26 perhatian  penting  dalam  proses  termal  karena  apabila  titik  terdingin  telah  mendapat  pemanasan
yang  cukup,  dalam  hal  ini  mencapai  suhu  target  yaitu  95 203 ,  maka  titik-titik  lainnya
dianggap sudah mendapatkan panas yang mencukupi pula. Suhu  yang  digunakan  adalah  95°C  yang  merupakan  suhu  tertinggi  dari  tiga  suhu  yang
akan  digunakan  dalam  proses  termal.  Distribusi  panas  menggunakan  termokopel  yang  dipasang pada  9  titik  di  dalam  blancher.  Hasil  uji  distribusi  dapat  dilihat  pada  Gambar  13  yang
menunjukkan  hubungan  waktu  pemanasan  dan  suhu,  sedangkan  hasil  lengkapnya  dapat  dilihat pada Lampiran 3. Titik pada blancher yang paling lambat dalam mencapai suhu target adalah titik
dengan  termokopel  dengan  nomor  10  karena  perambatan  panas  paling  lambat  dibandingkan dengan  yang  lain.  Titik  blancher  dengan  suhu  terendah  selama  distribusi  dijadikan  sebagai  titik
pada blancher untuk meletakkan sampel gel cincau hijau dalam kemasan.
Gambar 13. Grafik hasil distribusi panas Waktu  yang  dibutuhkan  untuk  mencapai  suhu  target  95°C  adalah  6  menit.  Selama
pemanasan tersebut, homogenitas titik-titik dalam blancher sudah terlihat yang dibuktikan dengan berhimpitnya garis-garis satu sama lain yang menunjukkan keseragaman suhu yang terbaca oleh
termorekorder.  Ketika  ke-41  dummy  dimasukkan  ke  dalam  medium  tersebut  terjadi  penurunan suhu medium yang cukup tajam. Hal ini wajar karena terjadi keseimbangan termal antara medium
air  yang  digunakan  dan  dummy.  Pencapaian  suhu  target  bisa  dengan  cepat  dinaikkan  dengan mengalirkan  uap  panas  dari  boiler.  Pencapaian  suhu  target  medium  setelah  pemasukan
sampel+dummy membutuhkan waktu sebanyak 4 menit, artinya sampel gel cincau hijau ditahan selama  4  menit  untuk  mengantisipasi  terjadinya  penurunan  suhu  target  setelah  pemasukan
sampel+dummy.  Suhu  medium  sempat  melebihi  suhu  target,  yaitu  mendekati  99°C  yang disebabkan oleh pembukaan katup uap panas yang terlalu lama.
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 70.0
80.0 90.0
100.0
2 4
6 8
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 Su
hu M
edium da
la m
B la
ncher °C
Waktu Pemanasan menit Tc1
Tc2 Tc4
Tc5 Tc6
Tc7 Tc8
Tc9 Tc10
27
2.
Uji Penetrasi Panas
Sampel cincau hijau berada pada titik blancher dengan nomor termokopel 7, 9, dan 10. Posisi-posisi tersebut berada di kanan atas dan  kanan bawah  yang dapat dilihat pada Gambar 6.
Posisi-posisi  tersebut  letaknya  jauh  dari  sumber  uap  berdasarkan  hasil  uji  distribusi  panas sehingga  selama  distribusi  suhu  pada  ketiga  tersebut  sedikit  lebih  rendah  suhunya  dibanding
keenam posisi  yang lain. Uji penetrasi panas  menggunakan tiga suhu  medium air  yang berbeda, yaitu  suhu  75°C,  85°C,  dan  95°C  dengan  bakteri  target  S.  aureus  yang  mempunyai  nilai  D
sebesar 0.9 menit pada suhu 60°C dan nilai  Z sebesar  9.5°C Toledo 2007. Uji penetrasi panas mengukur  kecukupan  pasteurisasi  pada  3  sampel  gel  cincau  hijau  dan  38  cup  berupa  dummy.
Sensor  suhu  pada  cup  terletak  di  tengah  cup  atau  setengah  dari  tinggi  cup  yang  diduga  sebagai tempat yang paling lambat menerima panas. Menurut Winarno 2006 dan Hariyadi et al. 2006,
titik  dalam  kemasan  yang  paling  lambat  menerima  panas  untuk  produk  berbentuk  padat  berada pada  bagian  tengah  produk.  Suhu  tersebut  akan  direkam  dengan  thermorecorder  dan  dicatat
kemudian  dihitung  nilai  F
85 9.5
yang  dapat  dilihat  contohnya  pada  Lampiran  4,  5,  dan  6 menggunakan metode umum.
Metode umum adalah metode yang paling teliti dalam perhitungan letalitas proses termal karena  menggunakan  data  suhu  dan  waktu  pemanasan  dari  hasil  uji  penetrasi  termal  tanpa
menggunakan asumsi-asumsi Muchtadi 2008. Nilai letalitas proses yang dihitung setiap selang waktu adalah nilai Fo parsial yang akumulasinya merupakan nilai Fo proses termal tersebut. Nilai
Fo  adalah  ekuivalen  letalitas  proses  termal  dengan  waktu  pemanasan  pada  suhu  referensi Subarna et al. 2009. Suhu referensi pada penelitian ini adalah 85°C karena proses termal yang
dilakukan adalah pasteurisasi.
Gambar 14. Grafik hasil penetrasi tiga suhu pasteurisasi 0.0
10.0 20.0
30.0 40.0
50.0 60.0
70.0 80.0
90.0 100.0
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 120
Su hu
°C
Waktu Pemanasan menit Tc7
Tc9 Tc10
Medium Medium
Tc7 Tc9
Tc10 Medium
Tc7 Tc9
Tc10 75°C
95°C 85°C
95°C
75°C 85°C
28 Hasil penetrasi panas dapat dilihat pada Gambar 14. Setelah sampai suhu medium target,
suhu sampel dipertahankan selama 5 menit kemudian dilakukan cooling. Pencapaian suhu sampel gel  cincau  hijau  untuk  ketiga  suhu  pasteurisasi  cukup  homogen.  Sampel  gel  cincau  hijau  yang
cepat  mencapai  suhu  medium  maka  akan  cepat  juga  mengalami  proses  cooling.  Selain  itu, tergambarkan  adanya  perbedaan  waktu  pemanasan  dalam  pencapaian  suhu  sampel  target  dari
ketiga  suhu  pasteurisasi  karena  sampel  gel  cincau  hijau  yang  digunakan  untuk  masing-masing suhu berbeda suhu awalnya berdasarkan data yang diperoleh. Suhu awal sampel gel cincau hijau
awal perlu diperhatikan karena mempengaruhi penentuan lama pasteurisasi. Semakin rendah suhu sampel awal maka proses penetrasi pemanasan dan cooling akan semakin lama waktunya, dan
sebaliknya. Suhu  medium langsung turun secara tajam sesaat setelah terjadi  cooling. Sedangkan sampel  gel  cincau  hijau  berbeda-beda  kecepatan  penurunan  suhunya.  Suhu  saat  cooling  tidak
homogen.  Kurang  homogennya  proses  cooling  ini  dapat  disebabkan  oleh  posisi  selang  air  yang dialirkan untuk mempercepat cooling. Tempat yang dekat dengan sumber aliran air tersebut akan
lebih cepat turun suhunya.
Hasil  pengukuran  suhu  oleh  thermorecorder  dapat  dilihat  pada  Lampiran  4,  5,  dan  6 yang  mewakili  hasil  dari  setiap  suhu  pasteurisasi.  Pengolahan  data  untuk  menentukan  waktu
pasteurisasi yang mampu mereduksi mikroba sebanyak 6D menggunakan  Microsoft Excel 2007. Data tersebut menghasilkan kurva hubungan lama pemanasan dengan nilai F
85 9.5
kumulatif nilai letalitas. Nilai F
85 9.5
untuk suhu referens pasteurisasi adalah 0.0126 menit.  Kombinasi  suhu dan waktu  pasteurisasi  yang  diperoleh  dari  penetrasi  panas  untuk  mencapai  F
85 9.5
dapat  dilihat  pada Tabel 5.
Tabel 5. Kombinasi suhu dan waktu pasteurisasi untuk mencapai F
85
Suhu °C t
pasteurisasi
untuk mencapai F
85 9.5
= 0.0126 menit 75
36 85
25 95
22 Hubungan  lama  pasteurisasi  suhu  75°C  dapat  dilihat  pada  Gambar  15.  Karena
perbandingan  nilai  letalitas  yang  setara  dengan  nilai  F
85
sangat  kecil,  dibutuhkan  kurva  bantuan dengan memperbesar  Gambar 16 agar dapat melihat waktu pasteurisasi yang dibutuhkan. Kurva
bantuan  suhu  pasteurisasi  75°C  dapat  dilihat  pada  Gambar  16.  Nilai  F
85 9.5
adalah  0.0126  menit. Waktu pasteurisasi untuk mencapai nilai F
85 9.5
kumulatif pada suhu 75°C memiliki rentang 32-36 menit. Kombinasi waktu untuk suhu 75°C adalah 36 menit waktu terlama untuk mencapai F
85 9.5
. Waktu yang dipilih adalah waktu  terlama atau waktu yang paling lambat menerima panas untuk
menjamin penerimaan panas yang setara di semua bagian produk.
Gambar 15. Hubungan lama pemanasan 75°C dan F
85 9.5
kumulatif 1
2 3
4 5
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160
Nila i F
85 9.5
K um
ula tif
m enit
Waktu Pemanasan
Tc7 Tc9
Tc10
29 Gambar 16. Perbesaran gambar 15
Hasil uji penetrasi panas gel cincau hijau suhu 85°C 185°F dapat dilihat pada  Gambar 17 dan perbesarannya pada Gambar 18. Waktu pasteurisasi yang dibutuhkan untuk mencapai nilai
F
85 9.5
kumulatif  pada  suhu  85°C  memiliki  rentang  23-25  menit.  Kombinasi  waktu  untuk  suhu 85°C adalah 25 menit untuk mencapai F
85 9.5
.
Gambar 17. Kurva hubungan lama pemanasan 85°C dan nilai F
85 9.5
Gambar 18. Perbesaran gambar 17 0.0000
0.0126 0.0252
0.0378
0 2 4 6 8 101214161820222426283032343638 N
il a
i F
85 9.5
K um
ula tif
m e
nit
Lama pemanasan menit
Tc7 Tc9
Tc10
5 10
15 20
25 30
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100 110 120 130
Nila i F
85 9.5
K um
ula tif
m enit
Lama Pemanasan menit
Tc7 Tc9
Tc10
0.0000 0.0126
0.0252 0.0378
2 4
6 8
10 12 14 16 18 20 22 24 26
Nila i F
85 9.5
K um
ula tif
m enit
Lama Pemanasan menit
Tc7 Tc9
Tc10
30 Hasil uji penetrasi panas gel cincau hijau suhu 95°C 203°F dapat dilihat pada  Gambar
19 dan perbesarannya pada Gambar 20. Waktu pasteurisasi yang dibutuhkan untuk mencapai nilai F
85 9.5
kumulatif  pada  suhu  95°C  memiliki  rentang  20-22  menit.  Kombinasi  waktu  untuk  suhu 95°C adalah 22 menit untuk mencapai F
85 9.5
.
Gambar 19. Kurva hubungan lama pemanasan 95°C dan nilai F
85 9.5
Gambar 20. Perbesaran gambar 19 Tabel  5  sebelumnya  menunjukkan  kombinasi  suhu  dan  waktu  pasteurisasi  untuk
mencapai  F
85
.  Kombinasi  suhu  dan  waktu  yang  diperoleh  untuk  masing-masing  suhu  adalah 75°C  selama  36  menit,  85°C  selama  25  menit,  95°C  selama  22  menit.  Pemilihan  lama
pemanasan  diambil  waktu  yang  terlama  dari  rentang  waktu  ketiga  termokopel  karena  dengan waktu  pemanasan  yang  lebih  lama  maka  produk  akan  semakin  aman  dari  segi  mikrobiologi
nilai F sudah mencukupi. 50
100 150
200 250
300 350
400 450
500
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110
Nila i F
85 9.5
K um
ula tif
m enit
Lama Pemanasan menit
Tc7 Tc9
Tc10
0.0000 0.0126
0.0252 0.0378
0.0504 0.0630
0.0756 0.0882
2 4
6 8
10 12 14 16 18 20 22 24 26
Nila i F
85 9.5
K um
ula tif
m enit
Lama Pemanasan menit
Tc7 Tc9
Tc10
31
C. APLIKASI PROSES TERMAL