Cover Daya Dukung Bio-Ekologi Harimau Sumatera 1.
kepadatan populasi mangsa yang cukup tinggi seperti babi hutan Sus scrofa, rusa sambar Cervus unicolor, kijang Muntiacus muntjak dan kancil
Tragulus javanicus. Ketersediaan pakan merupakan faktor pembatas populasi harimau sumatera. Jenis mangsa lebih banyak terdapat di hutan dataran rendah
dibandingkan dengan sub-montana. Hutan sekunder yang disebabkan oleh adanya penebangan kayu secara selektif merupakan habitat yang optimal untuk satwa
mangsa harimau karena ketersediaan tumbuhan pakan dan memiliki kerapatan cover yang tinggi Borner, 1992 dalam Lestari, 2006. Selain memiliki fungsi,
habitat juga memiliki daya dukung terhadap satwa tertentu. Harimau sumatera merupakan satwa karnivora yang biasanya memangsa
babi hutan Sus scrofa, rusa sambar Cervus unicolor, kijang Muntiacus muntjak, kancil Tragulus sp, kambing gunung Capricornus sumatraensis,
kerbau air Bubalus bubalis, tapir Tapirus indicus, kera Macaca sp, landak Hystrix brachyura dan trenggiling Manis javanica. Tidak seperti satwa
karnivora lainnya, kelompok kucing besar termasuk harimau tidak dapat mengantikan pakannya dengan pakan tumbuhan karena sifat anatomi alat
pencernaannya khusus sebagai pemakan daging. Kelompok ini merupakan kelompok karnivora spesialis yang cenderung menangkap beberapa jenis satwa
mangsa, rata-rata kurang dari empat jenis Kitchener, 1991; Jackson, 1990 dalam Lestari, 2006.
Untuk memuhi kebutuhan makannya, harimau berburu 3 – 6 hari sekali tergantung ukuran mangsanya. Biasanya seekor harimau membutuhkan sekitar 6 –
7 kg daging per hari, bahkan kadang-kadang sampai 40 kg daging sekali makan. Besarnya jumlah kebutuhan ini tergantung dari apakah harimau tersebut mencari
makan untuk dirinya sendiri atau harimau betina yang harus memberi makan anaknya MacDonald, 1986; Mounfort, 1973 dalam Hutabarat, 2005.