26 juga sedikit sehingga akan menghambat pembentukan gel yang terjadi Glicksman, 1983. Rendahnya
kadar 3,6-anhydro-L-galaktosa dapat dikarenakan suasana yang terlalu asam yang diciptakan oleh pemucatan dengan natrium bisulfit. Asam
dapat menghidrolisis rantai β-1,4 yang menghubungkan D- galaktosa dengan 3,6-anhydro-L-galaktosa pada agarosa Armisen dan Galatas,1987. Selain itu,
faktor lain yang dapat mempengaruhi rendahnya kekuatan gel adalah bahan baku rumput laut yang digunakan, habitat tempat tumbuh rumput laut, musim, cara budidaya, umur panen, dan juga metode
ekstraksi yang digunakan Suryaningrum, 1989.
Gambar 15. Kontur Respon Permukaan hasil uji respon kekuatan gel tepung agar
Gambar 16. Respon Permukaan kekuatan gel tepung agar
4.3.3. Analisis Kombinasi Faktor pada Respon Kadar Air
Berdasarkan hasil pengujian kadar air, rentang nilai dari respon yang didapatkan berkisar dari 10,815 sampai 16,44, sehingga desain model yang terpilih yang direkomendasikan oleh program
Design Expert DX7.0.0 pada respon ini adalah model reduced quadratic. Hasil keseluruhan nilai
27 kadar air sudah sesuai dengan syarat mutu yang diijinkan oleh SII, yaitu maksimal 15-21 . Menurut
Winarno 1995, semakin sedikit kandungan kadar air dalam bahan maka kemungkinan kerusakan bahan oleh mikroorganisme akan semakin kecil. Kadar air mempengaruhi daya tahan suatu bahan dan
menunjukkan kestabilan serta indeks mutu bahan pangan. Nilai rata-rata mean dari respon kadar air adalah 13,97 dengan standar deviasi 0,67. Hasil analisis ragam kadar air tepung agar dapat dilihat
pada Lampiran 5. Hasil analisis ragam ANOVA menunjukkan bahwa model yang dihasilkan signifikan dengan nilai p-valu
e “Prob F” lebih kecil dari 0,05 0,0005 dan untuk uji lack of fit diperoleh p-v
alue “Prob F” = 0,1730 atau lebih besar dari α = 0,05 berarti tidak ada lack of fit not significant atau model sesuai dengan model yang diduga. Nilai lack of fit yang tidak signifikan
tersebut menunjukkan bahwa adanya kesesuaian data respon kadar air dengan model. Selain menganalisis nilai dari model dan lack of fit, diperlukan juga analisis pada nilai R
2
. Dalam hubungannya dengan korelasi, dapat dikatakan bahwa R
2
merupakan kuadrat korelasi antara variabel yang digunakan sebagai predictor X dan variabel yang memberikan response Y. Nilai R
2
untuk model respon kadar air sebesar 0,8986 mempunyai arti bahwa sebesar 89,86 variasi dari variabel respon Y dapat diterangkan dengan variabel bebas X sedangkan sisanya 10,14
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diketahui, sehingga model ini layak digunakan untuk analisa lebih lanjut. Menurut Asro 2009, R
2
0,8 menunjukan varian model bagus. Tetapi berdasarkan nilai R
2
prediksi yang berikan oleh program dx7 terhadap model adalah sebesar 0,4627, terdapat rentang yang cukup jauh apabila dibandingkan dengan nilai R
2
model, sehingga berdasarkan rekomendasi dari program dx7 diperlukan adanya reduksi secara manual.
Model direduksi secara manual dengan cara menghilangkan interaksi komponen X
1
X
2
interaksi konsentrasi dengan waktu perendaman asam asetat karena komponen interaksi tersebut tidak begitu berpengaruh dalam model. Persamaan polinomial untuk respon kadar air adalah sebagai
berikut :
Kadar Air = - 152.76004
– 6.36737X
1
– 17.39833X
2
+ 3.97609X
3
+ 0.13975X
1
X
3
+ 0.29425X
2
X
3
- 3.48349X
1 2
– 4.77750X
2 2
– 0.024228X
3 2
Keterangan : X
1
= Konsentrasi asam asetat X
2
= Waktu perendaman X
3
= Suhu ekstraksi Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai kadar air akan meningkat seiring
dengan peningkatan suhu ekstraksi, interaksi konsentrasi asam asetat-suhu ekstraksi, dan interaksi waktu perendaman-suhu ekstraksi hal tersebut ditunjukkan dengan konstanta yang bernilai positif.
Nilai kadar air akan mengalami penurunan dengan meningkatnya konsentrasi asam asetat, waktu perendaman, serta kuadrat dari konsentrasi asam asetat, waktu perendaman, dan suhu ekstraksi
ditandai dengan konstanta yang bernilai negatif. Grafik kontur permukaaan pada Gambar 17 menggambarkan hubungan antara variabel suhu
ekstraksi, variabel konsentrasi asam asetat, dan variabel waktu perendaman dalam bentuk dua dimensi, sedangkan pada Gambar 18 merupakan permukaan repon yang disajikan dalam bentuk tiga
dimensi. Perbedaan warna yang terdapat pada grafik, menunjukkan nilai respon kadar air. Warna biru menunjukkan nilai respon kadar air terendah yaitu 10,82, sampai warna merah yang menunjukkan
nilai respon kadar air tertinggi yaitu 16,44 tetapi karena nilai respon kadar air terendah hanya terdapat satu nilai maka warna biru tidak begitu terlihat dari grafik.
Kadar air tepung agar yang dihasilkan berkisar antara 10,82 - 16.44, hasil tersebut sesuai dengan syarat mutu yang ditetapkan oleh SII, yaitu maksimum 15
– 21 . Kadar air pada tepung agar menunjukkan bahwa umur simpan dan daya tahan tepung agar tersebut masih lebih tinggi dari yang
disyaratkan. Semakin sedikit kandungan air pada bahan maka kemungkinan rusaknya bahan oleh
28 mikroba semakin kecil. Menurut Taib et al. 1988, faktor-faktor yang mempengaruhi pada
pengeringan secara mekanik dalam penelitian ini diantaranya adalah suhu, kelembaban udara, dan aliran udara yang dapat mempengaruhi proses pengeringan yang berlangsung. Faktor-faktor tersebut
diduga sebagai penyebab terjadinya perbedaan kadar air pada tepung agar.
Gambar 17. Kontur Respon Permukaan hasil uji respon kadar air tepung agar
Gambar 18. Respon Permukaan kadar air tepung agar
4.3.4. Analisis Kombinasi Faktor pada Respon Kadar Abu