Komunitas cetacea di Selat Ombai

74

5. PEMBAHASAN UMUM

Bab 5 tesis ini menguraikan keterkaitan antara topik-topik yang disampaikan di tiga bab sebelumnya, dengan tambahan pembahasan mengenai implikasi hasil kunci dari penelitian ini terhadap konservasi cetacea. Telaah biologi konservasi merupakan lanjutan dari telaah ekologi cetacea, yang secara spesifik dilakukan dengan membahas komunitas cetacea dan fitur lingkungan perairan Selat Ombai ca. 8°24´ LS, 125°00´ BT sebagai habitat cetacea. Urgensi terhadap konservasi cetacea didasarkan pada keberadaan masyarakat nelayan tradisional di Pulau Lamalera yang memanfaatkan spesies cetacea yang umum dijumpai di Selat Ombai, ancaman kerusakan habitat, dan status konservasi yang telah diberlakukan terhadap beberapa spesies dan kawasan perairan tersebut.

5.1. Komunitas cetacea di Selat Ombai

Komunitas cetacea yang dijumpai secara konsisten di perairan Selat Ombai terdiri atas tiga spesies, yaitu Stenella longirostris lumba-lumba pemutar atau spinner dolphin, Pseudorca crassidens paus pembunuh palsu atau false killer whale, dan Physeter macrocephalus paus sperma atau kotekelema atau sperm whale. Ada dua spesies lain yang juga dijumpai selama Pelayaran INSTANT di Selat Ombai, yaitu Orcinus orca paus pembunuh atau killer whale dan Merujuk pada predator di ekosistem laut yang umumnya adalah nekton, maka predator hot spots merupakan istilah yang ditujukan untuk wilayah perairan yang didatangi oleh predator dengan keanekaragaman hayati dan biomassa yang tinggi dalam rentang waktu yang teratur Worm et al. 2003; Davoren 2007. Pada dua pelayaran INSTANT, yaitu Desember 2003-Januari 2004 yang mewakili kondisi musim muson barat daya dan Juni-Juli 2005 yang mewakili musim muson tenggara, tiga spesies cetacea dijumpai secara konsisten dalam biomassa tinggi di perairan Selat Ombai. Ketiga spesies tersebut adalah Stenella longirostris lumba-lumba pemutar, Pseudorca crassidens paus pembunuh palsu, dan Physeter macrocephalus paus sperma, yang semuanya dapat digolongkan sebagai komunitas top predator di ekosistem laut pelagis. Stenella longirostris dan Pseudorca crassidens memiliki mangsa yang sama, berupa nekton pelagis permukaan seperti ikan 75 tuna dan ikan makarel, sedangkan mangsa Physeter macrocephalus merupakan nekton yang hidup di lapisan pelagis dalam yaitu sepalopoda berukuran sedang-besar dan ikan besar Santos et al. 2001. Tabel 5-1. Kedalaman maksimum dan preferensi makanan spesies cetacea yang dijumpai di perairan Selat Ombai disarikan dari: Taylor et al. 2002, Santos et al. 2001, Benoit-Bird and Au 2003 No Nama spesies cetacea Kedalaman selam Preferensi makanan 1 Stenella longirostris 30 m rerata Schooling ikan pelagis kecil 2 Pseudorca crassidens Tidak diketahui Beragam spesies ikan pelagis dan cephalopoda 3 Physeter macrocephalus 2000 m maks. Cumi-cumi, gurita, dan ikan demersal ukuran sedang-besar yang hidup di laut dalam 4 Orcinus orca 228 m maks., 30 m rerata Kosmopolitan, termasuk cetacea spesies lain 5 Tursiops truncatus 112 m maks. Ikan pelagis dan mesopelagis, cumi-cumi 6 Kogia simus Tidak diketahui Cumi-cumi, gurita, dan ikan demersal ukuran kecil yang hidup di laut dalam Plot perjumpaan cetacea pada hari yang sama dengan perekaman data SeaWiFS menunjukkan sebaran komunitas cetacea di zona thermal front dan zona transisi front klorofil-a dan bukan di area yang memiliki konsentrasi klorofil-a tinggi Gambar 3-1 sd 3-5. Komunitas cetacea yang didata pada musim barat 4 Januari 2004 terdiri atas empat spesies, yaitu Stenella longirostris, Pseudorca crassidens, Orcinus orca, dan Physeter macrocephalus. Bahkan tiga spesies pertama dijumpai melakukan interaksi sosial selama foraging mangsa ikan pelagis mulai pukul 6:10 WITA hingga berlangsungnya aktivitas makan pada 6:55 WITA. Pada pukul 8:10 WITA, terlihat bahwa aktivitas makan berakhir dengan terpisahnya dua pod besar 100-200 individu dan satu pod kecil 3 individu dari masing-masing spesies. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa ada proses oseanografi dinamis yang memungkinkan terbentuknya peningkatan kandungan klorofil-a permukaan dan eddies di Selat Ombai, sehingga 76 komunitas cetacea menjadikan perairan ini sebagai habitat foraging dan makan. Hal yang serupa diperoleh Tynan et al. 2005 yang mendapati korelasi kuat antara sebaran Megaptera novaeangliae, pada musim semi dan panas, serta Phocoena phocoena pada musim semi, di bagian utara perairan California Current System. Demikian pula dengan aktivitas foraging beberapa spesies cetacea di perairan barat Skotlandia yang terkonsentrasi di wilayah perbatasan front Embling et al. 2005 Perjumpaan yang konsisten dengan Physeter macrocephalus, baik pada musim barat maupun musim tenggara, memberikan petunjuk bahwa perairan Selat Ombai juga berperan sebagai habitatnya. Berdasarkan tingkah lakunya, beristirahat 2-5 menit dan menyelam selama ~30 menit, paus sperma diduga tengah melakukan aktivitas foraging Kaltenberg, 2004. Pembuktian dugaan tersebut sangat sulit karena makanan cetacea jenis ini merupakan cumi-cumi laut dalam yang habitatnya masih musykil untuk dieksplorasi secara visual. Kajian habitat paus sperma di Teluk Meksiko yang dilakukan oleh Kaltenberg 2004 memanfaatkan data ADCP berfrekuensi 38 kHZ, serta berhasil mendeteksi adanya lapisan hambur balik sekunder dan tersier di kedalaman 400-900 m yang merefleksikan ketersediaan mangsa bagi cumi-cumi laut dalam. Gambar 5-1. Plot sebaran cetacea yang terdata dari dua pelayaran INSTANT serta terlihat melakukan aktivitas makan dan foraging di perairan Selat Ombai. 124.6 124.9 125.2 125.5 Bujur BT -9 -8.7 -8.4 -8.1 Lin tang LS -5000 -4000 -3000 -2000 -1000 -500 -300 -100 -50

P. ALOR

Keterangan : Physeter macrocephalus Physeter macrocephalus Pseudorca crassidens Stenella longirostris Multispecies cetacean Kedalaman m 77 Dari Gambar 5-1 terlihat bahwa Physeter macrocephalus memiliki preferensi terhadap perairan yang kedalamannya 1000 m. Hal ini sesuai dengan deskripsi habitat utama Physeter macrocephalus yang menyukai perairan dalam Taylor et al. 2002. Gambar 5-1 juga menunjukkan bahwa sebaran perjumpaan spesies cetacea lainnya terdapat di perairan yang kedalaman dasarnya 1000 m, atau di wilayah perbatasan paparan benua continental shelf break. Berdasarkan karakteristik ekologi mangsa, ada pembagian relung niche antara Stenella longirostris dan Pseudorca crassidens karena mereka mengalami peristiwa yang dinamakan resource partitioning. Mekanisme resource partitioning ini teramati dengan sangat jelas terutama pada pelayaran INSTANT 1, antara Stenella longirostris, Pseudorca crassidens, dan Orcinus orca, yang pada Minggu4 Januari 2004, terlihat melakukan kolaborasi foraging, mengarahkan dan memangsa schooling ikan pelagis di sepanjang aliran front. Pada hari tersebut, pukul 6.10 WITA pod Stenella longirostris terdeteksi melakukan aktivitas berenang cepat ke arah timur, yang selanjutnya dipastikan merupakan aktivitas foraging berdasarkan kehadiran pod spesies cetacea lainnya, yaitu Pseudorca crassidens. Secara kebetulan, kegiatan pelayaran INSTANT pada hari itu juga difokuskan di bagian tengah perairan Selat untuk menenggelamkan mooring oseanografi, sehingga komunitas cetacea yang terdeteksi dapat terus teramati. Pada pukul 6:55 WITA, terlihat komunitas cetacea telah memiliki ukuran pod yang masif 300 individu dan mulai melakukan aktivitas makan yang menunjukkan interaksi sosial antar individu dan spesies cetacea. Kegiatan makan yang dilakukan komunitas cetacea ditetapkan berakhir pada pukul 7:45-8:10 WITA, ketika komunitas multispesies tersebut terbagi menjadi tiga pod, dua pod besar masing-masing terdiri dari 100 individu dan satu pod kecil berukuran 3 individu, yang ternyata masing-masing mewakili spesies yang terpisah. Taylor et al. 2002 dan Marino 2004 menyatakan bahwa cetacea merupakan kelompok hewan yang bersifat sosial dengan tingkat intelejensia tinggi, dan hasil pengamatan komunitas cetacea di Selat Ombai membuktikan hal tersebut dengan aktivitas kolaboratif pod cetacea yang berbeda spesies dalam upaya memperoleh makanan di perairan pelagis. Benoit-Bird and Au 2003 mendeskripsikan aktivitas foraging pod Stenella longirostris yang berupaya memangsa schooling ikan di wilayah 78 front terutama di lapisan perbatasan mesopelagis yang memiliki densitas mangsa tinggi. Dengan demikian, tidak semua wilayah front menjadi habitat mencari makan cetacea, karena Stenella longirostris memiliki kemampuan mendeteksi dan menelusuri dinamika migrasi vertikal dan horizontal mangsanya di perairan pelagis. Embling et al. 2005 mendapati korelasi 39 antara sebaran tiga spesies cetacea dengan sebaran ikan herring di perairan barat Skotlandia, karena hanya menggunakan faktor kedalaman sebagai proxy keterkaitan antara sebaran apex predator cetacea dan mangsanya. Hasil yang berbeda juga diperoleh Tynan et al. 2005 yang mendapati korelasi tinggi 44.5-94.4 untuk sejumlah jenis cetacea yang ditemukan di perairan California Current System, yang mana digunakan sedikitnya 16 proxies dengan penekanan variasi musiman terhadap perjumpaan species cetacea di perairan tersebut.

5.2. Fitur lingkungan yang menjadi karakteristik habitat cetacea di perairan