15
4. Aplikasi Proses Termal
Aplikasi  proses  termal  yaitu  pasteurisasi  produk  gel  cincau  dalam  kemasan  dilakukan dengan  tiga  kombinasi  waktu  dan  suhu  yang  diperoleh  dari  tahap  desain  proses  termal.  Produk
yang  diberi  perlakuan  pasteurisasi  dianalisis  secara  fisik  pH,  warna,  tekstur,  dan  sineresis  dan fungsional serat kasar, kadar antioksidan, total fenol, dan total klorofil pada hari ke-0 sebanyak
dua ulangan dan duplo. Selain itu, dilakukan juga uji efektivitas panas dalam  mereduksi bakteri target  S.  aureus  dengan  cara  challenge  test  artificial  inoculation  pada  produk  yang
dipasteurisasi pada suhu referensi 85°C. Sampel produk yang akan dianalisis berjumlah 3 yaitu 3  gel  cincau  terpasteurisasi.  Berdasarkan  dari  proses  termal  yang  dilakukan  akan  dipilih
kombinasi  suhu  dan  waktu  terbaik  pasteurisasi  yang  memberikan  efek  menurunkan  jumlah mikrobiologi bakteri target maksimal dengan meminimalisasi kerusakan fisik dan sifat fungsional
dari gel cincau hijau.
a. Analisis Fisik
Nilai pH Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan buffer pH 4.00 dan pH 7.00. Produk gel
cincau  hijau  merupakan  produk  semi  solid  sehingga  perlu  dilakukan  persiapan  bahan  sebelum pengukuran  pH  dilakukan.  Gel  cincau  hijau  dihomogenkan  dengan  cara  memotong-motong
menjadi bagian-bagian yang kecil, lalu dicincang atau digerus hingga halus. Kemudian, 25 gram gel  cincau  hijau  ditempatkan  pada  gelas  beker.  pH  gel  cincau  hijau  diukur  menggunakan  pH
meter yang telah terkalibrasi. Sineresis AOAC 1995
Sineresis  gel  diamati  dengan  menyimpan  gel  yang  terbentuk  pada  suhu  refrigerator 10
o
C selama hari ke-0, -1, -2, dan -3. Penyimpanan yang dilakukan dalam penelitian selama 3 hari di suhu refrigerator. Masing-masing gel diwadahi dengan cawan untuk menampung air yang
dibebaskan  dari  dalam  gel  selama  penyimpanan.  Sineresis  gel  dihitung  dengan  mengukur kehilangan berat selama penyimpanan lalu dibandingkan dengan berat awal gel.
Sineresis Gel = Keterangan:  A = Berat sampel sebelum penyimpanan gram
B = Berat sampel setelah penyimpanan gram Warna
Pengamatan  warna  gel  dilakukan  dengan  menggunakan  alat  Minolta  Chromameter  CR 200.  Alat  ini  bekerja  berdasarkan  pengukuran  pantulan  warna  yang  dihasilkan  oleh  permukaan
sampel.  Lampu  getar  yang  terdapat  di  dalam  alat  akan  memancarkan  sinar  xenon  dan menghasilkan  penyebaran  serta  penerangan  cahaya  yang  merata  di  permukaan  sampel.  Hasil
pengukuran chromameter akan dikonversikan ke dalam sistem Hunter dengan lambang L, a, dan b.  Nilai  L  menyatakan  parameter  kecerahan  yang  memiliki  nilai  0  hitam  sampai  100  putih.
Nilai  L  menunjukkan  cahaya  pantul  yang  menghasilkan  warna  akromatik  putih,  abu-abu,  dan hitam. Nilai a menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau, dengan nilai +a positif dari 0
16 sampai +100 untuk warna merah dan nilai -a negatif dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. Nilai
b menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning, dengan nilai +b positif dari 0 sampai +70 untuk warna biru dan nilai
–b negatif dari 0 sampai -70 untuk warna kuning. Tekstur Gel
Tekstur gel diukur dengan menggunakan alat Stevens LFRA Texture Analyser. Kondisi pengukuran yang digunakan sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Camus 2000. Jarak
antara  probe  dengan  gel  sebesar  65  mm,  diamater  probe  sebesar  0.5  inci  1.27  cm,  dan sensitivitas 100 mV, dan strength  60. Bentuk umum kurva yang diperoleh dari Stevens LFRA
Texture  Analyser  dapat  dilihat  pada  Gambar  9.  Parameter  yang  diamati  pada  pengukuran  ini adalah  kekuatan  pecah  gel,  titik  pecah  gel,  dan  rigiditas  gel.  Perhitungan  kekuatan  pecah,  titik
pecah, dan rigiditas gel menggunakan rumus Angalet 1986 serta Fry dan Hudson 1983 sebagai berikut:
Kekuatan pecah g cm
2
= =
Titik pecah = Penetrasi pecah
= AC Rigiditas g cm
=
Gambar 9. Bentuk umum kurva standar dari Stevens LFRA Texture Analyser Setyaningtyas 2000 b.
Challenge test
Penyegaran dan Pengawetan Kultur Dewi 2008 Stok kultur S. aureus yang digunakan merupakan stok kultur di laboratorium. Kultur  S.
aureus disegarkan setiap dua minggu pada media agar miring TSA. Penyegaran dilakukan dengan mengambil  satu  ose  kultur  dan  digores  pada  agar  miring  TSA  yang  baru,  kemudian  diinkubasi
pada  suhu  35°C  selama  24  jam.  Setelah  24  jam,  kemudian  kultur  dalam  agar  miring  disimpan dalam refrigerator.
17 Persiapan Inokulum Dewi 2008 yang dimodifikasi
Bakteri uji yang akan ditambahkan ke dalam produk dalam kondisi segar dimana bakteri belum  memasuki  fase  kematian  berumur  ±  24  jam.  Kultur  segar  dalam  agar  miring  TSA
sebanyak  1  ose  untuk  digoreskan  ke  atas  media  selektif  dalam  cawan,  yaitu  BPA  +  EYT. Kemudian  diinkubasi  selama  24  jam  dengan  suhu  35°C.  Setelah  proses  inkubasi  dilakukan,
dilakukan  transfer  koloni  ke  media  cair  BHIB.  Kemudian  diinkubasi  selama  18-20  jam  dengan suhu 35°C dan diperoleh kultur segar. Yang mengandung 10
9
-10
10
sel S. aureus. Inokulasi kultur S. aureus pada produk gel cincau hijau
Challenge test yang dilakukan produk gel cincau hijau dalam kemasan sebanyak 200 mL dengan proses  termal  konsep  6D.  Penambahan  1  kultur  S.  aureus  pada  akhir  fase  log  10
9
-10
10
CFUmL  ke  dalam  filtrat  cincau  hijau  yang  diharapkan  pada  produk  terdapat  10
7
-10
8
CFUmL dan memudahkan perhitungan setelah dilakukan plating.
c. Analisis Mikrobiologi