Analisis Kombinasi Faktor pada Respon Kadar Abu

28 mikroba semakin kecil. Menurut Taib et al. 1988, faktor-faktor yang mempengaruhi pada pengeringan secara mekanik dalam penelitian ini diantaranya adalah suhu, kelembaban udara, dan aliran udara yang dapat mempengaruhi proses pengeringan yang berlangsung. Faktor-faktor tersebut diduga sebagai penyebab terjadinya perbedaan kadar air pada tepung agar. Gambar 17. Kontur Respon Permukaan hasil uji respon kadar air tepung agar Gambar 18. Respon Permukaan kadar air tepung agar

4.3.4. Analisis Kombinasi Faktor pada Respon Kadar Abu

Zat anorganik atau abu banyak mengandung unsur mineral diantaranya natrium, khlor, kalsium, fosfor, magnesium, belerang, dan sebagainya. Dalam proses pembakarannya, bahan organik terbakar tetapi zat anorganik tidak terbakar itulah yang disebut abu. Menurut Abdullah 2004, kadar 29 abu yang terkandung dalam suatu produk menunjukkan tingkat kemurnian produk tersebut. Tingkat kemurnian dipengaruhi oleh komposisi dan kandungan mineral. Berdasarkan hasil pengujian kadar abu, rentang nilai dari respon yang didapatkan berkisar dari 2,36 sampai 5,35, sehingga desain model yang terpilih yang direkomendasikan oleh program Design Expert DX7.0.0 pada respon ini adalah model reduced quadratic. Nilai rata-rata mean dari respon kadar abu adalah 4,06 dengan standar deviasi 0,51. Hasil analisis ragam kadar abu tepung agar dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil analisis ragam ANOVA menunjukkan bahwa model yang dihasilkan signifikan dengan nilai p-valu e “Prob F” lebih kecil dari 0,05 0,0195 dan untuk uji lack of fit diperoleh p- value “Prob F” = 0,0290 atau lebih kecil dari α = 0,05 berarti ada lack of fit significant. Nilai lack of fit yang signifikan tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya kesesuaian data respon kadar abu dengan model. Dikarenakan nilai lack of fit yang signifikan sedangkan nilai dari model signifikan, sehingga diperlukan juga analisis pada nilai R 2 . Dalam hubungannya dengan korelasi, dapat dikatakan bahwa R 2 merupakan kuadrat korelasi antara variabel yang digunakan sebagai predictor X dan variabel yang memberikan response Y. Nilai R 2 untuk model respon kadar abu sebesar 0,8135 mempunyai arti bahwa sebesar 81,35 variasi dari variabel respon Y dapat diterangkan dengan variabel bebas X sedangkan sisanya 18,65 dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diketahui, sehingga model ini masih layak digunakan untuk analisa lebih lanjut. Menurut Asro 2009, R 2 0,8 menunjukan varian model bagus. Tetapi berdasarkan nilai R 2 prediksi yang berikan oleh program dx7 terhadap model adalah sebesar 0,1798, terdapat rentang yang cukup jauh apabila dibandingkan dengan nilai R 2 model, sehingga berdasarkan rekomendasi dari program dx7 diperlukan adanya reduksi secara manual. Model direduksi secara manual dengan cara menghilangkan beberapa komponen, tetapi setelah direduksi mengakibatkan penurunan nilai R 2 dan nilai R 2 prediksi. Oleh karenanya, tidak ada model yang direduksi untuk meminimalkan tingkat kesenjangan antar hubungan variabel. Persamaan polinomial untuk respon kadar abu adalah sebagai berikut : Kadar Abu = - 53.30684 - 7.65856 X 1 – 12.00185 X 2 + 1.45904 X 3 + 2.17750 X 1 X 2 + 0.099750 X 1 X 3 + 0.14725 X 2 X 3 – 1.47779 X 1 2 – 1.44951 X 2 2 – 9.26249E-003 X 3 2 Keterangan : X 1 = Konsentrasi asam asetat X 2 = Waktu perendaman X 3 = Suhu ekstraksi Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai kadar abu akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu ekstraksi, interaksi konsentrasi asam asetat-waktu perendaman, interaksi konsentrasi asam asetat-suhu ekstraksi dan interaksi waktu perendaman-suhu ekstraksi hal tersebut ditunjukkan dengan konstanta yang bernilai positif. Nilai kadar air akan mengalami penurunan dengan meningkatnya konsentrasi asam asetat, waktu perendaman, serta kuadrat dari konsentrasi asam asetat, waktu perendaman, dan suhu ekstraksi ditandai dengan konstanta yang bernilai negatif. Grafik kontur permukaaan pada Gambar 19 menggambarkan hubungan antara variabel suhu ekstraksi, variabel konsentrasi asam asetat, dan variabel waktu perendaman dalam bentuk dua dimensi, sedangkan pada Gambar 20 merupakan Respon Permukaan yang disajikan dalam bentuk tiga dimensi. Perbedaan warna yang terdapat pada grafik, menunjukkan nilai respon kadar abu. Warna biru menunjukkan nilai respon kadar abu terendah yaitu 2,36, sampai warna merah yang menunjukkan nilai respon kadar abu tertinggi yaitu 5,35 tetapi karena nilai respon kadar abu terendah hanya terdapat beberapa nilai maka warna biru tidak begitu terlihat dari grafik. 30 Nilai dari respon kadar abu yang didapatkan berkisar dari 2,36 sampai 5,35. Terdapat beberapa nilai kadar abu yang sesuai dengan syarat mutu yang diijinkan oleh SII, yaitu maksimal 4 tetapi beberapa juga ada yang melebihi standar maksimum dari syarat mutu. Menurut Irawati 1994, kadar abu tidak dipengaruhi oleh lama waktu ekstraksi dan jumlah air pengekstrak yang digunakan, tetapi sepenuhnya tergantung dari komposisi bahan baku awal, cara pencucian dan proses pengolahan. Pada proses pemucatan agar-agar ditambahkan sejumlah natrium bisulfit, sehingga diduga terdapat garam yang terbentuk dan meningkatkan kadar abu produk. Selain itu, cukup tingginya kadar abu yang melebihi standar SII, diduga juga dari tingginya mineral bahan baku yang dilihat dari sangat tingginya kadar abu rumput laut kering yaitu sebesar 12,48, dan terbawa pada proses ekstraksi sebagai akibat dari proses pencucian yang kurang bersih. Gambar 19. Kontur Respon Permukaan hasil uji respon kadar abu tepung agar Gambar 20. Respon Permukaan kadar abu tepung agar 31

4.3.5. Optimasi Respon Permukaan