Mangsa Bio-Ekologi Harimau Sumatera 1.

adanya cover sebagai pelindung dari sinar matahari. Harimau tidak menyukai cuaca panas dan umumnya mencari tempat yang teduh untuk beristirahat. Harimau dapat hidup dengan ketinggian antara 0 – 2000 meter di atas permukaan laut Borner, 1978 dalam Lestari, 2006. Bahkan harimau sumatera biasa menyeberangi sungai untuk menjangkau habitat lainnya yang masih dalam teritorinya Sriyanto, 2003. Menurut Santiapillai dan Ramono 1985 dalam Lestari 2006, distribusi harimau sumatera tidak hanya ditentukan oleh jumlah ketersediaan habitat atau vegetasi hutan yang cocok. Adanya pemangsa dan kompetisi dengan karnivora yang lain merupakan salah satu ancaman. Harimau sumatera mendiami habitat yang bervariasi terutama daerah yang bersungai, hutan rawa dan padang rumput, namun sangat susah ditemukan pada daerah bervegetasi semak belukar yang terlalu rapat. Tidak seperti keluarga kucing yang lain, harimau sangat menyukai air dan dapat berenang Lekagul dan McNeely, 1977. Harimau sumatera, seperti halnya jenis-jenis harimau lainnya adalah jenis satwa yang mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan tempat tinggalnya di alam bebas. Akan tetapi satwa ini bersifat neofobi, yaitu kurang mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Tipe habitat yang biasanya menjadi pilihan habitat harimau sumatera di Indonesia bervariasi Suwelo dan Soemantri, 1978; Heryatin dan Resubun, 1992 dalam Lestari, 2006 yaitu sebagai berikut : 1. Hutan hujan tropik, hutan primer dan hutan sekunder pada dataran rendah sampai dataran tinggi pegunungan, hutan savana, hutan terbuka dan pantai. 2. Pantai berlumpur, mangrove, pantai berawa payau dan pantai air tawar. 3. Padang rumput terutama padang alang-alang. 4. Daerah datar sepanjang aliran sungai. 5. Daerah perkebunan dan tanah pertanian.

2.1.5. Mangsa

Menurut Siswomartono et al., 1994 habitat yang optimal untuk harimau sumatera adalah daerah peralihan antara hutan dan padang rumput. Lokasi ini sangat mendukung kelangsungan hidup harimau sumatera karena terdapat kepadatan populasi mangsa yang cukup tinggi seperti babi hutan Sus scrofa, rusa sambar Cervus unicolor, kijang Muntiacus muntjak dan kancil Tragulus javanicus. Ketersediaan pakan merupakan faktor pembatas populasi harimau sumatera. Jenis mangsa lebih banyak terdapat di hutan dataran rendah dibandingkan dengan sub-montana. Hutan sekunder yang disebabkan oleh adanya penebangan kayu secara selektif merupakan habitat yang optimal untuk satwa mangsa harimau karena ketersediaan tumbuhan pakan dan memiliki kerapatan cover yang tinggi Borner, 1992 dalam Lestari, 2006. Selain memiliki fungsi, habitat juga memiliki daya dukung terhadap satwa tertentu. Harimau sumatera merupakan satwa karnivora yang biasanya memangsa babi hutan Sus scrofa, rusa sambar Cervus unicolor, kijang Muntiacus muntjak, kancil Tragulus sp, kambing gunung Capricornus sumatraensis, kerbau air Bubalus bubalis, tapir Tapirus indicus, kera Macaca sp, landak Hystrix brachyura dan trenggiling Manis javanica. Tidak seperti satwa karnivora lainnya, kelompok kucing besar termasuk harimau tidak dapat mengantikan pakannya dengan pakan tumbuhan karena sifat anatomi alat pencernaannya khusus sebagai pemakan daging. Kelompok ini merupakan kelompok karnivora spesialis yang cenderung menangkap beberapa jenis satwa mangsa, rata-rata kurang dari empat jenis Kitchener, 1991; Jackson, 1990 dalam Lestari, 2006. Untuk memuhi kebutuhan makannya, harimau berburu 3 – 6 hari sekali tergantung ukuran mangsanya. Biasanya seekor harimau membutuhkan sekitar 6 – 7 kg daging per hari, bahkan kadang-kadang sampai 40 kg daging sekali makan. Besarnya jumlah kebutuhan ini tergantung dari apakah harimau tersebut mencari makan untuk dirinya sendiri atau harimau betina yang harus memberi makan anaknya MacDonald, 1986; Mounfort, 1973 dalam Hutabarat, 2005.

2.1.6. Cover