Pembahasan SEBARAN DAN KELIMPAHAN CETACEA

66

4.5. Pembahasan

Penelitian mengenai komunitas cetacea di perairan Laut Sawu sangat dipengaruhi adanya fakta bahwa ada beberapa pulau di Lesser Sunda Islands yang menjadi pemburu paus tradisional, yaitu Pulau Lamalera dan Pulau Lamakera Barnes 1996. Syahria 2007 melakukan pengamatan cetacea di perairan Laut Sawu bagian timur pada Desember 2005 dan mendapatkan identifikasi positif atas 8 spesies cetacea. Kedelapan spesies tersebut adalah Pseudorca crassidens, Stenella longirostris, Stenella attenuata, Tursiops truncatus, Lagenodelphis hosei, Globicephala macrorhynchus, Feresa attenuata, dan Physeter macrocephalus. Keberhasilan Syahria 2007 mengidentifikasi lebih banyak spesies cetacea disebabkan oleh tujuan utama pelayaran yang dilakukan adalah untuk survei komunitas cetacea di perairan timur Laut Sawu selain moda kapal kayu berukuran kecil yang mobilitasnya lebih baik dan penggunaan kamera digital yang sangat membantu saat proses identifikasi spesies menggunakan foto. Berdasarkan tingkah lakunya, dapat diketahui bahwa makan merupakan perilaku yang sangat umum teramati pada komunitas cetacea di Selat Ombai. Kahn 2001 juga menyatakan bahwa perairan di antara Pulau Solor dan Alor, serta Laut Sawu diduga merupakan daerah mencari makan dan koridor migrasi cetacea menuju perairan nusantara. Pada beberapa kali pengamatan, komunitas cetacea yang berada di Selat Ombai terlihat membentuk kelompok multi-spesies dan berinteraksi sosial dalam upaya memperoleh makanannya yang berupa schooling ikan pelagis. Hal ini teramati khususnya pada Stenella longirostris dan Pseudorca crassidens. Setelah schooling ikan pelagis tersebut terjebak pada satu titik dan aktivitas makan dimulai, spesies lain yang bersifat oportunistik mengambil keuntungan dan ikut menikmati mangsa tersebut. Salah satu spesies cetacea yang tergolong adalah Orcinus orca, yang baru teridentifikasi berada di lokasi yang sama setelah aktivitas makan selesai dan kelompok multi-spesies multispecies pod cetacea terpisah menjadi tiga kelompok dari spesies yang berbeda. Scott and Chivers 1990 menuliskan bahwa asosiasi antar species cetacea odontoceti yang berbeda sering terjadi, terutama di perairan pelagis, dengan tujuan untuk mendapatkan mangsa berupa ikan-ikan pelagis. 67 Sejumlah perjumpaan atas cetacea dari Stenella longirostris dan Pseudorca crassidens selalu konsisten dengan ukuran pod yang besar atau melebihi 50 individu. Terutama di pagi hari, pada saat aktivitas makan sangat intensif dilakukan. Pada musim muson barat, aktivitas makan komunitas cetacea di Selat Ombai telah dimulai sejak sebelum pukul 6:00 waktu setempat, namun pada musim muson timur aktivitas makan baru teramati setelah lewat pukul 7:00 waktu setempat. Di perairan Hawaii Stenella longirostris memiliki diet berupa ikan pelagis, makrozooplankton, dan cephalopoda yang berada di lapisan batas mesopelagis Benoit Bird and Au 2003, sedangkan diet Pseudorca crassidens menurut Taylor et al. 2002 adalah beragam spesies ikan pelagis dan cephalopoda. Aktivitas makan pada Physeter macrocephalus didasari oleh profil habitat dengan batimetri yang dalam sill depth 3250 m dan curam; serta tingkah laku menyelam lama yang teramati pada beberapa individu paus sperma tersebut. Umumnya cumi-cumi laut dalam yang menjadi mangsa utama paus sperma Santos et al. 2001 hidup di kedalaman di bawah 600-800 m Kaltenberg 2004, dan paus sperma memiliki kemampuan menyelam mencapai kedalaman 2000 m dengan durasi hingga 1-2 jam Taylor et al. 2002. Tingkah laku sosial yang umumnya ditunjukkan pod apex predator cetacea menjelang makan adalah berenang cepat secara berpasangan, bergerak dengan manuver yang dinamis dan atraktif, terkadang beberapa individu cetacea melompat tinggi ke luar permukaan air aerials, yang secara kumulatif tingkah laku ini disebut sebagai foraging Benoit-Bird and Au 2003. Pergerakan ini terus-menerus dilakukan sedemikian hingga schooling ikan terjebak pada satu titik di dalam lingkaran kerumunan cetacea dan terletak lebih dekat ke permukaan air. Setelah terjebak, maka cetacea memulai aktivitas makan dengan menyambar mangsanya dari bagian tengah schooling secara vertikal dari kolom perairan yang dalam ke arah permukaan. Rincian tingkah laku foraging ini teramati saat Pelayaran INSTANT I. ketika pada pukul 6:10 WITA teramati satu kelompok cetacea yang berenang cepat ke satu arah dengan tingkah atraktif seperti melompat tinggi ke luar permukaan air. Beberapa anggota kelompok terlihat memisahkan diri dan melakukan manuver pergerakan bersifat konsentris, sampai pada titik tertentu terlihat kelompok besar cetacea jenis lain 68 yang bergabung dari arah berlawanan. Pada pukul 6:55 WITA aktivitas makan dimulai dan kegiatan ini berakhir pada pukul 7:45 WITA, karena kelompok besar cetacea multispesies tersebut mulai berenang perlahan ke arah berlawanan. Pukul 8:10 WITA baru terlihat dengan jelas komposisi multispesies cetacea tersebut karena mereka memisahkan diri menjadi tiga kelompok, yaitu dua pod besar Stenella longirostris dan Pseudorca crassidens, serta tiga individu Orcinus orca. Khusus untuk Physeter macrocephalus, yang diet utamanya berupa cumi-cumi laut dalam berukuran sedang-besar Santos et al. 2001, keberadaan paus ini secara konsisten di perairan Selat Ombai mengindikasikan adanya biomassa cumi-cumi laut dalam yang cukup tinggi. Hal ini sangat terkait dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi paus sperma sebagai biota terbesar dari dari Sub-ordo Odontoceti. Hal lain adalah profil batimetri yang rumit dan curam di perairan Selat Ombai mendukung ketersediaan habitat potensial bagi biota cumi-cumi laut dalam, sebagaimana dituliskan oleh Kaltenberg 2004 bahwa profil batimetri Teluk Mexico yang rumit dan curam menyediakan habitat mencari makan paus sperma. Hal tersebut dibuktikan menggunakan set data ADCP berfrekuensi rendah yang menunjukkan adanya dua lapisan hambur balik akustik lapisan HBA di kedalaman 150-300 m dan 650-800 m. Lapisan HBA sekunder diduga merupakan habitat cumi-cumi laut dalam, karena rekaman penyelaman menunjukkan bahwa paus sperma menghabiskan waktu 10-15 menit di kedalaman tersebut. Analisis korespondensi Sebaran spasio-temporal komunitas cetacea di Selat Ombai dikaji dengan analisis korespondensi, menggunakan data kualitatif perjumpaan cetacea pada periode dan lokasi tertentu. Hasil analisis korespondensi menunjukkan bahwa keterkaitan komunitas cetacea terhadap habitat perairan pelagis Selat Ombai terbagi di tiga sumbu utama, yang masing-masing menjelaskan 39,21 F1, 19,05 F2, dan 9,87 F3 dari total ragam 68.13. Grafik analisis korespondensi ditunjukkan pada Gambar 4-8, tahapan perhitungan untuk mendapatkan grafik tersebut disajikan pada Lampiran 10, 11, dan 12. 69 2D Plot; Dimension: 1 x 3 Ja:0 Ja:1 Jn:0 Jn:1 Jl:0 Jl:1 L1:0 L1:1 L2:0 L2:1 L3:0 L3:1 L4:0 L4:1 L5:0 L5:1 L6:0 L6:1 L7:0 L7:1 L8:0 L8:1 L9:0 L9:1 L10:0 L10:1 L11:0 L11:1 L12:0 L12:1 L13:0 L13:1 L14:0 L14:1 B1:0 B1:1 B2:0 B2:1 B3:0 B3:1 B4:0 B4:1 B5:0 B5:1 B6:0 B6:1 -2,0 -1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 F1; 39,21 of Inertia -1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 F 3; 9 ,87 of I n e rt ia Gambar 4-8a. Grafik analisis korespondensi, keterkaitan antar variabel pada sumbu pertama F1 dan sumbu ketiga F3 2D Plot; Dimension: 2 x 3 Ja:0 Ja:1 Jn:0 Jn:1 Jl:0 Jl:1 L1:0 L1:1 L2:0 L2:1 L3:0 L3:1 L4:0 L4:1 L5:0 L5:1 L6:0 L6:1 L7:0 L7:1 L8:0 L8:1 L9:0 L9:1 L10:0 L10:1 L11:0 L11:1 L12:0 L12:1 L13:0 L13:1 L14:0 L14:1 B1:0 B1:1 B2:0 B2:1 B3:0 B3:1 B4:0 B4:1 B5:0 B5:1 B6:0 B6:1 -1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5 F2; 19,05 of Inertia -1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 F 3 ; 9 ,87 of I n e rt ia Gambar 4-8b. Grafik analisis korespondensi, keterkaitan antar variabel pada sumbu kedua F2 dan sumbu ketiga F3 70 Dari Gambar 4-8a dapat dilihat bahwa terdapat tiga pengelompokkan wilayah habitat cetacea. Kelompok pertama ada pada bidang perpotongan antara sumbu negatif 1,5 hingga 2,0 F1 dan sumbu negatif 1,0 hingga positif 0,5 F3, kelompok kedua pada bidang sumbu negatif 1,0 hingga 0 F1 dan sumbu negatif 0,5 hingga positif 0,5 F3. Kedua kelompok ini mewakili wilayah perairan Selat Ombai yang kerap memiliki catatan perjumpaan dengan komunitas cetacea, yaitu perairan yang terletak di selatan pulau Solor-Alor dan tenggara pulau Alor. Pada kelompok pertama profil konsekutif yang unik terlihat jelas, yang mengindikasikan korespondensi antara wilayah yang satu dengan wilayah berikutnya atau konektivitas spasial habitat cetacea di Selat Ombai. Hal ini disebabkan oleh keberadaan notasi L12 yang menandakan lokasi perairan dalam dengan profil curam sebagai habitat Physeter macrocephalus, dan notasi L2 yang menandakan perairan batas paparan benua yang merupakan habitat Stenella longirostris dan Pseudorca crassidens. Kedua notasi posisi lintang tersebut berkorespondensi dengan notasi B5 yang letaknya di selatan Pulau Alor. Kelompok ketiga menempati bidang perpotongan antara sumbu positif 0,5 F1 dan sumbu negatif 0,5 sampai positif 0,5 F3 yang menunjukkan pengelompokkan terpisah sebagian besar wilayah perairan Selat Ombai yang tidak memiliki catatan perjumpaan cetacea. Sumbu utama yang kedua F2 dan ketiga F3 pada Gambar 4-8b memberikan informasi yang tidak tersampaikan pada grafik sebelumnya. Pada grafik hasil analisis korespondensi yang kedua terlihat adanya keterkaitan antara variabel spasial dengan variabel temporal yang tidak terlihat pada grafik yang pertama. Hanya terdapat satu kelompok pada grafik yang menunjukkan informasi berbeda pada masing-masing empat kuadran yang dilingkupinya. Kuadran pertama dan kedua, yang terletak pada bidang perpotongan sumbu positif 0,5 F2 dengan sumbu negatif 0,5 sampai positif 0,5 F3, menginformasikan wilayah yang tidak memiliki catatan perjumpaan dengan komunitas cetacea. Pada kuadran ketiga, bidang perpotongan sumbu negatif 0,5 F2 dan F3, terlihat bahwa catatan perjumpaan cetacea pada periode Juni-Juli notasi Jn dan Jl memiliki keterkaitan dengan wilayah perairan selatan Pulau Alor notasi B5. Kuadran keempat, bidang perpotongan negatif 0,5 F2 dengan positif 0,5 F3, menunjukkan korespondensi yang erat antara periode Januari notasi Ja dengan wilayah perairan tenggara Pulau Alor notasi B6. 71

4.6. Simpulan