30 Menggunakan set data mooring oseanografi yang ditenggelamkan selama 1,5
tahun di utara Selat Ombai 8.40° LS dan 125.00° BT, dua parameter utama akan ditelaah secara mendalam untuk selanjutnya dikaitkan dengan fitur khas oseanografi dan
proses bioenergetika yang memungkinkan ketersediaan mangsa cetacea di perairan tersebut. Parameter yang pertama adalah suhu perairan, sehingga dapat diketahui dan
dikaji profil lapisan termoklin, sedangkan parameter yang kedua adalah echo intensity –EI intensitas gema hasil perekaman instrumen Acoustic Doppler Current Profiler.
Parameter EI digunakan untuk mengetahui profil lapisan hambur balik akustik, juga mengkaji keberadaan mikrostruktur komunitas penghambur sinyal akustik di lapisan
pelagis perairan Selat Ombai. Hasil kajian tersebut selanjutnya dikaitkan dengan proses yang menyokong interaksi predator-mangsa dari komunitas apex predator cetacea.
3.2. Faktor biofisik lingkungan yang berperan terhadap komunitas cetacea
3.2.1. Dari fitoplankton ke cetacea: interaksi pemangsaan dan dinamika
spasio-temporal Dinamika spasio-temporal kehidupan di laut pelagis merupakan kajian yang
rumit, karena selain struktur fisiknya yang kompleks, komunitas makhluk hidup yang ditemukan di dalam sistemnya memiliki ukuran, daur hidup, sebaran spasial dan status
trofiknya yang bervariasi, sehingga faktor ekologi dan fisiologi yang mempengaruhi masing-masing anggota komunitas juga bervariasi.
A B
Gambar 3-1. Skala ruang dan waktu yang ditetapkan pada tiga kelompok biota yang menjadi mangsa cetacean: A kisaran ukuran dan waktu yang diperlukan
untuk menggandakan populasi B interaksi pemangsaan antara ketiganya Steele 1989
31 Steele 1989 menyarikan dinamika spasio-temporal dari tiga komunitas utama di
ekosistem laut, yaitu fitoplankton, zooplankton, dan ikan Gambar 3-1. Bisa dilihat dari Gambar 3-1A, bahwa masing-masing komunitas, fitoplankton, zooplankton, dan ikan,
memiliki domain ruang dan waktu yang berbeda, serta dari Gambar 3-1B dapat diketahui probabilitas interaksi pemangsaan antara komunitas satu dengan lainnya
memiliki domain ruang dan waktu yang berbeda pula. Notasi X dan Y pada Gambar 3- 1B, secara berturut-turut menunjukkan dimensi yang menyokong dan menghambat
interaksi pemangsaan antara komunitas pengisi jenjang trofik berbeda tersebut. Dalam kaitannya dengan fitur habitat apex predator cetacea, diperlukan sub-
sistem yang optimal dari masing-masing komunitas penghuni trofik level rendah, yaitu fitoplankton, zooplankton, dan nekton pelagis kecil misalnya: ikan, cephalopoda.
Ketentuan lain yang juga diperlukan adalah laju produksi bahan organik oleh komunitas fitoplankton berlangsung secara konsisten, yang dipengaruhi oleh daya dukung perairan
penyediaan zat hara penting dan radiasi matahari yang cukup, yang selaras dengan rasio keberhasilan rekrutmen yang tinggi untuk tiap sub-sistem yang menghuni jenjang
trofik selanjutnya Biktashev and Brindley 2003. Steele 1989 juga menuliskan bahwa kesuksesan rekrutmen komunitas jenjang trofik antara zooplankton dan ikan
ditentukan oleh tempat dan waktu penetasan telur yang selaras terhadap keberadaan patches fitoplankton.
Patchiness, atau dinamika spasio-temporal, fitoplankton sangat dipengaruhi fitur oseanografi seperti front, eddies, dan percampuran vertikal Martin 2003, yang
umumnya berlangsung dalam lingkup spasial yang bervariasi dari 1-100 km dengan rentang waktu dari 1-10 hari Steele 1989, Gambar 3-1B. Di perairan yang mengalami
proses pengadukan stirring and mixing atau penaikan massa air upwelling, manifestasi tambahan dari proses tersebut adalah adanya thermal gradient antara dua
tipe massa air Mann and Lazier 2006. Fitur khas oseanografi tersebut memacu peningkatan produktivitas biologis, mulai dari komunitas produsen Martin 2003,
Lennert-Cody and Franks 1999, zooplankton Dagg et al. 2006, Genin 2004, Lennert- Cody and Franks 1999, hingga komunitas predator, termasuk cetacea ca. Bost et al.
2009, Tynan et al. 2005, Genin 2004.
32
3.2.2. Struktur lapisan termoklin dan dinamika