas lahan sebesar 25 ha dengan tiap ha lahan ditumbuhi pohon berjumlah 500 pohon. Mengacu pada jumlah pohon yang
terdapat di lokasi penyedia jasa lingkungan maka diperoleh nilai total kesediaan kelompok tani Karya Muda II untuk menerima kompensasi terhadap upaya
konservasi sebesar Rp 2.718.125.000. Pada penelitian ini juga menghasilkan variabel yang secara nyata berpengaruh adalah tingkat pendapatan, nilai
pembayaran dan kepuasan jasa lingkungan yang diterima, lama tinggal, jumlah pohon, dan penilaian terhadap cara penetapan nilai pembayaran. Sementara
variabel yang tidak berpengaruh nyata adalah tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, status kepemilikan lahan, dan biaya pemeliharaan.
Sementara pada penelitian ini total kerugian yang ditanggung oleh masyarakat Kelurahan Nanggewer sebesar Rp 7.426.000 per bulan. Pada
25
penelitian ini juga menghasilkan nilai rataan WTA sebesar Rp 275.000 per bulan, sedangkan total WTA yang dihasilkan dari 48 responden sebesar Rp 13.200.000
per bulan. Untuk variabel yang secara nyata berpengaruh terhadap besarnya kesediaan menerima kompensasi adalah jumlah tanggungan dan ada atau tidaknya
upaya mengatasi pencemaran .
Hal ini berbeda dengan apa yang dihasilkan oleh penelitian Ani Triani 2009, pada penelitiannya variabel jumlah tanggungan tidak
secara nyata berpengaruh terhadap besarnya kesediaan menerima kompensasi responden di kawasan DAS Cidanau.
26
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Pada saat ini industrialisasi merupakan hal sentral dalam pembangunan ekonomi negara. Banyak kebutuhan masyarakat suatu negara yang hanya dapat
dipenuhi oleh barang dan jasa yang disediakan dari sektor industri. Namun, dalam pelaksanaannya industri memberikan perubahan terhadap kualitas lingkungan.
Perubahan kualitas tersebut berupa pencemaran air dan udara, ada kerugian ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat Kelurahan Nanggewer.
Pada kasus pencemaran air, untuk menanggung hal tersebut masyarakat Kelurahan Nanggewer harus mencari sumber air baru untuk memenuhi
kebutuhannya sehari-hari, misal air galon, air PDAM, dan lain-lain. Sumber air yang baru ini tentu menunjukkan adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh
masyarakat untuk tetap dapat mendapatkan air bersih. Padahal jika air tanah tidak tercemar, masyarakat Kelurahan Nanggewer dapat mendapatkan air bersih tanpa
harus ada biaya yang dikeluarkan. Sama halnya dengan pencemaran udara yang terjadi tentu juga menimbulkan kerugian ekonomi pada masyarakat Kelurahan
Nanggewer. Pencemaran udara lebih berdampak pada kesehatan, terganggunya pernafasan, batuk-batuk, gatal, dan lain-lain merupakan penyakit yang tentunya
diperlukan biaya untuk mengobati penyakit tersebut. Penelitian ini akan mengidentifikasi kondisi responden setelah terjadi
pencemaran menggunakan analisis deskriptif. Selain itu juga akan mengestimasi kerugian yang ditanggung responden dengan pendekatan metode biaya pengganti
dan biaya berobat. Mengestimasi besarnya nilai WTA dan mengetahui faktor- faktor apa saja yang mempengaruhinya merupakan tahapan akhir pada penelitiaan