Kerangka pendekatan masalah PENDAHULUAN

3 Dengan demikian, penelitian ini akan memaparkan kajian mengenai komunitas cetacea di perairan Selat Ombai dan beberapa parameter lingkungan perairan yang terkait erat dalam mendeskripsikan habitat cetacea.

1.2. Kerangka pendekatan masalah

Di lingkungan laut, sebagaian besar spesies cetacea dapat digolongkan sebagai apex predator predator yang berada di puncak piramida makanan, walaupun hayatinya beberapa spesies cetacea tergolong sebagai planktivor rorquals. Dengan demikian, sebaran cetacea di perairan laut umumnya sangat erat dengan sebaran mangsanya atau sumber makanannya. Cetacea membutuhkan energi yang relatif tinggi sehingga seringkali mereka dijumpai berada di perairan yang produktivitas primernya tinggi, terutama pada musim panas di perairan Southern Ocean Bost et al. 2009, Arrigo et al. 1998, Moore and Abbott 2000, Mediterania Viale 1985, California Current System Tynan et al. 2005, Yen et al. 2003, dan Gulf of Mexico Kaltenberg 2004, Davis et al. 2002. Hal tersebut sangat terkait dengan peningkatan biomassa produsen atau kontinuitas produktivitas primer yang menjadi sumber makanan biota grazers pada jenjang trofik lebih tinggi, demikian seterusnya hingga mencapai komunitas predator puncak. Namun demikian untuk melakukan penelitian lapangan yang secara langsung mengkaji cetacea dengan mangsanya merupakan hal yang sangat sulit, sehingga pendekatan pemodelan habitat cetacea seringkali digunakan Embling et al. 2005, Tynan et al. 2005. Viale 1985 mengatakan bahwa sebaran cetacea di perairan laut sangat terkait dengan profil oseanografi perairan tersebut, sehingga korelasi antara sejumlah parameter lingkungan dengan perjumpaan cetacea dapat meningkatkan pemahaman ekologi cetacea. Sejumlah penelitian telah dilakukan dengan mengaitkan faktor lingkungan perairan dengan sebaran cetacea, terutama jika faktor-faktor tersebut mengarah pada peningkatan produktivitas perairan. Faktor- faktor lingkungan tersebut adalah kedalaman perairan Moore et al. 2000, Macleod et al. 2004, gradien kemiringan dasar laut Macleod et al. 2004, 4 topografi dasar laut Yen et al. 2003, serta suhu permukaan laut, salinitas, kedalaman termoklin, thermal fronts, dan area upwelling Tynan et al. 2005. Gambar 1-1. Diagram alir penelitian Dengan demikian, upaya mengkaji cetacea di habitatnya ditelusuri melalui pendekatan biofisik lingkungan, selain menetapkan suatu perairan sebagai habitat berdasarkan tingkah lakunya berdasarkan survei visual. Pendekatan tersebut disajikan secara ringkas pada Gambar 1-1. Sebagai apex predator, cetacea sangat bergantung pada keberadaan mangsanya. Dalam lingkup tingkatan trofik piramida makanan, mangsa cetacea adalah nekton pelagis yang menghuni stratum tepat di bawah pucuk piramida dan keberadaannya sangat dipengaruhi oleh produktivitas sekunder zooplankton dan mikronekton dan produktivitas primer fitoplankton. Data SeaWiFS Ocean color spectra 1. klorofil-a; 2. suhu permukaan laut Survei visual cetacea Pelayaran INSTANT 1. Spesies, 2. Kelimpahan relatif jumlah individu, jumlah perjumpaan, 3. Tingkah laku 4. Posisi geografis dan waktu perjumpaan Kajian komunitas cetacea Data mooring Sv, T, z, t vol. hambur balik, suhu, kedalaman, waktu 1. Biovolume zooplankton 2. Struktur termoklin Kajian komunitas dan habitat cetacea di Selat Ombai Kajian produktivitas primer Kajian habitat pelagis dan produktivitas sekunder 5 Apabila data komunitas cetacea di perairan Selat Ombai diperoleh melalui upaya survei visual dalam kegiatan pelayaran, maka data SeaWiFS digunakan untuk mengkaji produktivitas primer dan fitur lain yang didasarkan pada warna muka laut. Sejumlah sensor suhu dan instrumen Acoustic Doppler Current Profiler yang terdapat pada tambatan mooring oseanografi di Selat Ombai digunakan untuk mengkaji struktur termoklin dan lapisan hamburbalik akustik produksi sekunder perairan tersebut. Penulisan tesis ini dibagi menjadi tiga topik terpisah diikuti dengan pembahasan umum, yang menguraikan benang merah antara masing-masing topik untuk bisa memahami bagaimana komunitas cetacea menggunakan perairan Selat Ombai sebagai habitatnya. Topik pertama dituliskan pada Bab 2 dengan judul “Profil oseanografi berdasarkan warna muka laut dan kaitannya dengan sebaran cetacea di Selat Ombai”, yang mengulas sejumlah parameter biofisik lingkungan perairan Selat Ombai, yaitu suhu permukaan laut dan klorofil-a permukaan berdasarkan interpretasi data warna muka laut hasil pencitraan sensor SeaWiFS. Sebagian materi pada bab tersebut telah disampaikan pada INSTANT Workshop yang diselenggarakan di SEAMEO-Biotrop, Bogor pada 5 November 2007. Paparan yang disampaikan pada acara tersebut berjudul “Ecological Role of Cetacean in the Ombai Strait: a spin off idea based on results of INSTANT research”. Topik yang kedua disajikan pada Bab 3 dengan judul “Dinamika lapisan pelagis yang menjadi foraging habitat cetacea di Selat Ombai: profil lapisan termoklin dan hambur balik akustik”. Di bab tersebut diuraikan bagaimana dinamika di kolom perairan pelagis Selat Ombai, berdasarkan struktur termoklin dan struktur lapisan hambur balik akustik, terkait dengan fitur khas oseanografi permukaan dan proses bioenergetika yang menyokong interaksi predator-mangsa dari komunitas apex predator cetacea. Topik yang ketiga disajikan pada Bab 4 dengan judul “Sebaran dan Kelimpahan Relatif Cetacea di Selat Ombai”, membahas mengenai komunitas cetacea yang dijumpai di perairan Selat Ombai berdasarkan hasil survei visual saat Pelayaran INSTANT I pada Desember 2003- Januari 2004 dan Pelayaran INSTANT II pada Juni-Juli 2005. Keterkaitan 6 ekologis antara cetacea terhadap dua fitur lingkungan utama, yaitu waktu periode pengamatan dan ruang bentang laut, dikaji menggunakan analisis korespon- densi untuk mengetahui profil spasio-temporal sebaran cetacea di perairan Selat Ombai. Sebagian dari materi pada Bab 4 telah dipublikasikan pada Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Volume 7 Nomor 1, yang terbit di tahun 2007. Pada akhirnya, diharapkan tesis ini akan menyajikan pemahaman yang menyeluruh terkait Selat Ombai sebagai habitat cetacea, baik dari lingkup kajian biologi maupun fisik, terutama dengan memanfaatkan tools yang dikembangkan oleh teknologi penginderaan jauh satelit, instrumentasi dan akustik kelautan.

1.3. Tujuan penelitian