Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent

63

VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT

7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent

Valuation Method Teknik CVM didasarkan pada asumsi hak kepemilikan, jika individu yang ditanya tidak memiliki hak-hak atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam, maka pengukuran yang relevan adalah dengan mengukur seberapa besar keinginan membayar untuk memperoleh barang tersebut WTP. Sebaliknya, jika individu yang kita tanya memiliki hak atas sumberdaya maka pengukuran yang relevan adalah seberapa besar keinginan untuk menerima kompensasi yang paling minimum WTA atas hilang atau rusaknya sumberdaya yang dia miliki Fauzi, 2006. Kompensasi diperlukan karena sebenarnya masyarakat sekitar kawasan industri di Kelurahan Nanggewer memiliki hak untuk dapat memanfaatkan air tanahsumur mereka tanpa tercemar. Pada kasus ini, pihak industrilah yang mendekat kepada masyarakat daerah pemukiman sehingga timbulnya penurunan kualitas lingkungan akibat mendekatnya industri ke pemukiman warga di Kelurahan Nanggewer berupa pencemaran air, udara, kebisingan dan pencemaran lainnya. Metode CVM digunakan untuk menganalisis kesediaan responden menerima kompensasi terhadap pencemaran air dan udara oleh pihak industri. Hasil pelaksanaan enam langkah metode CVM adalah sebagai berikut:

1. Membangun Pasar Hipotesis

Seluruh responden diberi informasi bahwa sebenarnya pihak perusahaan bersedia untuk mengeluarkan biaya kompensasi terhadap pencemaran yang telah dihasilkan dari kegiatan produksinya. Ada dua hal yang disetujui oleh pihak 64 industri terkait masalah kompensasi terhadap pencemaran. Pertama, pihak industri bersedia untuk melakukan pemasangan instalasi air PDAM secara gratis kepada warga yang air sumurnya tercemar. Pemasangan PDAM secara gratis tersebut sudah dilaksanakan oleh pihak industri. Kedua, kesepakatan antara pihak industri dengan perwakilan masyarakat panitia sembilan mengenai adanya biaya kompensasi tunai yang dikeluarkan pihak industri sebesar Rp 100.000 per Kepala Keluarga per bulan yang belum dilaksanakan secara nyata oleh pihak industri. Padahal responden berasumsi bahwa biaya tersebut akan digunakan untuk pembayaran biaya distribusi air PDAM per bulannya.

2. Memperoleh Nilai WTA

Besarnya nilai WTA didapatkan dari hasil wawancara kepada responden. Pertanyaan yang diajukan berdasarkan daftar pertanyaan dalam kuesioner. Wawancara dilakukan dengan menggunakan metode bidding game. Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga wilayah, responden yang berada pada wilayah tiga memiliki nilai rata-rata WTA paling tinggi yaitu sebesar Rp 357.143 per bulan. Hal ini dikarenakan semua responden di wilayah tiga merasa tidak puas atas kompensasi yang telah berjalan. Nilai WTA maksimum diperoleh dari responden yang berada pada wilayah satu yaitu sebesar Rp 1.000.000 per bulan. Responden tersebut tidak mendapatkan kompensasi pertama dari pihak industri berupa pemasangan instalasi air PDAM sehingga merasa sangat dirugikan atas pencemaran yang terjadi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 11. 65 Tabel 11. Perbandingan Nilai WTA Responden Tiap Wilayah Wilayah Jumlah Responden Min per bulan Rp Max per bulan Rp Rata-rata per bulan Rp Total per bulan Rp 1 ≤ 100 m 18 50.000 1.000.000 272.222 4.900.000 2 101-500 m 23 100.000 500.000 252.174 5.800.000 3 500 m 7 150.000 500.000 357.143 2.500.000 Sumber: Data Primer Diolah, 2011

3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA

Dugaan nilai rataan WTA responden dihitung berdasarkan nilai distribusi WTA responden. Diperoleh nilai rata-rata WTA responden sebesar Rp 275.000 per Kepala Keluarga per bulan. Distribusi nilai WTA responden dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Distribusi Nilai WTA Responden No. Nilai WTA Responden per Bulan Frekuensi orang Mean WTA Rp per Bulan 1 50.000 1 1.041 2 100.000 4 8.333 3 150.000 7 21.875 4 175.000 2 7.291 5 200.000 12 50.000 6 250.000 3 15.625 7 300.000 8 50.000 8 350.000 2 14.583 9 500.000 7 72.916 10 600.000 1 12.500 11 1.000.000 1 20.833 Total 48 275.000 Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Hasil penelitian terhadap masyarakat Kelurahan Nanggewer sebagian besar merasa tidak puas pada proses kompensasi yang dilakukan oleh perusahaan industri. Masyarakat menilai bentuk tanggung jawab yang telah dilakukan berupa pemasangan gratis instalasi air bersih tidak cukup untuk mengembalikan kualitas 66 lingkungan sebelum tercemar, selain itu adanya biaya tambahan yang ditanggung warga untuk pembayaran air per bulannya dinilai menambah tanggungan warga. Masyarakat menginginkan pembayaran air per bulan seharusnya ditanggung oleh pihak industri hingga kondisi air sumur mereka dapat secara normal dimanfaatkan tanpa adanya pencemaran yang membahayakan kesehatan masyarakat. Sebagian masyarakat juga menginginkan hasil uji lab tahap dua seperti yang dijanjikan oleh pihak industri. Hal ini diperlukan agar tidak ada kekhawatiran di masyarakat ketika mereka hendak menggunakan air sumur. Sebenarnya hal ini telah dijanjikan oleh pihak industri, namun hingga saat ini hasil itu tidak diketahui. Masyarakat menilai pihak industri tidak serius untuk menangani pencemaran yang terjadi. 4. Menduga Bid Curve Kurva WTA responden dibentuk berdasarkan nilai WTA responden terhadap dana kompensasi yang diinginkan. Kurva WTA ini menggambarkan hubungan tingkat WTA yang diinginkan dengan jumlah responden yang bersedia menerima pada tingkat WTA tersebut. Berdasarkan hasil wawancara langsung terhadap responden, maka nilai WTA dapat digolongkan menjadi sebelas kelompok seperti yang dijelaskan pada Tabel 13 dan menghasilkan kurva tawaran WTA yang dapat dilihat pada Gambar 15. Tabel 13. Besaran Nilai WTA Responden No. Nilai WTA Responden RpKKbulan Frekuensi orang Jumlah orang Total Nilai WTA per Bulan 1 50.000 1 1 50.000 2 100.000 4 5 400.000 3 150.000 7 12 1.050.000 4 175.000 2 14 350.000 67 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 10 20 30 40 50 60 5 200.000 12 26 2.400.000 6 250.000 3 29 750.000 7 300.000 8 37 2.400.000 8 350.000 2 39 700.000 9 500.000 7 46 3.500.000 10 600.000 1 47 600.000 11 1.000.000 1 48 1.000.000 Total 48 48 13.200.000 Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Nilai WTA per bulan Jumlah Responden Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Gambar 15. Dugaan Kurva Tawaran WTA 5. Menentukan Total WTA atau Menjumlahkan Data Penjumlahan data adalah proses dimana penawaran rata-rata nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTA masyarakat Kelurahan Nanggewer sebesar Rp 13.200.000 per bulan. Hasil perhitungan dari total 48 responden dapat dilihat pada Tabel 13. Nilai TWTA tersebut diperoleh dari 48 responden yanag terdiri dari Kepala Keluarga. Nilai tersebut menggambarkan bagaimana masyarakat sangat merasa dirugikan atas penurunan kualitas lingkungan yang terjadi di tempat tinggal mereka. 68

6. Evaluasi Pelaksanaan CVM

Pada penelitian ini, perhitungan menggunakan metode analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai R 2 sebesar 47,20. Artinya keragaman besar WTA mampu dijelaskan oleh ada atau tidaknya upaya mengatasi pencemaran, penilaian responden terhadap kompensasi yang telah dilakukan, sudah mendapatkan kompensasi pemasangan instalasi air, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan, jarak tempat tinggal, usia, dan lama tinggal sebesar 47,20 sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain dapat dilihat juga pada Lampiran 1. Penelitian yang dilakukan ini termasuk penelitian yang berkaitan dengan benda-benda lingkungan yang menurut Mitchell dan Carson, 1989 dapat mentolerir nilai R 2 hingga 15. Oleh karena itu, hasil pelaksanaan CVM pada penelitian ini dapat diyakini kebenarannya

7.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTA

Dokumen yang terkait

Perubahan Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Nanggewer Mekar, Kecamatan Cibinong Akibat Kegiatan Industri

0 10 101

Distribusi Polutan di Udara Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus : Daerah Industri Cibinong Kab. Bogor)

0 4 1

Persepsi, Preferensi, dan Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Lingkungan Pemukiman Sekitar Kawasan Industri (Kasus Kawasan Industri di Kelurahan Utama, Cimahi, Jawa Barat)

0 10 204

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan Willingness to Pay Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah Studi Kasus di Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara

1 10 12

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi akibat Pencemaran Air Tanah : Studi kasus di Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat

2 10 257

Estimasi Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Pencemaran di Sekitar Kawasan Pabrik Gula Cepiring, Kendal

1 7 93

. Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Dan Willingness To Accept Masyarakat Akibat Pencemaran Limbah Cair Sarung Tenun, Desa Wanarejan Utara, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang

0 2 100

Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah di Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus Industri Keramik di Kelurahan Nanggewer, Kabupaten Bogor)

5 36 94

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Pencemaran Di Sekitar Kawasan Industri Baja (Kelurahan Tegal Ratu, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon).

0 6 101

Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Kegiatan Industri Pengolahan Aspal Di Kelurahan Kayumanis, Kota Bogor

2 8 86