Ekstraksi Proses Pembuatan Agar-Agar

9 menjadi 110 gcm 2 Whyte dan Englar, 1980 dalam Amnidar, 1989 sedangkan menurut Cho et al 1975, praperlakuan dengan asam terhadap Gracilaria sp ternyata dapat menurunkan kandungan abu, total sulfur dan nitrogen serta dapat meningkatkan kekuatan gel agar-agar.

2.3.4. Ekstraksi

Ekstraksi agar-agar dari rumput laut dilakukan dengan air panas pada suhu didih, hal ini didasarkan pada sifat kelarutan agar-agar, yaitu larut hanya dalam air panas dan tidak larut dalam air dingin Furia, 1980. Semua proses ekstraksi agar-agar dalam dunia perdagangan secara komersial umumnya menggunakan air panas dengan suhu 90-150 o C, yang kemudian diikuti dengan proses filtrasi dan pembekuan. Wheaton dan Lawson, 1985. Dalam proses ekstraksi diperlukan suasana sedikit asam, yang bertujuan untuk mengontrol pH karena pH dapat mempengaruhi kualitas agar-agar yang dihasilkan. Keasaman pH larutan ekstraksi harus diatur kurang lebih 6.5 dengan penambahan sedikit asam Chapman, 1970. Proses ekstraksi dapat pula dilakukan pada pH netral atau tanpa penambahan asam, karena diduga pada pH netral ini proses ekstraksi akan lebih mudah dan dapat dilakukan pada pH kurang lebih 7, suhu 100 o C, selama 1-4 jam. Ekstraksi pada pH netral ini dilakukan hanya untuk rumput laut yang telah mengalami proses praperlakuan asam Matsuhashi, 1977. Produksi agar-agar dari rumput laut selain dipengaruhi oleh musim, juga dipengaruhi oleh lama waktu perebusan waktu ekstraksi Chapman, 1970. Waktu pendidihan yang terlalu lama dapat mengakibatkan degradasi hidrolitik yang berlebihan, meskipun pada proses normal degradasi hidrolitik tidak dapat dihindari seluruhnya Matsuhashi, 1977 dalam Priatama, 1989. Pemasakan rumput laut dilakukan dalam suatu bejana dengan meggunakan air bersih Winarno, 1990. Banyaknya air yang digunakan sebagai pengekstrak dalam proses pemasakan agar- agar bervariasi menurut beberapa versi, tergantung jumlah dan jenis bahan baku rumput laut yang digunakan. Rumput laut jenis keras, seperi Gelidium sp membutuhkan air pengekstraksi yang relatif banyak dibandingkan rumput laut lunak seperti Gracilaria sp, sebab untuk memecah dinding sel rumput laut yang keras dibutuhkan luas permukaaan kontak antara dinding sel dengan air pengekstrak yang besar Sukamulyo, 1989. Kisaran jumlah air untuk ekstraksi dapat bervariasi antara tujuh kali berat rumput laut sampai dengan 15 atau 20 kali berat rumput laut kering Matsuhashi, 1977 dalam Priatama, 1989. Sedangkan menurut Winarno 1990, pemasakan rumput laut menggunakan air sebanyak 40 kali berat rumput laut kering. Lama ekstraksi umumnya berlangsung selama 45 menit Winarno, 1990, kadang-kadang sampai 2-4 jam tergantung teknik pengadukannya. Nasran 1993 melakukan ekstraksi terhadap rumput laut Gracilaria sp selama 1,5-2 jam, sedang Mokolensang et al., 1997 melakukan ekstraksi rumput laut jenis Gracilaria sp selama satu jam. Setelah proses ekstraksi selesai, larutan agar-agar langsung disaring filtrasi dalam keadaan panas. Untuk memperoleh hasil ekstraksi yang tinggi maka pada waktu penyaringan dapat dilakukan pemerasan atau pengepresan Chapman, 1970. Filtrat agar hasil penyaringan kemudian ditampung di tempat penampungan, sedangkan ampasnya masih dapat diekstraksi kembali satu atau dua kali. Gel yang terbentuk kemudian dibekukan, dan dicairkan thawing. Air yang mencair akan membawa serta kotoran yang menyebabkan kekeruhan Kosasih dan Suprijatna, 1967.

2.3.5. Pengeringan