Lokasi dan Waktu Penelitian
pola perubahan penggunaan lahan berdasarkan kebijakan alokasi ruang tersebut serta membantu dalam menyusun aktivitas penurunan emisinya.
Secara umum dua kegiatan utama yang dilakukan untuk membangun unit perencanaan ini dalam teknis pembuatan unit perencanaan dilakukan dengan
spatial analysis dan rekonsiliasi atau menentukan kategori unit perencanaan tertentu jika terdapat konflik polygon dengan unit perencanaan yang berbeda.
Rekonsiliasi ini dilakukan dengan melakukan diskusi dengan parapihak yang ada di Kabupaten Merangin hingga mencapai kesepakatan.
3.4.2.b. Memperkirakan Laju Emisi CO
2
Akibat Perubahan Penggunaan Lahan Pendekatan Stock-Difference merupakan salah satu pendekatan yang
sudah banyak digunakan untuk memperkirakan emisi berbasis penggunaan lahan. Formulasi untuk memperkirakan laju emisi berdasarkan perubahan simpanan
karbon tersebut terdapat pada formula berikut IPCC, 2007b :
ΔC = C
t2
– C
t1
t
2
- t
1
Keterangan : ΔC
: Simpanan karbon pada skala bentang lahan ton Ctahun C
t1
: Simpanan karbon pada waktu t1 ton C C
t2
: Simpanan karbon pada waktu t2 ton C Dalam perhitungannya, jenis penggunaan lahan yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari delapan belas 18 kategori dan melebihi standar umum yang ditetapkan oleh IPCC. Perubahan simpanan karbon keseluruhan penggunaan
lahan yang meliputi Agriculture, Forestry and Other Land Use AFOLU diformulasikan sebagai berikut IPCC, 2007b :
ΔC AFOLU = ΔC FL + ΔC CL + ΔC GL + ΔC WL + ΔC SL + ΔC OL
Keterangan : ΔC
: Perubahan simpanan karbon AFOLU : Lahan Pertanian, Hutan dan Penggunaan lain
Agriculture, Forestry and Other Land Use FL
: Hutan Forest Land CL
: Lahan pertanian Cropland
GL : Padang rumput Grassland
WL : Lahan basahlembab Wetlands
SL : Permukiman Settlement
OL : Penggunaan lahan lain Other Land use
3.4.3. Penyusunan Tingkat Acuan Reference Level RL Reference Level merupakan ukuran yang menjadi acuan kejadian emisi di
suatu wilayah pada suatu segmen waktu tertentu. Penelitian ini menggunakan istilah penyusunan RL dikarenakan sudah mempertimbangkan adanya sekuestrasi
dalam skala bentang lahan. Hal ini dapat dipahami karena beberapa pihak sering menggunakan istilah reference emission level REL dikarenakan dalam
perhitungannya hanya menggunakan data emisi saja atau belum memperhatikan adanya sekuestrasi. Dua pendekatan yang banyak digunakan di beberapa negara
digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan historical dan forward looking. Pendekatan historical dilakukan dengan melakukan proyeksi
penggunaan lahan dimasa yang akan datang menggunakan laju perubahan di masa lalu sebagai base year, sedangkan pendekatan forward looking dilakukan
dengan memperkirakan emisi yang akan datang menggunakan rencana pembangunan yang dilakukan pada tiap unit perencanaan, dan berdasarkan
perubahan penggunaan lahan sebagai interpretasi parapihak terhadan pola ruang RTRW Kabupaten Merangin.
Proyeksi penggunaan lahan dengan pendekatan historis dilakukan dengan land change modeler menggunakan data tutupan lahan tahun 2005-2010 dengan
beberapa driver perubahan penggunaan lahan. Driver yang digunakan adalah ketinggian tempat, kelerengan, jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari
permukiman, jarak dari hutan, jarak dari Hutan Tanaman Industri HTI, dan jarak dari Hak Penguasaan Hutan HPH.
Dari beberapa penelitian sebelumnya, terdapat beberapa tools untuk menyusun RL seperti Forest Area Change Model, Geographical Modelling,
Global Timber Model, dan Land Use Carbon Sequestration Model. Penelitian ini menggunakan tools yang dikembangkan oleh World Agroforestry Centre ICRAF
yaitu REDD Abacus SP, merupakan suatu software yang dikembangkan