melimpah di hutan pegunungan yaitu di padang rumput. Padang rumput yang luas dengan melimpahnya rerumputan, semak belukar dan sumber air memudahkan
bagi rusa sambar untuk berkembangbiak. Rusa menyukai tempat yang terbuka dengan sumber makanan yang mencukupi di habitatnya.
Kepadatan satwa mangsa harimau sumatera di kawasan hutan Blangraweu dapat dikatakan rendah karena per 100 km
2
terdapat 40 – 50 ekor satwa mangsa saja. Sunquist 1981 menyatakan bahwa luas wilayah hidup harimau betina
bervariasi dari 10 km
2
sampai 15 km
2
di habitat utamanya dengan tingkat kepadatan satwa mangsa normal sebesar 25 – 75 ungulatakm
2
. Kepadatan satwa mangsa yang rendah dipengaruhi oleh topografi antara dua habitat yang berbukit-
bukit dan jumlah hijauan pakan yang lebih banyak terdapat di hutan pegunungan yaitu di padang rumput. Sehingga satwa mangsa lebih terkonsentrasi diperalihan
antara hutan dengan padang rumput. Ada beberapa parameter populasi yang berpengaruh terhadap nilai kepadatan, yaitu natalitas, mortalitas, imigrasi dan
emigrasi Alikodra, 2002. Satwa yang rentan terhadap lingkungan akan tersingkir dari wilayahnya sedangkan satwa yang kuat akan hidup menetap dan dapat
berkembangbiak dengan baik. Alikodra 2002 menambahkan bahwa populasi yang relatif kecil dan terisolasi akan terjadi indreeding, sehingga kemungkinan
terjadinya kepunahan menjadi bertambah besar.
5.2.2.2. Sumber Air
Sumber air terbagi menjadi dua, yaitu sumber air yang mengalir sepanjang tahun dan sumber air yang tidak mengalir sepanjang tahun. Sungai yang
ditemukan di lokasi penelitian merupakan sumber air yang mengalir sepanjang tahun antara lain krueng meureudu, krueng guha, krueng sabee, krueng blee dan
krueng gumue. Sungai ini terdapat di hutan pegunungan dan hutan sub- pegunungan. Sungai yang terdapat di lokasi penelitian memiliki ciri-ciri berarus
deras dengan substrat berupa campuran batuan besar, batuan kerikil, pasir dan lempung. Sungai tersebut masing-masing memiliki air yang jernih namun saat
hujan sungai akan terlihat keruh karena bercampur dengan endapan lumpur yang terbawa arus. Sunquist 1981 menyatakan bahwa harimau menyukai habitat
pinggiran sungai riverine habitat. Selama di lapangan ditemukan tapak harimau
yang tercetak di atas bebatuan yang masih basah di pinggir sungai. Aliran air merupakan tempat yang sesuai bagi harimau sumatera karena digunakan untuk
menurunkan suhu tubuhnya saat matahari terik. Suhu badan yang terlalu panas dapat membunuh harimau sehingga harimau berendam untuk menurunkan suhu
tubuhnya McDougal, 1979. Sumber air lain yang ditemukan di lokasi penelitian adalah alur, kolam
musiman, genangan dan rembesan air. Terdapat alur yang mengalir sepanjang tahun, yaitu alue ilee. Alur ini terdapat di hutan sub-pegunungan. Ketersediaan
sumber air disuatu habitat itu sendiri dipengaruhi oleh iklim lokal yang menentukan kuantitas total air yang tersedia dan juga keadaan hujan apakah
merata sepanjang tahun atau hanya dalam beberapa bulan saja Alikodra, 2002. Saat musim kemarau alur ini masih mengalir namun dengan debit air yang cukup
kecil. Alur lain banyak ditemukan di padang rumput di hutan pegunungan. Ketika hujan alur ini akan terisi alir dengan debit air yang deras mengarah ke krueng
meureudu. Namun saat musim kemarau alurnya akan mengering sehingga dimanfaatkan satwa untuk berkubang. Kolam musiman berupa cekungan air yang
terisi air ketika hujan. Cekungan ini dimanfaatkan satwa herbivora untuk minum, berkubang dan mengasin saltlick. Di sekitar cekungan tersebut banyak
ditemukan bekas aktivitas satwa berupa tapak dan kotoranfeses. Rembesan air yang ada di dalam gua juga merupakan sumber air yang potensial bagi satwa. Di
lokasi penelitian ditemukan ceruk di sepanjang aliran sungai krueng guha yang airnya cukup melimpah. Sekitar ceruk ditemukan bekas aktivitas berupa tapak
harimau beserta anakannya sub-adult.
5.2.2.3. Cover