Kepadatan Satwa Mangsa Satwa Mangsa

cepat menurut pergerakan satwa mangsanya. Harimau akan cepat berpindah tempat apabila satwa mangsa disuatu lokasi dalam keadaan kritis dan berpindah ke lokasi lain yang melimpah satwa mangsanya. Kondisi habitat yang sesuai bagi harimau sumatera adalah daerah yang memiliki kepadatan dan keanekaragaman satwa mangsa yang tinggi Lestari, 2006. Pemilihan habitat oleh harimau sumatera akan mengikuti habitat yang dipilih oleh satwa ungulata di dalam wilayah hidupnya.

5.2.2.1.1. Kepadatan Satwa Mangsa

Dalam penentuan jumlah populasi satwa mangsa harimau digunakan perhitungan kepadatan guna untuk mengetahui kisaran jumlah yang sesuai bagi pakan harimau per 100 km 2 . Penentuan kepadatan satwa mangsa harimau adalah dengan menggunakan bantuan kamera trap sehingga memudahkan dalam perhitungan. Berdasarkan identifikasi dan perhitungan diketahui bahwa tingkat kepadatan satwa mangsa tertinggi adalah kijang Muntiacus muntjak sebesar 54,70 ekor100 km 2 . Rusa sambar Cervus unicolor menempati posisi kedua dalam tingkat kepadatan, yaitu sebesar 47,40 ekor100 km 2 . Hasil perhitungan ini didasarkan pada jenisnya yang ungulata dan pada pergerakan satwa yang relatif konstan. Kijang merupakan satwa mangsa kesukaan bagi harimau sumatera didua tipe habitat yaitu di hutan pegunungan dan hutan sub-pegunungan yang ada di kawasan hutan Blangraweu. Pada ketinggian di atas 600 m dpl, sebagian besar mangsa harimau adalah muntjak dan kadang-kadang rusa Griffiths, 1996. Walaupun harimau membunuh sejumlah mangsa jenis tertentu Karanth Sunquist 1995, namun sebagian besar kebutuhan mereka akan biomassa dipenuhi oleh spesies ungulata besar 20 kg Cervidae, Bovidae dan Suidae membentuk mangsa yang utama bagi harimau. Kijang terekam kamera hampir disebagian besar titik kamera di hutan sub-pegunungan. Hutan sub-pegunungan merupakan habitat yang sesuai bagi kijang dengan cukup melimpahnya sumber pakan alami sehingga dapat berkembangbiak dengan baik. Namun di hutan pegunungan, kijang sulit untuk terekam kamera trap. Hal ini diketahui dari hasil kamera trap yang terpasang di hutan pegunungan. Rusa sambar terekam kamera trap lebih melimpah di hutan pegunungan yaitu di padang rumput. Padang rumput yang luas dengan melimpahnya rerumputan, semak belukar dan sumber air memudahkan bagi rusa sambar untuk berkembangbiak. Rusa menyukai tempat yang terbuka dengan sumber makanan yang mencukupi di habitatnya. Kepadatan satwa mangsa harimau sumatera di kawasan hutan Blangraweu dapat dikatakan rendah karena per 100 km 2 terdapat 40 – 50 ekor satwa mangsa saja. Sunquist 1981 menyatakan bahwa luas wilayah hidup harimau betina bervariasi dari 10 km 2 sampai 15 km 2 di habitat utamanya dengan tingkat kepadatan satwa mangsa normal sebesar 25 – 75 ungulatakm 2 . Kepadatan satwa mangsa yang rendah dipengaruhi oleh topografi antara dua habitat yang berbukit- bukit dan jumlah hijauan pakan yang lebih banyak terdapat di hutan pegunungan yaitu di padang rumput. Sehingga satwa mangsa lebih terkonsentrasi diperalihan antara hutan dengan padang rumput. Ada beberapa parameter populasi yang berpengaruh terhadap nilai kepadatan, yaitu natalitas, mortalitas, imigrasi dan emigrasi Alikodra, 2002. Satwa yang rentan terhadap lingkungan akan tersingkir dari wilayahnya sedangkan satwa yang kuat akan hidup menetap dan dapat berkembangbiak dengan baik. Alikodra 2002 menambahkan bahwa populasi yang relatif kecil dan terisolasi akan terjadi indreeding, sehingga kemungkinan terjadinya kepunahan menjadi bertambah besar.

5.2.2.2. Sumber Air