Dinamika Penggunaan lahan HASIL DAN PEMBAHASAN

dari sekitar 14 ribu hektar menjadi 43 ribu hektar pada tahun 2010. Monokultur karet dan sawit padat tahun 2010 masing-masing mengalami penambahan area sebesar lima dan enam kali lipat dibandingkan tahun 1990. Agroforestri karet mengalami penambahan area sebesar 9 ribu pada tahun 2010 dibandingkan luasnya pada tahun 1990, sedangkan hutan sekunder kerapatan rendah juga mengalami kenaikan luas area hingga mendekati tiga kali lipat. Perincian mengenai perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada tiap unit perencanaan disajikan dalam bentuk matriks diagonal perubahan penggunaan lahan dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.4.2. Deforestasi Angka deforestasi digunakan untuk menjelaskan seberapa besar perubahan tutupan hutan hutan primer dan sekunder menjadi jenis penggunaan lain selain hutan. Deforestasi ini menunjukkan tekanan perubahan penggunaan lain terhadap luas hutan yang ada di Kabupaten Merangin. Berdasarkan besarnya laju deforestasi tahunan antara periode 1990-200, 2000-2005, dan 2005- 2010 seperti pada Tabel 4.11 diketahui bahwa laju tahunan 2005-2010 mengindikasikan laju deforestasi yang terbesar. Tabel 4.11 Tingkat Deforestasi Periode Tahun Deforestasi Jumlah ha Laju Tahunan hatahun 1990-2000 90.221 9.022 2000-2005 36.304 7.260 2005-2010 78.641 15.728 4.4.3. Degradasi Hutan Degradasi merupakan tipe perubahan penggunaan lahan dimana terjadi penurunan kualitas hutan. Contoh perubahan yang bersifat degradasi adalah perubahan dari hutan primer menjadi hutan sekunder kerapatan tinggi maupun hutan sekunder kerapatan rendah, dan perubahan dari hutan sekunder kerapatan tinggi menjadi hutan sekunder kerapatan rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam degradasi perubahan terjadi pada kategori hutan. Berdasarkan laju degradasi hutan terlihat bahwa pada periode 2005-2010 menunjukkan tingkat degradasi hutan yang jauh lebih besar dibandingkan periode 1990-200 dan 200-2005, dimana laju degradasi hutan tahunan 2005-2010 menunjukkan 4 kali lipat dibandingkan laju degradasi hutan tahunan periode 1990. Laju degradasi hutan 2000-2005 terlihat mengalami laju degradasi hutan yang terkecil yaitu hanya sekitar 3 ribu hektar pertahun. Tabel 4.12 Tingkat Degradasi Hutan Periode Tahun Degradasi Hutan Jumlah ha Laju Tahunan hatahun 1990-2000 100.948 10.094 2000-2005 15.893 3.178 2005-2010 249.284 49.856 4.4.4. Ekstensifikasi Penggunaan Lahan Beberapa penggunaan lahan yang mengalami penambahan luas memperlihatkan adanya kegiatan masyarakat yang semakin intensif dengan bertambahnya waktu. Beberapa penggunaan lahan utama yang menandai intensitas kegiatan masyarakat tersebut adalah agroforestrikebun campur, berkembangnya monokultur sawit dan karet, serta permukiman. Secara total, kegiatan ekstensifikasi penggunaan lahan tumbuh dari 189 ribu hektar di tahun 1990 menjadi 379 ribu hektar di tahun 2010. Tabel 4.13 Penambahan Luas Beberapa Jenis Penggunaan Lahan Jenis Penggunaan Lahan Luas ha 1990 2000 2005 2010 Agroforestri karet 85.272 80.458 77.304 94.020 Agroforestri kopi 3.012 5.222 5.835 23.895 Monokultur karet 74.723 92.669 104.233 141.947 Monokultur sawit 11.033 62.279 58.125 69.230 Permukiman 14.414 24.210 38.621 43.744 Jumlah 189.973 271.883 290.342 379.563 Gambar 4.23 di bawah ini memperlihatkan dinamika penggunaan lahan utama antar waktu. Beberapa penggunaan lahan meningkat luasnya secara konstan seperti permukiman dan monokultur karet. sedangkan beberapa penggunaan lahan lain mengalami ekstensifikasi akan tetapi dengan perubahan yang tidak konstan dimana sebelumnya mengalami penurunan baru kemudian bertambah luasnya pada tahun 2010 seperti pada angroforestri karet. Gambar 4.23 Ekstensifikasi Beberapa Penggunaan Lahan

4.5. Pendugaan Emisi CO

2 dari Kegiatan Penggunaan Lahan Berdasarkan pendekatan perbedaan simpanan karbon maka emisi CO 2 berbasis penggunaan lahan dapat dihitung setelah dikenali terlebih dahulu perubahan penggunaan lahannya. Emisi terjadi apabila terjadi perubahan penggunaan lahan dengan kandungan biomasa yang tinggi ke jenis penggunaan lahan lain dengan kandungan biomasa tanaman yang lebih rendah. 4.5.1. Emisi Historis di Kabupaten Merangin Simpanan karbon diukur pada unit satuan penggunaan lahan, dimana penggunaan lahan dengan keterdapatan vegetasi yang lebih rapat dan lebih besar menandakan semakin tingginya simpanan karbon. Seperti terlihat pada Tabel 4.14 di bawah ini memperlihatkan tipe penggunaan lahan berupa hutan merupakan penggunaan lahan dengan simpanan karbon yang relatif lebih tinggi dibandingkan - 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 1990 2000 2005 2010 Lu as h a Tahun Agroforestri karet Agroforestri kopi Monokultur karet Monokultur sawit Permukiman dengan penggunaan lahan lain yang bukan hutan. Data simpanan karbon tersebut diperoleh dari hasil pengukuran lapangan yang dilakukan dalam penelitian sebelumnya. Data ini tidak diukur secara langsung dalam penelitian ini karena membutuhkan teknik dan pengetahuan yang lain. Tabel 4.14. Simpanan Karbon Beberapa Penggunaan Lahan No Penggunaan Lahan Simpanan Karbon tonha 1 Hutan sekunder kerapatan tinggi 192,81 2 Hutan sekunder kerapatan rendah 129,97 3 Agroforestri karet 69,00 4 Hutan primer 261,52 5 Agroforestri kayu manis 64,55 6 Agroforestri kopi 55,06 7 Agroforestri kelapa_pinang 32,00 8 Kebun campur 45,00 9 Semak 43,00 10 Padi Sawah 0,99 11 Monokultur karet 40,5 12 Tanaman semusim 9,50 13 Tanah terbuka 3,35 14 Rerumputan 3,35 15 Monokultur sawit 40,00 16 Permukiman 4,14 17 Tubuh air 0,00 18 Monokultur kayu manis 58.33 Sumber : Galudra, 2011 Data simpanan karbon yang dihitung dalam data ini adalah data simpanan karbon di atas permukaan tanah above ground. Hal ini dilakukan karena persentase dari cadangan karbon dibawah permukaaan tanah below ground khususnya pada tanah mineral yang relatif rendah. Untuk daerah dengan keterdapatan gambut maka sebaiknya digunakan perhitungan simpanan karbon Penggunaan lahan hutan mewakili penggunaan lahan dengan simpanan karbon tinggi seperti hutan primer dengan simpanan karbon sebesar 261.52 tonha, sedangkan penggunaan lahan dengan simpanan karbon rendah diwakili oleh permukiman, tanah terbuka, rerumputan dan semak belukar. Penggunaan lahan dengan simpanan karbon yang lebih rendah dari hutan akan tetapi termasuk jenis penggunaan lahan dengan cadangan relatif tinggi adalah agroforestri atau kebun campur dan beberapa monokultur seperti karet dan sawit. Tabel 4.14 di atas juga mempertegas bahwa penggunaan lahan dengan kerapatan vegetasi yang lebih tinggi akan mengindikasikan besarnya simpanan karbon rata-rata dari penggunaan lahan tersebut. Catatan penting lain adalah bahwa simpanan karbon yang diukur dari penggunaan lahan ini adalah simpanan karbon rata-rata selama siklus pertumbuhan vegetasi tersebut time average carbon stock. Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Emisi Historis No Penghitungan Emisi Jumlah 1 Emisi Per-Ha ton CO2-eqha.tahun 18,12 2 Sekuestrasi Per-Ha Area ton CO2-eqha.tahun 1,03 3 Emisi Bersih Per-Ha ton CO2-eqha.tahun 17,08 4 Emisi Total ton CO2-eqtahun 13.312.613,70 5 Sekuestrasi Total ton CO2-eqtahun 761.364,08 6 Emisi Bersih ton CO2-eqtahun 12.551.249,62 Tabel 4.15 memperlihatkan perhitungan emisi Kabupaten Merangin selama periode 2005-2010. Emisi bersih tahunan Kabupaten Merangin menunjukkan 17,08 ton CO 2 -eqha.tahun. Emisi ini dibandingkan dengan sekuestrasi jauh lebih besar, dimana emisi sebesar 18,12 ton CO 2 -eqha.tahun, sedangkan sekuestrasi hanya sekitar 1,03 08 ton CO 2 -eqha.tahun, sementara secara tahunan emisi Kabupaten Merangin sebesar 12.551.249,62 ton CO 2 - eqtahun. Nilai emisi ini merupakan penjumlahan dari emisi yang terjadi di seluruh unit perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Contoh perhitungan emisi pada salah satu unit perencanaan dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.5.2. Emisi dari Setiap Unit Perencanaan Analisis lebih jauh dilakukan untuk melihat nilai emisi yang didapat dari perhitungan untuk setiap unit perencanaan yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Tabel 4.16 menunjukkan ringkasan dari emisi, sekuestrasi dan emisi bersih di Kabupaten Merangin pada tiap unit perencanaannya. Angka tersebut menunjukkan seberapa besar emisi yang terjadi berdasarkan wilayah, sehingga untuk melihat analisis lebih jauh lagi, data ini akan memudahkan dalam perhitungan kemudian. Tabel 4.16 Kontribusi Emisi, Sekuestrasi dan Emisi Bersih dari Setiap Unit Perencanaan Tahun 2005-2010 No Unit Perencanaan Ton CO 2 -eqha.tahun Emisi Sekuestrasi Emisi Bersih 1 Hortikultura 0,674 -0,062 0,612 2 HTI 0,411 -0,015 0,396 3 HTR 0,419 -0,012 0,408 4 Hutan Adat 0,066 0,000 0,066 5 Hutan Desa 0,729 -0,007 0,723 6 Hutan Lindung 0,491 -0,019 0,472 7 Hutan Produksi 0,705 -0,011 0,694 8 Hutan Produksi Terbatas 0,167 -0,010 0,157 9 Ijin Perkebunan 4,008 -0,313 3,695 10 Ijin Pertambangan 1,280 -0,073 1,207 11 Perkebunan Rakyat 2,773 -0,280 2,493 12 Permukiman 0,350 -0,137 0,213 13 Pertanian Lahan Basah 0,250 -0,024 0,226 14 Pertanian Lahan Kering 0,079 -0,008 0,071 15 Rencana Penggunaan Lainnya 0,879 -0,059 0,821 16 Taman Nasional 4,838 -0,007 4,830 17 Taman Wisata Alam 0,003 0,000 0,003 Total 18,122 -1,036 17,086 Keterangan : Nilai negatif menunjukkan emisi negatif atau nilai sekuestrasi sebagai nilai serapan Beberapa unit perencanaan menunjukkan dominasi kontribusi emisi terhadap emisi total di Kabupaten Merangin. Unit perencanaan tersebut adalah Taman Nasional. Ijin Perkebunan. perkebunan Rakyat dan Ijin Pertambangan. dan Rencana Penggunaan lainnya. sementara pada unit perencanaan menunjukkan angka yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan lima unit perencanaan tersebut. Tingginya nilai emisi tersebut disebabkan karena adanya perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada periode 2005-2010 berasal dari penggunaan lahan dengan simpanan karbon sangat tinggi menjadi penggunaan lahan dengan simpanan karbon yang sangat rendah. Gambar 4.24 Grafik Emisi dari Setiap Unit Perencanaan Tahun 2005-2010 Gambar 4.25 menunjukkan urutan kontribusi emisi dari perubahan penggunaan lahan secara total pada masing-masing unit perencanaan. Gambar ini menunjukkan pola yang hampir sama dengan Gambar 4.24 sebelumnya. Hal tersebut mengindikasikan adanya kesamaan pola emisi per hektar dan secara total. artinya bahwa tingginya emisi per hektar juga diikuti dengan luasnya perubahan penggunaan lahan yang ada di masing-masing unit perencanaan tersebut. Hal ini dapat disimpulkan adanya ancaman yang cukup serius terhadap jenis perubahan penggunaan lahan dan lokasi terjadinya perubahan penggunaan lahan tersebut. Gambar 4.25 Grafik Emisi ton CO 2 -eqtahun dari Setiap Unit Perencanaan 2 4 6 T am an Nasio n al Izin P er k eb u n an P er k eb u n an R ak y at Izin P er tam b an g an R en can a … Hu tan Desa Hu tan P ro d u k si Ho rtik u ltu ra Hu tan L in d u n g HT R HT I P er tan ian L ah an … P er m u k im an Hu tan P ro d u k si … P er tan ian L ah an … Hu tan A d at T am an W is ata A lam E m is i B er sih T o n CO 2 -eq ha .t a hu n Unit Perencanaan 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 E mi si Ber si h ri b u to n C O 2 -e q tah u n Unit Perencanaan