2.1.3. Populasi dan Distribusi
Penyebaran harimau sumatera hanya terletak di Pulau Sumatera. Hasil analisa terkini mengenai status harimau sumatera, secara global menetapkan
18 bentang alam konservasi harimau Tiger Conservation Landscape di Pulau Sumatera. Dua di antaranya dikategorikan sebagai prioritas global, Kerinci Seblat
dan Bukit Tiga Puluh, sedangkan prioritas regional terletak di Kuala Kampar dan Bukit Balai Rejang Selatan Sanderson et al., 2006. Harimau sumatera tersebar
terutama di Sumatera bagian utara dan di daerah pegunungan Sumatera bagian barat daya. Sebelumnya, harimau sumatera banyak terdapat di Aceh, di daerah
dataran rendah Indragiri, Lumbu Dalem, Sungan Litur, Batang Serangan dan sekitarnya, Jambi dan Sungai Siak Suwelo dan Somantri, 1978,
Pada tahun 1800-1900, jumlah harimau sumatera masih sangat banyak, mencapai ribuan ekor. Pada tahun 1978 diperkirakan jumlah harimau sumatera
adalah sekitar 1000 ekor. Menurut perkiraan pada saat ini jumlah yang tersisa adalah 500 ekor. Diperkirakan 400 ekor hidup di kawasan konservasi utama yang
tersebar di Sumatera, sedangkan 100 ekor harimau hidup di kawasan yang tidak dilindungi dimana cepat atau lambat kawasan tersebut berubah menjadi pertanian
dan perkebunan Siswomartono et al., 1994. Data terbaru dari WWF-Indonesia tahun 2009 menyebutkan bahwa diperkirakan populasi yang tersisa di habitat
alaminya hanya 300 - 400 ekor dan jumlahnya akan terus berkurang apabila kerusakan hutan sumatera terus berlanjut
2.1.4. Habitat
Habitat merupakan suatu kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan
sebagai tempat hidup dan berkembangbiaknya satwaliar Alikodra, 2002. Lebih lanjut mengemukakan, bahwa habitat mempunyai fungsi dalam penyediaan
makanan, air, dan pelindung serta habitat yang baik bagi satu jenis satwaliar belum tentu sesuai untuk jenis lainnya, karena setiap satwaliar menghendaki
kondisi habitat yang berbeda-beda. Harimau dapat ditemukan diberbagai tipe habitat asal tersedia makanan
berupa satwa mangsa yang cukup, terdapat sumber air yang selalu tersedia, dan
adanya cover sebagai pelindung dari sinar matahari. Harimau tidak menyukai cuaca panas dan umumnya mencari tempat yang teduh untuk beristirahat.
Harimau dapat hidup dengan ketinggian antara 0 – 2000 meter di atas permukaan laut Borner, 1978 dalam Lestari, 2006. Bahkan harimau sumatera biasa
menyeberangi sungai untuk menjangkau habitat lainnya yang masih dalam teritorinya Sriyanto, 2003.
Menurut Santiapillai dan Ramono 1985 dalam Lestari 2006, distribusi harimau sumatera tidak hanya ditentukan oleh jumlah ketersediaan habitat atau
vegetasi hutan yang cocok. Adanya pemangsa dan kompetisi dengan karnivora yang lain merupakan salah satu ancaman. Harimau sumatera mendiami habitat
yang bervariasi terutama daerah yang bersungai, hutan rawa dan padang rumput, namun sangat susah ditemukan pada daerah bervegetasi semak belukar yang
terlalu rapat. Tidak seperti keluarga kucing yang lain, harimau sangat menyukai air dan
dapat berenang Lekagul dan McNeely, 1977. Harimau sumatera, seperti halnya jenis-jenis harimau lainnya adalah jenis satwa yang mudah beradaptasi dengan
kondisi lingkungan tempat tinggalnya di alam bebas. Akan tetapi satwa ini bersifat neofobi, yaitu kurang mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Tipe habitat yang biasanya menjadi pilihan habitat harimau sumatera di Indonesia bervariasi Suwelo dan Soemantri, 1978; Heryatin dan Resubun, 1992 dalam
Lestari, 2006 yaitu sebagai berikut : 1. Hutan hujan tropik, hutan primer dan hutan sekunder pada dataran rendah
sampai dataran tinggi pegunungan, hutan savana, hutan terbuka dan pantai. 2. Pantai berlumpur, mangrove, pantai berawa payau dan pantai air tawar.
3. Padang rumput terutama padang alang-alang. 4. Daerah datar sepanjang aliran sungai.
5. Daerah perkebunan dan tanah pertanian.
2.1.5. Mangsa