Kepadatan Absolut Harimau Kepadatan Satwa Mangsa Tingkat Perjumpaan Encounter RateER Harimau dan Mangsa Hubungan Penggunaan Antara Tipe Habitat dengan Jumlah Satwa

7. Capture history harimau merupakan matriks deteksi individu harimau pada suatu lokasi dan occassion tertentu. 8. Independent photo foto independen adalah foto yang terekam secara berurutansekuel pada satu frame foto dalam satu nomor film yang telah disaring berdasarkan waktu. Dapat dikatakan foto independen nilai 1 bila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Foto yang berurutansekuel dari individu berbeda atau spesies berbeda pada satu nomor film. 2. Foto berurutansekuel dari individu yang sama spesies sama pada satu nomor film dengan rentang waktu lebih dari 1 jam atau foto berurutansekuel dari individu berbeda bila dapat dibedakan dengan jelas. 3. Foto individu yang sama atau jenis sama yang tidak berurutansekuel pada satu nomor film. Kriteria foto independen ini merujuk pada O’Brien et al., 2003.

4.3.4.2. Kepadatan Absolut Harimau

Analisis kepadatan absolut harimau harimau100 km 2 digunakan dengan mengetahui jumlah individu yang telah diidentifikasi. Data hasil identifikasi foto dapat digunakan untuk memperkirakan populasi N-hat. Estimasi kepadatan harimau menurut Karanth 2002 sebagai berikut : Keterangan : D : Estimasi kepadatan harimau individu100 km 2 N : Jumlah individu yang telah diidentifikasi A W : Efektif sampling area 100 km 2 Luas efektif sampling area diperoleh dengan menghubungkan titik koordinat kamera terluar hingga membentuk poligon A kemudian ditambahkan dengan lebar garis batas W Karanth Nichols, 1998 yang didapatkan dari ½ Mean Maximum Distance Move ½MMDV yaitu dengan menghitung rataan jarak perpindahan maksimum setiap individu harimau yang tertangkap kamera lebih dari sekali dan pada dua lokasi berbeda Linkie, 2005. Keterangan : W : Lebar garis batas m : Jumlah recapture individu d : Rata-rata jarak individu recapture d i : Jarak dari tiap individu recapture ke-i

4.3.4.3. Kepadatan Satwa Mangsa

Analisis kepadatan satwa mangsa 100 km 2 dapat menggunakan jumlah foto independent dari satwa yang telah teridentifikasi. Estimasi kepadatan satwa mangsa menurut Hutchinson Waser 2007 sebagai berikut : y = 2rtvD Keterangan : y : Jumlah kontak satwa r : Jari-jari zona deteksi t : Waktu v : Kecepatan satwa D : Kepadatan

4.3.4.4. Tingkat Perjumpaan Encounter RateER Harimau dan Mangsa

Tingkat perjumpaan jumlah foto100 hari didapat dari perhitungan total jumlah foto dibagi total hari kamera aktif dikali 100. Faktor pembagi 100 hari untuk menyamakan waktu satuan usaha yang digunakan Lynam, 2000. Keterangan : ER : Tingkat perjumpaan Encounter rate Σf : Jumlah total foto yang diperoleh Σd : Jumlah total hari operasi kamera 4.3.4.5. Komponen Habitat 4.3.4.5.1. Analisis vegetasi Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui komposisi dan dominansi suatu jenis vegetasi pada suatu komunitas sehingga mengetahui preferensi habitat yang sesuai bagi harimau sumatera. Dominansi dapat dilihat dari Indeks Nilai Penting INP yang diperoleh dari penjumlahan nilai kerapatan relatif KR dan frekuensi relatif FR untuk tingkat semai dan pancang serta ditambah nilai dominansi relatif DR untuk tingkat tiang dan pohon Soerianegara dan Indrawan, 1998. Persamaan yang digunakan adalah : Kerapatan jenis ke-iKi = Jumlah individu suatu spesies Luas seluruh petak Kerapatan Relatif KR = Kerapatan suatu spesies x 100 Kerapatan seluruh jenis Dominansi jenis ke-iDi = Luas bidang dasar suatu spesies Luas seluruh petak Dominansi Relatif DR = Dominansi suatu spesies x 100 Dominansi seluruh jenis Frekuensi jenis ke-I Fi = Jumlah petak terisi suatu spesies Jumlah seluruh petak Frekuensi Relatif FR = Frekuensi suatu spesies x 100 Frekuensi seluruh jenis Luas bidang dasar suatu spesies = 2 . . 4 1 i d  Indeks Nilai Penting = KR + DR + FR

4.3.4.5.2. Bentuk Cover

Bentuk cover dipelajari dengan cara obervasi langsung di lapangan. Cover dapat dibedakan atas tempat persembunyian hiding cover dan tempat penyesuaian terhadap perubahan temperatur thermal cover. Bentuk cover dibedakan menurut bentuk dan fungsinya, yaitu sebagai tempat berlindung, tempat minum, tempat mengasuh anak, tempat berburu dan tempat beristirahat.

4.3.4.5.3. Ketersediaan Air

Ketersediaan air dapat dilihat dari parameter fisik yang diamati secara langsung di lapangan permanen atau tidak permanen. Parameter yang diamati adalah : 1 betuk sumber air, 2 lokasi sumber air dan 3 ketersediaan sumber air meliputi ketersediaan air sepanjang tahun serta tidak tersedia air sepanjang tahun.

4.3.4.6. Hubungan Penggunaan Antara Tipe Habitat dengan Jumlah Satwa

Parameter yang akan dianalisis menggunakan uji chi kuadrat chi-square adalah tipe habitat dengan jumlah satwa baik harimau sumatera maupun satwa mangsa yang ada di kawasan hutan Blangraweu. Langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Ho : Tidak ada perbedaan penggunaan antara tipe habitat dengan jumlah satwa. H 1 : Ada perbedaan penggunaan antara tipe habitat dengan jumlah satwa. 2. Kriteria Pengujian Jika x 2 hitung kurang dari x 2 tabel maka terima Ho pada taraf nyata, dengan derajat bebas v = b- k-1 diman b dan k masing-masing menyatakan baris dan kolom. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : h O i – E i 2 χ² = Σ i=1 E i Keterangan : O i = Frekuensi hasil pengamatan ke- i E i = Frekuensi harapan ke-iO i . a i Frekuensi harapan = Total kolom x total baris Total pengamatan

4.3.4.7. Gangguan Habitat Harimau Sumatera