15
pergeseran lapangan kerja menuju ke sektor industri jasa telah meningkat dengan pesat sejalan dengan ditemukannya beberapa proses dan teknologi baru.
Kebanyakan para ekonom terus mempermasalahkan apakah datangnya era ekonomi yang berlandaskan informasi akan semakin menekan lapangan kerja di
sektor industri atau justru akan memperluas kesempatan kerja secara keseluruhan. Sebagian besar negara berkembang mengawali kemerdekaannya praktis
tanpa industri modern sama sekali. Selama dekade 1960 dan 1970an industri perdagangan, produksi dan lapangan kerja mereka tumbuh lebih cepat daripada
sektor-sektor yang sama di negara-negara pasar industri. Perdagangan internasional dalam barang-barang manufaktur merupakan salah satu faktor yang
mendasari perubahan peta industrialisasi dunia. Secara umum, produk industri setiap negara terus berdiversifikasi dan
bergerak menuju ke bidang-bidang yang lebih padat modal, seperti produk-produk logam, bahan kimia, mesin dan peralatan. Berbagai industri berat, yang banyak
menimbulkan pencemaran terus berkembang. Pada saat yang sama sektor industri yang berhubungan dengan produk pangan agro-industri terus menurun dengan
cukup berarti.
2.3 Klasifikasi Kualitas Air
Kondisi air digambarkan dengan kualitas dan ketersediaannya volume. Kualitas air berhubungan dengan kelayakan pemanfaatannya untuk berbagai
kebutuhan sedangkan ketersediaan air berhubungan dengan berapa banyak air yang dapat dimanfaatkan dibandingkan dengan kebutuhannya. Kualitas air juga
dipengaruhi oleh volumenya yang berpengaruh langsung pada daya pulih air self purification
untuk menerima beban pencemaran dalam jumlah tertentu
16
Kementerian Lingkungan Hidup, 2009. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas Air dan pengendalian Pencemaran
Air, klasifikasi mutu air diterapkan menjadi 4 kelas yaitu: 1 Kelas I, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
2 Kelas II, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasaranasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3 Kelas III, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 4 Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
2.4 Konsep Industri Global Berwawasan Lingkungan
Persepsi dan respon masyarakat dunia terhadap permasalahan pembangunan dan lingkungan senantiasa berkembang. Gro Halem Brundtland
mantan PM Norwegia yang juga ketika itu menjabat sebagai ketua komisi dunia untuk lingkungan dan pembangunan, mempublikasikan laporannya yang berjudul
Hari Depan Kita Bersama Our Common Future, konsep pembangunan yang
berkelanjutan mendapatkan gaungnya secara internasional. Sebelum konferensi Stockholm 1972, sebagian besar pemimpin dunia menganggap bahwa kerusakan
17
lingkungan hidup adalah harga yang harus dibayar jika ingin melaksanakan pembangunan. Sejak pascakonferensi sampai dekade 1980an, persepsi semacam
itu semakin pudar, dan yang berkembang adalah bahwa antara pembangunan dan lingkungan sesungguhnya merupakan dua sisi mata uang yang sama. Dekade
1980an juga diwarnai dengan berkembangnya gagasan pembangunan berkelanjutan sustainable development, yang di Indonesia lebih populer dengan
istilah pembangunan berwawasan lingkungan. Hal ini bisa kita lihat dengan diberlakukannya UU No 41982 tentang
ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup dan PP No.291986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL. Namun, pelaksanaan
undang-undang ini pun masih tersendat-sendat. Sebagai buktinya pelaksanaan studi AMDAL hingga kini belum dijadikan masukan dalam tahap perencanaan
dan operasi proyek. Kondisi semacam ini terjadi mungkin disebabkan kebanyakan di antara kita belum menyadari manfaat dari dimasukkannya wawasan lingkungan
ke dalam kiprah pembangunan, hal ini dapat terjadi karena peraturan lingkungan hidup seperti AMDAL, hanya dilihat dari sisi biayanya saja.
2.5 Pencemaran dan Limbah