Daerah Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.3. Perkembangan Kepadatan Penduduk Tahun 2008 sd Tahun 2012 No Tahun Penduduk jiwa Luas km 2 Kepadatan jiwakm 2 Pertumbuhan Penduduk 1 2008 286.578 7.679 37 1,81 2 2009 292.013 7.679 38 1,90 3 2010 333.206 7.679 43 2,11 4 2011 341.563 7.679 44 2,51 5 2012 351.101 7.679 46 2,79 Sumber : BPS Kabupaten Merangin 2012 Tabel 4.3 di atas menunjukkan pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya kepadatan penduduk di Kabupaten Merangin. Pada tahun 2008 kepadatan penduduk di Kabupaten Merangin sebesar 37 Jiwakm 2 , kemudian pada tahun 2012 meningkat menjadi 46 Jiwakm 2 . Jika dibandingkan dengan luas Kabupaten Merangin yang mencapai 7.679 km 2 , penduduk Kabupaten Merangin masih terasa luas untuk lahan pertanian dan pemukiman, namun pertimbangan tersebut belum memperhatkan kondisi fisik wilayah dan fungsi masing-masing sub-bagaian wilayahnya serta merupakan cara mendapatkan angka kepadatan penduduk yang masih relatif kasar dan masih digunakan oleh BPS. Komposisi penduduk pada usia produktif atau lebih dari umur 15 tahun, berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini. Sebagaian besar penduduk masih menggantungkan sumber matapencahariannya dari sektor pertanian dan kehutanan sebagai ciri-ciri masyarakat pedesaan di Indonesia dan masih menggunakan lahan sebagai input sektor produksi yang cukup penting, dan terlihat juga untuk sektor tersebut penduduk laki-laki lebih dominan dibandingkan dengan penduduk perempuan yang lebih banyak bekerja pada empat sektor yang lain. Tabel. 4.4. Penduduk Usia Produktif Berdasarkan Lapangan Usaha. No Jenis Kegiatan Utama Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Pertanian, kehutanan 69. 770 28. 495 98. 265 2 Industri pengolahan 2. 096 2. 343 4 .439 3 Perdagangan, restoran, dan hotel 9 .345 10. 901 20. 246 4 Jasa kemasyarakatan, sosial 10 .156 10. 339 20. 495 5 Lainnya 10. 460 863 11. 323 Jumlah 101. 827 52. 941 154 768 Sumber : BPS 2012 Sekitar 63,5 penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Merangin bekerja di sektor pertanian dan kehutanan, sementara sisanya atau sekitat 36,5 bekerja pada sektor industri pengolahan, perdagangan, restoran, dan hotel, jasa kemasyarakat serta lainnya. Hal ini menunjukkan eratnya keterkaitan masyarakat di Kabupaten Merangin dengan kegiatan berbasis lahan melalui kegiatan pertanian, perkebunan dan kehutanan, sehingga diperlukan pertimbangan mendalam untuk menangani secara baik seluruh kegiatan berbasis lahan sehingga manfaat ekonomi dan lingkungan akan terjaga secara berkelanjutan. Sumber : BPS 2012 Gambar 4.2. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha 4.1.3. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting dalam pembangunan daerah dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Merangin. Gambaran mengenai pertumbuhan ekonomi yang umum dipakai dapat dilihat dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten Merangin yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik BPS. Dalam kurun waktu 5 lima tahun yakni tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 PDRB kabupaten Merangin terus mengalami peningkatan. Jika dilihat dari angka PDRB atas dasar harga konstan 2000, dari tahun 2008 sampai tahun 2012 rata-rata pertumbuhannya 7,34 persen pertahun. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Merangin berturut-turut, 5,99 persen di tahun 2008; 8,42 persen di tahun 2009; pada tahun 2010 sebesar 7,85 persen; pada tahun 2011 tumbuh sebesar 7,02 persen dan pada tahun 2012 tumbuh menjadi 7,40 persen. 98,265 4,439 20,246 20,495 11,323 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 Pertanian, kehutanan Industri pengolahan Perdagangan, restoran, dan hotel Jasa kemasyarakatan, sosial Lainnya Apabila dilihat dari komposisi laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Merangin menunjukkan adanya sumbangan PDRB yang didominasi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi. Sektor pertambangan juga menunjukkan laju pertumbuhan yang tinggi walaupun secara relatif dari tahun ketahun menunjukkan penurunan. Hal ini menunjukkan adanya fenomena yang berkebalikan antara ketergantungan penduduk pada sektor-sektor utama mata pencaharian dengan laju pertumbuhan PDRB, sebagai contoh tingginya ketergantungan masyarakat terhadap pertanian dan perkebunan tidak seiring dengan laju pertumbuhannya yang di bawah angka rata-rata laju PDRB. Tabel 4.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Merangin No Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan Perikanan 5,18 2,82 2,8 4,27 4,88 2. Pertambangan dan Penggalian 11,86 179,15 27,73 18,28 7,48 3. Industri Pengolahan 5,99 3,42 5,57 5,45 6,50 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 15,42 10 10,23 9,69 5,77 5. Bangunan 8,37 2,58 4,83 10,82 6,14 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,7 5,76 14,99 7,93 18,14 7. Angkutan dan Komunikasi 7,6 13,99 19,43 8,53 12,64 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9,13 11,44 10,12 9,18 3,26 9. Jasa-jasa 6,03 2,31 4,51 4,31 0,34 PDRB 5,99 8,42 7,85 7,02 7,40 Sumber Data : BPS Kabupaten Merangin 2012 Bila dilihat dari sektor-sektornya, pada tahun 2012 beberapa sektor mengalami pertumbuhan positif. Pada sektor pertambangan dan penggalian pertumbuhannya yaitu sebesar 7,48 persen. Pertumbuhan sektor lainnya yaitu sektor pertanian sebesar 4,88 persen, sektor industri pengolahan sebesar 6,50 persen; sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 5,77 persen, sektor bangunan tumbuh sebesar 6,14 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18,14 persen; sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 12,64 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 3,26 persen, serta sektor jasa- jasa tumbuh sebesar 0,34 persen. Alat ukur lain dalam menilai pertumbuhan ekonomi daerah adalah Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB per kapita dan pendapatan per Kapita . Pendapatan regional perkapita merupakan PDRB setelah dikurangi penyusutan dan pajak tidak langsung neto dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, atau sama dengan Pendapatan Domestik Regional Netto PDRN atas dasar biaya faktor produksi dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun, sehingga pendapatan regional per kapita mencerminkan pendapatan penduduk Kabupaten Merangin pada suatu kurun waktu dan nilainya berkaitan erat dengan PDRB dari tahun ke tahun. Pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan peningkatan kurun waktu 5 lima tahun, yakni pada tahun pada tahun 2008 sebesar Rp. 7.115.065,00, tahun 2009 sebesar Rp. 8.487.896,00, tahun 2010 sebesar Rp. 8.787.004,27,00, dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 10.211.300, kemudian pada tahun 2012 menjadi sebesar Rp. 11.916.490,81,00 atau naik sebesar 14,30 persen dari tahun sebelumnya. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku, dalam kurun waktu 5 lima tahun terakhir selalu mengalami kenaikan, tahun 2008 sebesar Rp.7.895.102,00, tahun 2009 sebesar Rp.9.418.438,00, pada tahun 2010 sebesar Rp. 9.751.685,00, pada tahun 2011 sebesar Rp. 11.296.617,00 dan pada tahun 2012 menjadi sebesar Rp. 11.592.767,75,00. Sebagai salah satu alat ukur pertumbuhan ekonomi wilayah, peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB per-kapita dan pendapatan per- kapita penduduk mencerminkan implikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini tercermin dari meningkatnya daya beli masyarakat dan semakin menurunnya jumlah penduduk miskin di Kabupaten Merangin, walaupun untuk melihat distribusi pertumbuhan ekonomi tersebut harus digunakan analisis lain yang lebih detail.

4.2. Karakteristik Daerah dalam Kebijakan Pembangunan

4.2.1. Analisis Kebijakan Umum Pembanguan Daerah Kebijakan pembangunan Kabupaten Merangin didasari oleh indentifikasi kondisi dan masalah yang terjadi. Pendekatan ini diambil melalui identifikasi dan penyusunan isu-isu strategis. Terdapat suatu isu strategis yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu mengenai penurunan kualitas lingkungan hidup yang dirasakan di Kabupaten Merangin. Dalam upaya mengatasi masalah-maslah pembangunan, Kabupaten Merangin menyiapkan langkah-langkah strategis seperti yang dituangkan dalam lima misi pembangunan yaitu mewujudkan daerah yang memiliki daya saing dan maju dalam perekonomian daerah, memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas, beriman dan bertaqwa sehingga mampu menjadi daerah yang mandiri, menjaga pelesterian dalam pendayagunaan sumberdaya alam untuk kesejahteraan, demokratis yang didukung oleh birokrasi yang profesional dan netral dalam penyelenggaraan pemerintah dengan prinsip pemerintahaan yang baik good governance dan berbudaya hukum dengan suasana alam, tentram dan tertib ditengah masyarakat. Lebih lanjut dalam penyusunan program pembangunan, Kabupaten Merangin mengelompokkan kebijakannya dalam beberapa fungsi utama yang terdiri dari fungsi pelayanan umum, fungsi ketertiban dan ketenteraman, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan hidup, fungsi Perumahan dan fasilitas umum, fungsi kesehatan, fungsi pariwisata dan budaya, fungsi pendidikan, dan fungsi perlindungan sosial. Berdasarakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kabupaten Merangin sebagai penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Merangin 2008-2028, terdapat beberapa program pada setiap urusan pemerintahan yang menjadi prioritas pada pembangunan jangka menengah daerah guna mendukung tercapainya 5 lima strategi kebijakan beserta indikator kinerjanya, sebagai berikut: 1. Strategi kebijakan pembangunan dan peningkatan kualitas infrastruktur daerah guna mendorong mobilitas orang, barang ataupun jasa yang dapat mendukung implementasi ekonomi kerakyatan. 2. Strategi kebijakan peningkatan kualitas dan akses pelayanan pendidikan. Strategi kebijakan peningkatan kualitas dan akses kesehatan, permukiman dan air bersih. 3. Strategi kebijakan pengembangan ekonomi lokal dan optimalisasi pengolahan sumber daya alam. 4. Strategi kebijakan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan serta mendorong partisipasi masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan dengan menjunjung tinggi demokrasi dan supremasi hukum. Berkaitan dengan kebijakan pembangunan berbasis lahan, untuk sektor pertanian dijalankan melalui program peningkatan kesejahteraan petani, peningkatan ketahanan pangan pertanianperkebunan, peningkatan pemasaran hasil produksi pertanianperkebunan, peningkatan penerapan teknologi pertanianperkebunan, peningkatan produksi pertanianperkebunan, pemberdayaan penyuluh pertanianperkebunan lapangan, pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak, peningkatan produksi hasil pertanian, peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan, peningkatan penerapan teknologi peternakan. Sementara sektor kehutanan dilakukan melalui pelaksanan program pemanfaatan potensi sumber daya hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, perlindungan dan konservasi sumber daya hutan, pemanfaatan kawasan hutan industri, pembinaan dan penertiban industri hasil hutan, dan perencanaan dan pengembangan hutan. Berkaitan dengan fungsi lingkungan hidup yang banyak dibahas dalam penelitian ini secara eksplisit dijelaskan dan dilaksanakan melalui penataan ruang dan lingkungan hidup. Penataan ruang di wujudkan dalam program perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Lingkungan hidup dilaksanakan melalui program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan, pengendaalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, perlindungan dan konservasi sumber daya alam, rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam, peningkatan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup dan peningkatan pengendalian polusi. Dalam konteks pembagian kawasan lindung dan budi daya yang berkaitan dengan topografi dan rona wilayah, Provinsi Jambi bisa dibagi dalam tiga zona yaitu barat, tengah dan timur. Zona Barat Provinsi Jambi yang merupakan dataran tinggi didominasi oleh kegiatan konservasi sehingga bisa disebut sebagai zona konservasi, meliputi Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh, Kabupaten Merangin dan Kabupaten Bungo, sedangkan zona tengah Provinsi Jambi dengan topografi yang relatif datar didominasi oleh kegiatan produksi sehingga bisa disebut sebagai zona produksi meliputi Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo dan Kabupaten Batanghari. Sedangkan zona timur diarahkan untuk menjadi outlet Provinsi Jambi sehingga bisa disebut sebagai zona distribusi meliputi Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Dalam konstelasi wilayah seperti disebutkan di atas, Kabupaten Merangin yang masuk dalam zona konservasi maka pelaksanaan pembanguan diarahkan untuk memantapkan kawasan hutan sesuai fungsinya dan meningkatkan pengelolaan hutan secara adil dan tertib, menekan deforestasi hutan, serta meningkatkan produktifitas sumber daya hutan. Adapun sasaran yang ingin dicapai atas pelaksanaan pembanguan ini antara lain adalah meningkatnya pengelolaan hutan sesuai fungsinya, meningkatkan konservasi sumber daya hutan, meningkatnya produksi hutan lestari, serta meningkatnya kinerja dan tumbuhnya kepedulian masyarakat terhadap kelestarian hutan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran dimaksud, maka kebijakan yang ditempuh dalam pelaksanaan pembangunan di sektor kehutanan ini antara lain adalah sebagai berikut: 1 Memantapkan status kawasan hutan dan menertibkan pengelolaan hutan 2 Menertibkan illegal logging, menekan kebakaran hutan dan lahan dan perambahan hutan 3 Memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan 4 Meningkatkan produktifitas hutan dan pemenuhan bahan baku industri pengolahan hasil hutan 5 Meningkatkan dan mengembangkan kinerja kelembagaan dan sumberdaya manusia 6 Menumbuh kembangkan prinsip kehutanan sosial 4.2.2. Potensi Pengembangan Kebijakan Terkait Pembangunan Rendah Emisi Potensi pembangunan rendah emisi dari sektor berbasis lahan di Kabupaten Merangin sangat strategis mengingat posisinya dalam lingkup Provinsi Jambi dan tutupan hutan alam yang masih luas. Hal tersebut memunculkan kesempatan bagi Kabupaten Merangin untuk menjamin kelestarian sumberdaya hutan berikut ekosistemnya, untuk meningkatkan efisiensi dan alokasi pemanfaatan, menjamin distribusi manfaat dan keadilan, memberdayakan masyarakat, serta meningkatkan daya saing produk dan jasa sumber daya hutan. Pertimbangan yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Merangin kedepan di bidang kehutanan adalah laju deforestasi. Banyak kerusakan hutan terjadi akibat adanya pemenuhan bahan baku industri, industri perkebunan kelapa sawit, pengelolaan industri, pertambangan, dan penebangan hutan tidak resmi yang dilakukan melalui mekanisme perijinan. Berbagai kebijakan pengelolan hutan dilakukan secara terencana melalui beberapa skema kegiatan pembangunan hutan. Sebagai bentuk pelaksanaan kegiatan penataan hutan dengan melibatkan masyarakat, Pemerintah Kabupaten Merangin secara rutin melaksanakan kegiatan Pengembangan Hutan Masyarakat Adat sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan. Kegiatan ini dalam bentuk pembinaan kelompok pengelola hutan adat mandiri. Sampai dengan tahun 2012, di wilayah Kabupaten Merangin telah dikukuhkan 5 lima lokasi hutan adat yaitu Hutan Adat Pangkalan Jambu, Hutan Adat Depati Penghulu Rimbo-Gento Rajo, Hutan Adat Guguk, Hutan Adat Imbo Pusako Imbo Parobokalo dan Hutan adat Desa Ngaol seperti terdapat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hutan Adat di Kabupaten Merangin No Hutan Adat LokasiStatus SK Pengesahan Bupati Luas ha 1. Pangkalan Jambu Ds. Pangkalan Jambu, Sei. Manau APL No. 225 Th. 1993 750 2. Depati Penghulu Rimbo- Gento Rajo Ds. Pl Tengah, Jangkat APL No. 95 Th. 2002 525 3. Guguk Ds. Guguk, Sei. Manau HP- APL No. 287 Th. 2003 690 4. Imbo Pasoko Imbo Parobokalo Ds. Batang Kibul Tabir Ulu APL No Th. 2006 650 5. Pintu Koto Ds. Ngaol Kec. Tabir Barat 230Disbunhut2010 300 Sumber : BPS Kabupaten Merangin 2012 Upaya lain dalam meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan adalah pelaksanaan kegiatan pengembangan hutan desa. Menurut Permenhut Nomor P.49Menhut-II2008, hutan desa merupakan hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa serta belum dibebani ijinhak. Masyarakat yang tinggal di