24 Gambar 13 . Kontur Respon Permukaan hasil uji respon rendemen tepung agar
Gambar 14. Respon Permukaan rendemen tepung agar
4.3.2. Analisis Kombinasi Faktor pada Respon Kekuatan Gel
Berdasarkan hasil pengujian kekuatan gel, rentang nilai dari respon yang didapatkan berkisar dari 37,20 gf sampai 243,20 gf, sehingga desain model yang terpilih yang direkomendasikan oleh
program Design Expert DX7.0.0 pada respon ini adalah model reduced quadratic. Nilai rata-rata mean dari respon kekuatan gel adalah 137,41 gf dengan standar deviasi 17,37. Menurut Salkind
2007, standar deviasi menunjukkan keheterogenan yang terjadi dalam data yang sedang diteliti atau dapat dikatakan sebagai jumlah rata-rata variabilitas di dalam satu set data pengamatan. Semakin
besar nilai standar deviasi menandakan semakin menyebar data pengamatan dan memiliki kecenderungan setiap data berbeda satu sama lain. Hasil analisis ragam kekuatan gel tepung agar
25 dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil analisis ragam ANOVA menunjukkan bahwa model yang
dihasilkan signifikan dengan nilai p-valu e “Prob F” lebih kecil dari 0,05 0,0001 dan untuk uji
lack of fit diperoleh p- value “Prob F” = 0,0001 atau lebih kecil dari α = 0,05 berarti ada lack of fit
significant. Nilai lack of fit yang signifikan tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya kesesuaian data respon kekuatan gel dengan model.
Dikarenakan nilai lack of fit yang signifikan sedangkan nilai dari model signifikan, sehingga diperlukan juga analisis pada nilai R
2
. Dalam hubungannya dengan korelasi, dapat dikatakan bahwa R
2
merupakan kuadrat korelasi antara variabel yang digunakan sebagai predictor X dan variabel yang memberikan response Y. Nilai R
2
untuk model respon kekuatan gel sebesar 0,9464 mempunyai arti bahwa sebesar 94,64 variasi dari variabel respon Y dapat diterangkan dengan variabel bebas
X sedangkan sisanya 5,36 dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diketahui, sehingga model ini masih layak digunakan untuk analisa lebih lanjut. Menurut Asro 2009, R
2
0,8 menunjukan varian model bagus. Tetapi berdasarkan nilai R
2
prediksi yang berikan oleh program dx7 terhadap model adalah sebesar 0,7191, terdapat rentang yang cukup dekat apabila dibandingkan
dengan nilai R
2
model. Nilai lack of fit yang signifikan dapat dikatakan buruk sehingga untuk mendapatkan model yang cocok berdasarkan rekomendasi dari program dx7 diperlukan adanya
reduksi secara manual. Model direduksi secara manual dengan cara menghilangkan interaksi komponen X
2
X
3
interaksi waktu perendaman dengan suhu ekstraksi dan X
1 2
kuadrat dari konsentrasi asam asetat karena komponen interaksi tersebut tidak begitu berpengaruh dalam model. Persamaan polinomial
untuk respon kekuatan gel adalah sebagai berikut :
Kekuatan gel gf = - 9672,83341
– 1617,75267X
1
+ 22,18875X
2
+ 237,66372X
3
+ 127,00000 X
1
X
2
+ 16,03000 X
1
X
3
- 94,85219X
2 2
– 1,40956X
3 2
Keterangan : X
1
= Konsentrasi asam asetat X
2
= Waktu perendaman X
3
= Suhu ekstraksi Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai kekuatan gel akan meningkat seiring
dengan peningkatan waktu perendaman, suhu ekstraksi, interaksi konsentrasi asam asetat-waktu perendaman, dan interaksi konsentrasi asam asetat-suhu ekstraksi hal tersebut ditunjukkan dengan
konstanta yang bernilai positif. Nilai kekuatan gel akan mengalami penurunan dengan meningkatnya konsentrasi asam asetat, serta kuadrat dari waktu perendaman dan suhu ekstraksi ditandai dengan
konstanta yang bernilai negatif. Grafik kontur permukaaan pada Gambar 15 menggambarkan hubungan antara variabel suhu
ekstraksi, variabel konsentrasi asam asetat, dan variabel waktu perendaman dalam bentuk dua dimensi, sedangkan pada Gambar 16 merupakan Respon Permukaan yang disajikan dalam bentuk tiga
dimensi. Perbedaan warna yang terdapat pada grafik, menunjukkan nilai respon kekuatan gel. Warna biru menunjukkan nilai respon kekuatan gel terendah yaitu 37,20 gf, sampai warna merah yang
menunjukkan nilai respon kekuatan gel tertinggi yaitu 243,20 gf tetapi karena nilai respon kekuatan gel terendah hanya terdapat beberapa nilai maka warna biru tidak begitu terlihat dari grafik.
Nilai kekuatan gel agar-agar yang rendah diduga disebabkan oleh rendahnya kadar 3,6- anhydro-L-galaktosa yang terdapat pada larutan agar-agar. Menurut Rees 1969, peningkatan
kekuatan gel sangat berkaitan dengan jumlah 3,6-anhydro-L-galaktosa dan sulfat yang terkandung didalamnya. Karakteristik pembentukan gel agar-agar disebabkan oleh tiga buah atom hidrogen pada
3,6-anhydro-L-galaktosa yang memaksa molekul-molekul untuk membentuk struktur heliks. Interaksi dari heliks-heliks ini akan menyebabkan terbentuknya gel, dengan demikian apabila jumlah 3,6-
anhydro-L-galaktosa yang terdapat dalam larutan sedikit maka struktur heliks yang akan terbentuk
26 juga sedikit sehingga akan menghambat pembentukan gel yang terjadi Glicksman, 1983. Rendahnya
kadar 3,6-anhydro-L-galaktosa dapat dikarenakan suasana yang terlalu asam yang diciptakan oleh pemucatan dengan natrium bisulfit. Asam
dapat menghidrolisis rantai β-1,4 yang menghubungkan D- galaktosa dengan 3,6-anhydro-L-galaktosa pada agarosa Armisen dan Galatas,1987. Selain itu,
faktor lain yang dapat mempengaruhi rendahnya kekuatan gel adalah bahan baku rumput laut yang digunakan, habitat tempat tumbuh rumput laut, musim, cara budidaya, umur panen, dan juga metode
ekstraksi yang digunakan Suryaningrum, 1989.
Gambar 15. Kontur Respon Permukaan hasil uji respon kekuatan gel tepung agar
Gambar 16. Respon Permukaan kekuatan gel tepung agar
4.3.3. Analisis Kombinasi Faktor pada Respon Kadar Air