Standar Mutu Agar-agar Agar-Agar

6 gel menjadi bertautan lebih erat pada saat ini menjadi lebih kaku akibat bertambahnya struktur helix untuk membentuk gabungan yang bertindak sebagai super junction; C dan D gel akan membentuk gabungan yang kontinyu apabila dibiarkan dalam waktu yang agak lama, dan jaringan gel sering mengkerut dengan membebaskan sejumlah air. Menurut Glicksman 1983, peningkatan kekuatan gel dapat dihubungkan dengan peningkatan kadar agarosa atau penurunan kadar sulfat serta peningkatan kadar 3,6-anhydro-L-galaktosa. Karakteristik pembentukan gel agar-agar disebabkan oleh tiga buah atom H pada residu 3,6-anhidro- L-galaktosa yang memaksa molekul- molekul untuk membentuk struktur ”heliks”. Interaksi antar struktur heliks menyebabkan terbentuknya gel. Penggantian senyawa 3,6-anhydro-L-galaktosa oleh L- galaktosa sulfat menyebabkan kekacauan dalam struktur heliks dan dalam keadaan seperti ini terbentuk kekuatan gel yang terendah. Kekuatan gel yang lebih tinggi akan diperoleh bila grup sulfat dikonversi menjadi senyawa 3,6-anhidro-L-galaktosa. Perlakuan asam dapat mempercepat konversi senyawa tersebut diatas. Gambar 2. Pembentukan gel dengan agregasi penggabungan polisakarida Medin, A. S. 1995 Sifat gel agar-agar dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi, pH, kandungan gula, dan ester sulfat Selby dan Wynne, 1973. Penurunan pH akan menyebabkan kekuatan gel semakin berkurang Glicksman, 1983. Semakin tinggi kandungan gula akan menyebabkan gel menjadi keras dengan kohesifitas tekstur yang yang lebih rendah Glicksman, 1983. Peningkatan kandungan sulfat dalam agar-agar akan mengurangi kekuatan gelnya Chapman dan Chapman, 1980. Gel agar-agar bersifat reversibel terhadap suhu, dimana pada suhu di atas titik leleh fase gel akan berubah menjadi fasa sol dan sebaliknya. Fasa transisi dari gel ke sol atau dari sol ke gel tidak berada pada suhu yang sama. Suhu pembentukan gel gelling point berada jauh di bawah suhu saat gel meleleh melting point. Perbedaan yang jauh anatara suhu leleh dan suhu pembentukan gel disebut dengan gejala histeresis Rees, 1969; Glicksman, 1983. Daya gelasi agar-agar juga tergantung pada cara produksi, jenis algae, kandungan sulfat dan perbandingan agarosa terhadap agaropektin. Agar-agar yang berasal dari rumput laut Gracilaria mempunyai kekuatan gel yang lebih rendah dari Gelidium Chapman, 1970. Karakteristik gel agar- agar bersifat rigid, rapuh, mudah dibentuk dan memiliki titik leleh tertentu. Kekuatan gel agar-agar sangat tergantung pada perbandingan kandungan agarosa terhadap agaropektin, gel yang terbentuk akan semakin kuat Winarno, 1990.

2.2.3. Standar Mutu Agar-agar

Agar-agar yang diperdagangkan terdapat dalam berbagai bentuk, seperti dalam bentuk granula, bubuk, batang kuning pucat dan tidak berbau. Di Indonesia standar mutu agar-agar sudah dicantumkan dalam Standar Industri Indonesia SII pada Tabel 3. Spesifikasi fisik agar-agar juga 7 dideskripsikan dalam ”Food Chemical Codex” 1981 yang meliputi kandungan arsen, kadar abu tidak larut asam, kadar abu total, gelatin, logam berat, bahan asing tidak larut, timah, susut pengeringan, pati dan penyerapan air. Persyaratan mutu agar di Jepang tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Agar-agar yang diekspor dari Jepang juga memasukkan parameter lain selain yang dideskripsikan oleh SII dan FCC sebagai penentu mutunya. Parameter tersebut adalah warna, keseragaman, dan kekuatan gel. Standar mutu salah satu tingkat mutu agar-agar ekspor Jepang disajikan pada Tabel 4. Tabel 3. Standar mutu agar-agar Spesifikasi Persyaratan SIIa FCCb SNIc Kadar air maks. 15 – 21 - 17 Kadar abu maks. 4 6,5 - Abu tak larut asam maks. - 0,3 0,5 Gelatin - Negatif - Pati - Negatif - Karbohidrat galaktosa 30 - - Logam berat maks. ppm Negatif 10 - Arsen maks. ppm Negatif 3 - Bahan asing tidak larut maks. - 1 - Timah maks. ppm - 10 - Cemaran logam Cu maks. mgkg - - 30 Cemaran logam Zn maks. mgkg 40 Cemaran logam Sn maks. mgkg 40 Susut pengeringan maks. - 20 - Penyerapan air - Negatif Min. 5 kali berat agar Zat warna tambahan Yang diizinkan untuk makanan dan minuman - - Sumber : a Departemen Perindustrian 1978 b Food Chemical Codex III 1981 c Standar Nasional Indonesia No. 01-2802-1995 untuk tepung agar Tabel 4. Standar mutu salah satu jenis agar-agar di Jepang Spesifikasi Tingkat mutu Superior No.1 No.2 No.3 Warna Putih Putih kekuningan Putih kekuningan Kuning cokelat Keseragaman Seragam mutu dan ukuran Seragam mutu dan ukuran Kurang seragam Tidak seragam Kekuatan gel gcm 2 600 350 250 150 Kadar air 22 22 22 22 Protein 0.5 1.5 2.0 3.0 Abu 4.0 4.0 4.0 4.0 Bahan tidak meleleh pada air mendidih 0.5 2.0 3.0 4.0 Sumber : Okazaki 1971 8

2.3. Proses Pembuatan Agar-Agar