13
III. METODOLOGI
3.1. Bahan dan Alat
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut jenis Gracilaria verrucosa hasil  budidaya  di  Desa  Langensari,  Subang.  Bahan  kimia  yang  digunakan  berupa  asam  asetat  teknis
CH
3
COOH  dengan  konsentrasi  0,5,  1,  dan  1,5, CaO  0,5,  natrium  bisulfit,  dan  aquades.
Peralatan  yang  digunakan  dalam  penelitian  antara  lain  baskom,  pengaduk,  gelas  piala  2L,  panci stainless steel, termometer, pipet volumetrik, kompor, hydraulic press, kain penyaring, disk mill, dan
freezer. Peralatan lainnya  yang digunakan untuk analisa kandungan  kimia bahan baku adalah cawan porselin, oven, tanur serta alat-alat gelas seperti erlenmeyer, gelas piala, labu takar, gelas ukur, pipet,
dan  buret.  Dan  alat-alat  yang  digunakan  untuk  analisa  tepung  agar  diantaranya  adalah    pH  meter, timbangan,  termometer,  texture  analyzer  model  TA-XT2i,  dan  penangas  air.  Beberapa  alat  dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4. Alat texture analyzer model TA-XT2i dan hydraulic press atas dan alat disk mill bawah
3.2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menjadi empat tahap, yaitu 1 Penelitian pendahuluan diantaranya karakterisasi komposisi kimia bahan baku dan penentuan  konsentrasi  natrium bisulfit, 2 rancangan
kombinasi dan respon, 3 Penentuan faktor Respon Permukaan yang berpengaruh terhadap rendemen
14 dan mutu tepung agar, dan 4 Validasi kondisi optimum. Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat
pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram alir tahapan penelitian
3.2.1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian  pendahuluan  bertujuan  untuk  menganalisis  komposisi  kimia  bahan  baku,  serta mencari  konsentrasi  natrium  bisulfit  yang  tepat  untuk  digunakan  dalam  penelitian  utama.  Analisis
proksimat  dari  bahan  baku  meliputi  analisa  kadar  air,  kadar  abu,  kadar  protein,  kadar  lemak,  kadar karbohidrat  by  differences,  dan  kadar  serat  kasar.  Prosedur  analisis  proksimat  ini  disajikan  pada
Lampiran 1. Bahan pemucat yang digunakan adalah natrium bisulfit NaHSO
3
dengan tingkat konsentrasi 0,01 ; 0,02 ; 0,03 ; 0,04 ; 0,05  dan tanpa penambahan natrium bisulfit kontrol.  Pemucatan
dilakukan setelah ekstraksi rumput laut dan pengamatan dilakukan secara visual terhadap warna agar setelah dilakukan pengeringan. Selain itu diukur pula kadar air, kadar abu, pH, dan kekuatan gel dari
agar untuk membandingkan dengan mutu dari standar yang sudah ditetapkan untuk agar-agar. Bobot tiap  sampel  sebesar  100  gram  rumput  laut  kering  dengan  konsentrasi    CH
3
COOH  1  dan  lama perendaman satu jam. Suhu dan waktu yang digunakan saat ekstraksi rumput laut adalah 90
o
C dan 30 menit.  Pemilihan suhu dan waktu ekstraksi pada penelitian pendahuluan berdasarkan titik pusat untuk
penelitian utama.
3.2.2. Rancangan Kombinasi Faktor dan Respon
Tahapan berikutnya  yang dilakukan adalah penentuan rancangan  kombinasi dari faktor-faktor terpilih  dan  menentukan  respon  yang  akan  dianalisis.  Penentuan  dari  nilai  variabel-variabel  yang
diteliti  adalah  faktor  yang  diduga  berpengaruh  terhadap  rendemen  dan  kekuatan  gel  dari  agar-agar. Faktor-faktor  tersebut  diantaranya  yaitu  pengaruh  penambahan  konsentrasi  CH
3
COOH,  suhu ekstraksi, dan waktu perendaman asam asetat, sedangkan untuk variabel respon yang akan dianalisis
adalah rendemen, kekuatan gel, kadar air dan kadar abu. Hubungan  antara  kode  taraf  dan  nilai  taraf  dari  faktor  dapat  dilihat  pada  Tabel  5.  Sedangkan
untuk rancangan kombinasi dari faktor-faktor disajikan pada Tabel 6. Rancangan pada percobaan orde kedua  ini  terdiri  dari  faktorial  2
3
ditambah  dengan  6  center  point  dan  6  axial  point,  sehingga  total pengamatan yang dilakukan berjumlah 20 pengamatan, dengan nilai α = 1,682.
Mulai Penelitian Pendahuluan
Rancangan Kombinasi dan Respon Analisis Kombinasi Faktor dan Optimasi Respon Permukaan
Validasi Kondisi Optimum Selesai
15 Pada  penerapannya  proses  ekstraksi  rumput  laut  dilakukan  mengikuti  rancangan  dari
kombinasi  variabel  yang  didapatkan  dari  rancangan  faktorial.  Program  yang  digunakan  untuk mendapatkan  kombinasi  dari  hubungan  variabel  dengan  taraf  adalah  program  Design  Expert  7.0.0
DX 7.0.0. Tahapan proses ekstraksi rumput laut disajikan pada skema proses pengolahan agar-agar yang  disajikan  pada  Lampiran  2.  Metode  ekstraksi  yang  digunakan  pada  penelitian  merupakan
modifikasi dari metode Armeidy 1992 dan Istini et al. 1986. Tabel 5. Taraf dari beberapa faktor
Faktor Kode
Taraf -1,682
-1 1
1,682
Konsentrasi asam asetat X
1
0,16 0,5
1 1,5
1,84 Waktu perendaman jam
X
2
0,16 0,5
1 1,5
1,84 Suhu ekstraksi
o
C X
3
81,59 85
90 95
98,41 Tabel 6. Rancangan percobaan pada optimasi rendemen dan mutu agar-agar
Run
X
1
X
2
jam X
3
o
C Y
1 -1
-1 -1
Y
1
2 1
-1 -1
Y
2
3 -1
1 -1
Y
3
4 1
1 -1
Y
4
5 -1
-1 1
Y
5
6 1
-1 1
Y
6
7 -1
1 1
Y
7
8 1
1 1
Y
8
9 -1,682
Y
9
10 1,682
Y
10
11 -1,682
Y
11
12 1,682
Y
12
13 -1,682
Y
13
14 1,682
Y
14
15 Y
15
16 Y
16
17 Y
17
18 Y
18
19 Y
19
20 Y
20
3.2.3. Analisis Kombinasi Faktor dan Optimasi Respon Permukaan
Pengolahan data dilakukan dengan  Design-Expert DX 7 prosedurnya adalah sebagai berikut: 1.
Data  yang  dimasukkan  pada  rancangan  komposit  terpusat  CCD  yaitu  3  faktor  diantaranya adalah  faktor konsentrasi asam asetat  X
1
, faktor waktu perendaman X
2
, dan suhu ekstraksi X
3
pengulangan  pada  data  adalah  6  pengulangan  pada  titik  tengah,  respon  pada  rancangan komposit  terpusat  terdiri  dari  4  respon,  yaitu  adalah  respon  rendemen,  kekuatan  gel,  kadar  air
dan kadar abu. 2.
Pendugaan  awal  pada  data  dilakukan  dengan  melihat  bagian  fit  summary  untuk  menentukan model persamaan yang disarankan suggested oleh program.
16 3.
Selanjutnya dilakukan analisis sidik ragam ANOVA dengan model yang sudah terpilih. Model berpengaruh  nyata  jika  nilai  p-value  kurang  dari  0,05  peluang  kesalahan  kurang  dari  5,
sedangkan model bersifat tidak berpengaruh nyata jika nilainya lebih dari 0,1 peluang kesalahan lebih dari 10. Selain model, dianalisis juga nilai p-value
“Prob  F” pada lack of fit 4.
Kemudian  dilakukan  analisis  pada  R
2
untuk  mengetahui  kuadrat  korelasi  antara  variabel  yang digunakan  sebagai  predictor  X  dan  variabel  yang  memberikan  response  Y,  R
2
0,8 menunjukan varian model bagus.
5. Setelah  didapatkan  model  yang  dianggap  paling  sesuai  akan  ditampilkan  di  dalam  sebuah
contour plot grafik dua dimensi atau grafik tiga dimensi. 6.
Langkah berikutnya pengoptimalan ditentukan kriteria yang meliputi variabel dan setiap respon yang  mempengaruhi.  Pada  tahap  ini  ditentukan  goal  yang  ingin  dicapai,  batasan  dari  goal,  dan
bobot kepentingan. 7.
Langkah terakhir adalah  program  Design-Expert 7 akan  menampilkan beberapa solusi optimal dengan nilai desirability yang berbeda. Solusi optimal yang memiliki nilai desirability mendekati
1 cenderung dipilih sebagai solusi terbaik.
3.2.4. Validasi Kondisi Optimum
Tahap terakhir adalah validasi kondisi optimal pada respon rendemen, kekuatan gel, kadar air dan kadar abu yang telah diprediksi oleh program Design Expert 7.0.0. Tahap validasi bertujuan untuk
membuktikan nilai respon dari solusi kombinasi faktor yang direkomendasikan. Setelah dilakukannya tahap  pengujian  validasi,  hasil  nilai  respon  aktual  yang  didapatkan  pada  tahap  tersebut  kemudian
dibandingkan dengan nilai respon prediksi yang dihasilkan oleh program Design Expert 7.0.0.
3.3. Prosedur Penelitian
Bahan baku rumput laut dikarakterisasi komposisi kimianya seperti kadar air, kadar abu, kadar protein,  kadar  lemak,  kadar  serat  kasar  dan  kadar  karbohidrat  by  difference.  Tahapan  penelitian
selanjutnya  adalah  ekstraksi  rumput  laut  hingga  diperoleh  filtrat  agar-agar.  Rumput  laut  Gracilaria verrucosa  terlebih  dahulu  disortasi,  setelah  itu  rumput  laut  terpilih  ditimbang  sebanyak  100  gram.
Selanjutnya  dilakukan  proses  pencucian  dengan  air  mengalir  sampai  rumput  laut  bebas  dari  kotoran dan  kerang-kerang.  Kemudian  rumput  laut  direndam  dengan  larutan  CaO  0,5  selama  lima  menit,
setelah  itu  kembali  dicuci  dengan  air  mengalir,  dan  dilanjutkan  dengan  proses  perendaman  dengan larutan  asam  asetat  CH
3
COOH  dengan  tiga  perlakuan  konsentrasi,  sedangkan  untuk  waktu perendaman  disesuaikan  dengan  tiga  perlakuan  waktu.  Setelah  proses  perendaman  dengan  larutan
asam,  selanjutnya  dilakukan  proses  pencucian  dengan  air  mengalir  hingga  pH  netral.  Rumput  laut yang sudah netral selanjutnya diekstrak dengan menggunakan air destilata. Perbandingan rumput laut
dengan  air  destilata  adalah  1:20.  Ekstraksi  dilakukan  pada  suhu  85-95
o
C  selama  45  menit.  Proses penyaringan  dilakukan  dengan  menggunakan  alat  pompa  hidrolik  hydraulic  press  tanpa
menggunakan  panas.  Filtrat  yang  diperoleh  selanjutnya  dipucatkan  dengan  menggunakan  natrium bisulfit yang berkisar antara 0,1- 0,5  dan kemudian dilakukan gelifikasi sampai menjadi agar-agar.
Setelah  itu  dilakukan  pembekuan  pada  suhu  -20
o
C  selama  24  jam.  Setelah  24  jam,  agar-agar  yang sudah  menjadi  es  didiamkan  pada  suhu  ruang  sampai  semua  es  mencair.  Agar  beku  yang  telah
mencair kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu 50
o
C selama kurang lebih 24 jam. Lembaran agar yang  telah  kering  kemudian  dikecilkan  ukurannya  dengan  menggunakan  alat  disk  mill  sehingga
menjadi tepung agar. Selanjutnya tepung agar dianalisis rendemen, kekuatan gel, kadar air, dan kadar abu. Skema proses proses ekstraksi dapat dilihat pada Lampiran 2.
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Penelitian Pendahuluan
4.1.1. Analisa Komposisi Kimia Rumput Laut Gracilaria verrucosa
Analisa  komposisi  kimia  rumput  laut  bertujuan  untuk  mengetahui  kondisi  awal  dari  rumput laut jenis Gracilaria verrucosa yang dibudidayakan di Desa Langensari, Subang, Jawa Barat dengan
salinitas air 6 ppm dan umur rumput laut 1,5 bulan. Analisa komposisi kimia yang dilakukan terhadap bahan  baku  meliputi  analisa  kadar  air,  kadar  abu,  kadar  protein,  kadar  lemak,  kadar  serat  kasar  dan
kadar karbohidrat by difference. Hasil analisa komposisi kimia dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7.Hasil analisa komposisi rumput laut Gracilaria verrucosa
Komponen Jumlah
Kadar Air  bb 10,75
Kadar Protein  bb 9,63
Kadar Karbohidrat by difference  bb 58,46
Kadar Lemak  bb 0,40
Kadar Serat Kasar  bb 8,28
Kadar Abu  bb 12,48
Terdapat perbedaan antara hasil analisa komposisi  kimia  yang dilakukan dengan  hasil analisa komposisi kimia pada rumput laut Gracilaria sp yang dilakukan oleh Soegiarto 1978 yang disajikan
pada Tabel 1. Kadar air rumput laut Gracilaria verrucosa hasil budidaya Subang ini memiliki tingkat kekeringan  yang  cukup  tinggi  dibandingkan  dengan  literatur.  Tingginya  kadar  air  juga  dapat
menentukan mutu dari agar-agar yang nantinya dihasilkan, karena dengan kandungan air yang tinggi kapang dapat tumbuh apabila rumput laut tersebut disimpan dalam jangka waktu tertentu.
Kadar  abu  berasal  dari  garam-garam  air  laut  yang  berdifusi  ke  dalam  jaringan  rumput  laut. Kadar  abu  yang  tinggi  pada  hasil  analisa  dapat  disebabkan  oleh  faktor  lingkungan,  salah  satunya
adalah musim dan kadar garam. Tingginya kadar abu hasil analisis sebesar  12,48, disebabkan oleh besarnya penguapan, pergerakan air laut dan sirkulasi air tawar di perairan tersebut. Rumput laut yang
dianalisis saat itu diambil pada musim kemarau dimana penguapan air laut sangat tinggi menyebabkan kadar garam juga meningkat.
Menurut  Kadi  dan  Atmadja  1988  kualitas  rumput  laut  dipengaruhi  cahaya,  suhu,  pH,  dan unsur  hara.  Cahaya,  suhu,  pH,  dan  unsur  hara  akan  berpengaruh  terhadap  fotosintesa.  Fotosintesa
merupakan proses perubahan zat anorganik menjadi zat organik, sehingga secara tidak langsung akan menentukan  kandungan  protein,  lemak,  serat  kasar,  dan  karbohidrat  rumput  laut.  Komponen  dari
karbohidrat  pada  rumput  laut  juga  memiliki  kadar  yang  cukup  tinggi,  karena  karbohidrat  sebagian besar terdiri dari agar-agar dan serat kasar yang merupakan selulosa. Rumput laut merupakan tanaman
primitif  yang  mengandung  selulosa  sebagai  jaringan  pendukung.  Karbohidrat  yang  terkandung  pada bahan  baku  salah  satu  unit  polisakarida  penyusun  agar-agar  sebagai  senyawa  utama  yang
dimanfaatkan pada penelitian ini.
4.1.2. Penentuan Konsentrasi Bahan Pemucat
Bahan pemucat yang dipilih pada penelitian ini adalah natrium bisulfit NaHSO
3
. Matsuhashi 1977  mengemukakan  bahwa  bahan  pemucat  seperti  kalsium  hipoklorit  atau  sodium  bisulfit  dapat
menghasilkan  produk  dengan  warna  yang  lebih  terang.  Tujuan  dilakukannya  pemucatan  adalah  agar