yang tercetak di atas bebatuan yang masih basah di pinggir sungai. Aliran air merupakan tempat yang sesuai bagi harimau sumatera karena digunakan untuk
menurunkan suhu tubuhnya saat matahari terik. Suhu badan yang terlalu panas dapat membunuh harimau sehingga harimau berendam untuk menurunkan suhu
tubuhnya McDougal, 1979. Sumber air lain yang ditemukan di lokasi penelitian adalah alur, kolam
musiman, genangan dan rembesan air. Terdapat alur yang mengalir sepanjang tahun, yaitu alue ilee. Alur ini terdapat di hutan sub-pegunungan. Ketersediaan
sumber air disuatu habitat itu sendiri dipengaruhi oleh iklim lokal yang menentukan kuantitas total air yang tersedia dan juga keadaan hujan apakah
merata sepanjang tahun atau hanya dalam beberapa bulan saja Alikodra, 2002. Saat musim kemarau alur ini masih mengalir namun dengan debit air yang cukup
kecil. Alur lain banyak ditemukan di padang rumput di hutan pegunungan. Ketika hujan alur ini akan terisi alir dengan debit air yang deras mengarah ke krueng
meureudu. Namun saat musim kemarau alurnya akan mengering sehingga dimanfaatkan satwa untuk berkubang. Kolam musiman berupa cekungan air yang
terisi air ketika hujan. Cekungan ini dimanfaatkan satwa herbivora untuk minum, berkubang dan mengasin saltlick. Di sekitar cekungan tersebut banyak
ditemukan bekas aktivitas satwa berupa tapak dan kotoranfeses. Rembesan air yang ada di dalam gua juga merupakan sumber air yang potensial bagi satwa. Di
lokasi penelitian ditemukan ceruk di sepanjang aliran sungai krueng guha yang airnya cukup melimpah. Sekitar ceruk ditemukan bekas aktivitas berupa tapak
harimau beserta anakannya sub-adult.
5.2.2.3. Cover
Lindungan cover merupakan tempat yang dibutuhkan satwa untuk berlindung dari gejala alam. Cover dibedakan menjadi dua, yaitu tempat
persembunyian hiding cover dan tempat penyesuaian terhadap perubahan temperatur thermal cover. Harimau sumatera merupakan satwa yang aktif
sehingga membutuhkan cover untuk penyesuaian kondisi tubuhnya. Cover dapat berfungsi sebagai tempat berkembangbiak, tempat makan, tempat bersembunyi,
tempat bersarang dan tempat untuk beristirahat Bailay, 1982 dalam Lestari, 2006.
Kondisi strata tajuk pada hutan sub-pegunungan cukup sesuai dengan penutup tajuk yang rimbun dengan tegakan kanopi yang tinggi. Sehingga dapat
mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk. Selain itu, di hutan ini ditemukan pohon yang berbanir besar dan membentuk celah-celah kecil yang
dimanfaatkan bagi satwa untuk berlindung. Pada siang hari atau matahari terik kondisi di dalam hutan sangat sejuk namun cahaya matahari masih dapat masuk
melalui celah-celah kanopi. Kondisi kerapatan vegetasi akan berpengaruh terhadap intensitas sinar matahari yang masuk Alikodra, 2002. Lantai hutan
yang tertumpuk serasah yang hangat dimanfaatkan harimau untuk istirahat. Serasah daun pada lantai hutan mampu menghangatkan suhu tubuh harimau dari
suhu tanah yang lembab dan dingin Riansyah, 2007. Di lokasi penelitian ditemukan bekas aktivitas berburu harimau pada saat pagi hari. Selain itu, di hutan
sub-pegunungan ditemukan bekas aktivitas harimau sumatera, yaitu cakaran di tanah scrape, cakaran di batang pohon scratch dan feseskotoran.
Pada hutan pegunungan di sekitar padang rumput yang sedikit ditumbuhi pepohonan merupakan tempat favorit bagi harimau sumatera. Cover di tempat ini
berupa rerumputan, ilalang dan semak belukar. Ilalang dan semak belukar dimanfaatkan harimau sebagai tempat untuk berlindung. Lestari 2006
menyebutkan bahwa harimau merebahkan dirinya pada alang-alang tersebut sehingga dapat terhindar dari sinar matahari pada cuaca yang panas. Semak
belukar dan ilalang yang hampir mirip dengan warna tubuh harimau dimanfaatkan untuk menyamar saat mengintai mangsanya. Hal ini diperkuat oleh Borner 1992
yang menyebutkan bahwa ilalang juga dapat digunakan harimau sebagai tempat persembunyian untuk mengintai satwa mangsa dan tempat berlindung saat
memakan satwa mangsa. Saat musim hujan, harimau akan terkonsentrasi di peralihan antara hutan dengan padang rumput untuk mengintai satwa mangsanya.
Pada musim hujan rerumputan yang ada di padang rumput akan hijau segar sehingga satwa mangsa akan berkumpul mencari makan di lokasi tersebut.
5.2.3. Karakteristik Habitat 5.2.3.1. Satwa Mangsa
Harimau sumatera mampu hidup mulai dari hutan dataran rendah hingga hutan sub-pegunungan dengan ketinggian antara 0 – 2000 m dpl. Borner 1978
dalam Endri 2006 menyebutkan bahwa harimau dapat hidup di hutan pegunungan sampai ketinggian lebih dari 2000 m dpl. Kawasan hutan Blangraweu
dengan ketinggian lebih kurang 600 – 2000 m dpl ditemukan tanda-tanda keberadaan harimau sumatera berupa tapak kaki, feseskotoran, scrape dan
scratch. Hal ini diperoleh berdasarkan pada penemuan tanda-tanda keberadaan sekunder di jalur pengamatan yang terpasang kamera trap.
Ungulata merupakan penyusun terbesar dalam komposisi jenis pakan harimau. Harimau membutuhkan 5 – 6 kg daging sehari dengan biomassa diatas
20 kg, apabila dalam setahun maka harimau akan membutuhkan daging mangsanya sebesar 1825 – 2190 kg Sunquist, 1981 dalam Seidensticker et al.,
1999. Pakan utama harimau sumatera adalah dari keluarga Cervidae berukuran besar dan Suidae Seidensticker, 1986. Satwa mangsa utama harimau sumatera di
kawasan hutan Blangraweu adalah rusa sambar, kijang dan babi jenggot. Rusa sambar lebih menyukai hutan pegunungan dari pada hutan sub-pegunungan
karena di hutan ini terdapat sumber pakan seperti rumput dan sumber air yang cukup melimpah. Faktor utama penyebab rusa sambar lebih dominan di hutan
pegunungan adalah terdapat padang rumputpadang penggembalaan feeding ground yang digunakan bagi rusa sambar untuk merumput karena rusa
merupakan tipe grasser. Sedangkan kijang lebih mendominasi di hutan sub- pegunungan. Hutan sub-pegunungan merupakan tempat yang sesuai bagi kijang
karena terdapat sumber makanan utama yaitu pucuk daun muda. Kijang merupakan satwa mangsa bertipe browser, yaitu satwa yang lebih suka memakan
pucuktunas daun muda Endri, 2006. Harimau sumatera lebih terkonsentrasi diperalihan antara hutan dengan padang rumput. Hal ini dikarenakan di padang
rumput jumlah rusa sambar lebih banyak dan berkelompok. Sehingga mempermudah harimau untuk berburu satwa buruannya tersebut. Berbeda dengan
rusa sambar yang ada di hutan sub-pegunungan yang hidup soliter sehingga menyulitkan harimau untuk berburu.