Gambar 4.24 Grafik Emisi dari Setiap Unit Perencanaan Tahun 2005-2010
Gambar 4.25 menunjukkan urutan kontribusi emisi dari perubahan penggunaan lahan secara total pada masing-masing unit perencanaan. Gambar ini
menunjukkan pola yang hampir sama dengan Gambar 4.24 sebelumnya. Hal tersebut mengindikasikan adanya kesamaan pola emisi per hektar dan secara
total. artinya bahwa tingginya emisi per hektar juga diikuti dengan luasnya perubahan penggunaan lahan yang ada di masing-masing unit perencanaan
tersebut. Hal ini dapat disimpulkan adanya ancaman yang cukup serius terhadap jenis perubahan penggunaan lahan dan lokasi terjadinya perubahan penggunaan
lahan tersebut.
Gambar 4.25 Grafik Emisi ton CO
2
-eqtahun dari Setiap Unit Perencanaan
2 4
6
T am
an Nasio
n al
Izin P
er k
eb u
n an
P er
k eb
u n
an R
ak y
at
Izin P
er tam
b an
g an
R en
can a …
Hu tan
Desa Hu
tan P
ro d
u k
si
Ho rtik
u ltu
ra
Hu tan
L in
d u
n g
HT R
HT I
P er
tan ian
L ah
an …
P er
m u
k im
an
Hu tan
P ro
d u
k si
…
P er
tan ian
L ah
an …
Hu tan
A d
at
T am
an W
is ata
A lam
E m
is i
B er
sih
T o
n CO
2 -eq
ha .t
a hu
n
Unit Perencanaan
500 1,000
1,500 2,000
2,500 3,000
3,500 4,000
E mi
si Ber
si h
ri b
u to
n C
O 2
-e q
tah u
n
Unit Perencanaan
4.5.3. Emisi dari Jenis Perubahan Penggunaan Lahan Aspek lain yang dapat diamati dari kejadian emisi di Kabupaten Merangin
adalah perkiraan aktivitas apa yang terjadi di lapangan dikaitkan dengan jenis perubahan penggunaan lahan yang dominan terjadi sebagai akibat tingginya emisi
di masing-masing unit perencanaan. Setidaknya terdapat dua jenis perubahan penggunaan lahan utama yang merupakan penyebab emisi yaitu penurunan
kualitas tutupan hutan yang kemungkinan disebabkan oleh kegiatan penebangan kayu logging dan adanya logging yang disertai konversi dari hutan kedalam
penggunaan lahan yang lebih intensif seperti karet dan sawit. Kegiatan Logging banyak terjadi di unit perencanaan Taman Nasional dan
Hutan Desa, sedangkan konversi dari hutan ke non hutan banyak terjadi Perkebunan Rakyat dan Ijin Pertambangan. Hal tersebut menandakan selain
adanya kegiatan penebangan hutan juga diikuti pemanfaatan lahan menjadi penggunaan lahan lain yang secara ekonomi dianggap lebih menguntungkan
dibanding dengan penggunaan lahan sebelumnya dan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan permintaan pasar. Tabel 4.17 menyajikan beberapa
perubahan penggunaan lahan utama yang menyebabkan terjadinya emisi di Kabupaten Merangin, sedangkan data mengenai seluruh perubahan penggunaan
lahan penyebab emisi disajikan pada Lampiran 3. Tabel 4.17 Jenis Perubahan Penggunaan Lahan Utama Penyebab Emisi di
Kabupaten Merangin
Unit Perencanaan
Penggunaan Lahan 2005 Penggunaan Lahan 2010
Jumlah Emisi ton CO
2
-eq
Taman Nasional Hutan primer
Hutan sekunder kerapatan tinggi 1.804.168,86
Ijin Perkebunan Hutan sekunder kerapatan tinggi
Agroforestri karet 918.744,49
Ijin Perkebunan Hutan sekunder kerapatan tinggi
Monokultur karet 722.995,26
Taman Nasional Hutan primer
Hutan sekunder kerapatan rendah 721.306,19
Taman Nasional Hutan sekunder kerapatan tinggi
Hutan sekunder kerapatan rendah 600.503,23
Perkebunan Rakyat
Hutan sekunder kerapatan tinggi Agroforestri karet
574.090,46 Perkebunan
Rakyat Hutan sekunder kerapatan tinggi
Monokultur karet 442.755,02
Perkebunan Rakyat
Hutan sekunder kerapatan tinggi Monokultur sawit
392.324,39 Ijin Pertambangan
Hutan sekunder kerapatan tinggi Agroforestri karet
238.697,43 Hutan Desa
Hutan primer Hutan sekunder kerapatan tinggi
216.363,21
Kebalikan dari emisi adalah sekuestrasi atau terjadinya serapan karbon melalui perubahan penggunaan lahan awal menjadi perubahan penggunaan lahan
kemudian dengan simpanan karbon yang lebih tinggi. Sekuestrasi banyak terjadi di Unit Perencanaan Ijin perkebunan dan Perkebunan Rakyat, dimana sebagian
besar aktivitasnya adalah intensifnya kegiatan agroforestasikebun campur dari penggunaan lahan awal menjadi penggunaan lahan kemudian dengan simpanan
karbon yang lebih tinggi, sedangkan lengkap mengenai jenis perubahan penggunaan lahan yang merupakan sumber emisi dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 4.18 Jenis Perubahan Penggunaan Lahan Utama Yang Berperan Dalam SekuestrasiSerapan Karbon Pengurangan Emisi
Unit Perencanaan Penggunaan Lahan 2005
Penggunaan Lahan 2010 Jumlah
Sekuestrasi ton CO
2
-eq Ijin Perkebunan
Monokultur karet Agroforestri karet
-50.201.80 Perkebunan Rakyat
Monokultur karet Agroforestri karet
-34.714.90 Ijin Perkebunan
Tanah terbuka Agroforestri karet
-30.667.30 Perkebunan Rakyat
Padi Sawah Monokultur sawit
-25.546.35 Perkebunan Rakyat
Padi Sawah Agroforestri karet
-23.939.52 Ijin Pertambangan
Monokultur karet Agroforestri karet
-20.858.20 Ijin Perkebunan
Tanaman semusim Agroforestri kopi
-18.509.51 Ijin Perkebunan
Padi Sawah Agroforestri karet
-18.154.14 Perkebunan Rakyat
Tanaman semusim Monokultur sawit
-17.669.67 Perkebunan Rakyat
Tanaman semusim Agroforestri karet
-15.620.73
4.6. Simulasi Penggunaan Lahan Yang Akan Datang dan Dampak Emisinya
4.6.1. Pendugaan Penggunaan Lahan Yang Akan Datang Salah satu hasil dalam penelitian ini adalah memprediksi penggunaan
lahan yang akan datang berdasarkan laju perubahan penggunaan lahan yang terjadi sebelumnya. Perkiraan tersebut memperlihatkan beberapa pola perubahan
penggunaan lahan yang terjadi di Kabupaten Merangin. Pola perubahan tersebut disimulasikan pada tiap unit perencanaan yang telah dibuat. Hal ini dimaksudkan
untuk melihat pola perubahan secara lebih detil pada tiap unit perencanaan. setelah itu baru dilakukan agregasi secara total.
Secara keruangan prediksi penggunaan lahan yang akan datang berdasarkan hasil simulasi dapat di lihat pada Gambar 4.26. Hasil simulasi
keruangan ini diperoleh dari pemodelan menggunakan Land Change Modeler yang merupakan fasilitas dari perangkat lunak Idrisi. Beberapa driver yang
digunakan dalam memprediksi penggunaan lahan yang akan datang terdiri dari jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari permukiman, topografi, jarak dari
HTI, jarak dari HPH. Peta hasil menunjukkan secara keruangan dimana kemungkinan terjadinya perubahan penggunaan lahan pada masing-masing unit
perencanaan. Berdasarkan data ini dapat dikaji lebih lanjut terkait penyebab perubahan penggunaan lahan dan rekomendasi skenario terkait pengendalian
perubahan penggunaan lahan untuk mengurangi terjadinya perubahan penggunaan lahan yang kurang menguntungkan.
Gambar 4.26 Peta Prediksi Penggunaan Lahan Tabel 4.19 menunjukkan perubahan luas pengunaan lahan dari 18 jenis
penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Merangin untuk tahun 2010, 2015, 2020, 2025 dan 2030. Beberapa penggunaan lahan menunjukkan penambahan luas
namun beberapa penggunaan lahan berkurangnya luasannya. Hal ini merupakan
konsekuensi dinamika perubahan penggunaan lahan sebagai akibat kebutuhan masyarakatnya terhadap lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Tabel 4.19 Prediksi Perubahan Luas Penggunaan Lahan yang Akan Datang
No Penggunaan Lahan
Luas ha 2010
2015 2020
2025 2030
1 Monokultur karet
144.061 147.673
152.240 155.346 157.975
2 Monokultur sawit
69.475 63.548
66.566 68.635
69.294 3
Hutan sekunder kerapatan rendah 36.941
55.109 59.341
61.969 62.901
4 Agroforestri kopi
23.435 34.340
38.193 41.381
44.204 5
Permukiman 43.890
29.580 30.768
32.012 33.259
6 Padi Sawah
11.260 7.023
7.806 8.325
8.639 7
Semak 9.106
6.567 7.566
7.957 8.110
8 Agroforestri kelapa_pinang
130 4.327
5.049 5.647
6.201 9
Tanaman semusim 2.487
1.322 1.378
1.387 1.387
10 Tubuh air
6.111 4.981
4.972 4.958
4.982 11
Hutan sekunder kerapatan tinggi 171.565
145.530 134.542 127.097
122.404 12
Hutan primer 102.787
114.983 107.003 102.051
98.681 13
Agroforestri karet 89.133
98.570 99.794
99.312 98.518
14 Agroforestri kayu manis
6.621 15.478
14.457 13.829
13.399 15
Monokultur kayu manis 11.101
2.814 2.366
2.178 2.141
16 Tanah terbuka
2.498 1.403
1.302 1.292
1.286 17
Kebun campur 117
521 493
491 492
18 Rerumputan
347 217
213 212
212
Penggunaan lahan hutan secara umum mengalami pengurangan luas khususnya pada hutan primer, namun sebaliknaya hutan sekender kerapatan
rendah mengalami penambahan luas yang disebabkan karena menurunnya kualitas hutan primer menjadi hutan sekunder kerapatan rendah tersebut. Penggunaan
lahan sebagai penanda intensifnya aktivitas manusia seperti permukiman dan monokultur meningkat secara tajam. sementara semak belukar yang merupakan
dampak dari kegiatan logging dengan belum ada aktivitas penggunaan yang lebih intensif juga menunjukkan peningkatan luas.
Gambar 4.27 Grafik Perubahan Penggunaan Lahan Gambar 4.28 menunjukkan perubahan penggunaan lahan secara lebih
detail. Angka yang berada di atas Sumbu X menunjukkan angka yang diprediksi mengalami penambahan luas dimasa yang akan datang, sedangkan angka yang
berada di bawah Sumbu X menunjukkan jenis penggunaan lahan yang mengalami pengurangan luas penggunaan lahannya. Sebagai contoh peggunaan lahan yang
mengalami penambahan luas adalah semak, padi sawah, permukiman, agroforestri kopi, hutan sekunder kerapatan rendah, monokultur sawit, dan
monokultur karet, sedangkan penggunaan lahan yang diperkirakan akan mengalami penurunan luas adalah hutan primer, hutan sekunder kerapatan tinggi,
agroforestri kayu manis, agroforestri karet dan beberapa penggunaan lahan lain.
Gambar 4.28 Besaran Perubahan Luas Penggunaan Lahan
- 20
40 60
80 100
120 140
160 180
200
Lu as
r ib
u h
a
Penggunaan Lahan
2015 2020
2025 2030
-12000 -10000
-8000 -6000
-4000 -2000
2000 4000
6000
Pe ru
b ah
an L
u as Pe
n g
g u
n aan
L ah
an
H a
2015-2020 2020-2025
2025-2030
4.6.2. Emisi CO
2
Berbasis Simulasi Penggunaan Lahan Berdasarkan perhitungan emisi dari perubahan penggunaan lahan dengan
pendekatan perbedaan simpanan karbon Stock Difference didapat ringkasan perhitungan seperti terdapat pada Tabel 4.20. Tabel tersebut menyajikan perkiraan
emisi yang akan datang terdiri dari emisi bruto, sekuestrasi, dan emisi bersihnetto. Angka yang terdapat tersebut merupakan angka tahunan yang
merupakan nilai emisi tahunan pada periode-periode tersebut. Emisi tahunan Kabupaten Merangin akan mengalami penurunan dari 12,5
juta ton CO
2
-eqtahun akan menjadi 3 juta ton CO
2
-eqtahun pada periode 2026- 2030. Apabila dilihat berdasarkan angka per hektar emisi netto yang ada di
Kabupaten Merangin juga mengalami penurunan yaitu dari 17 ton CO
2
- eqha.tahun akan menjadi 4 ton CO
2
-eqha.tahun. Hal tersebut terjadi karena vegetasi hutan sudah secara terus menerus mengalami penurunan luas sehingga
laju deforetasinyapun mengalami penurunan.
Tabel 4.20 Perkiraan Nilai Emisi
Kriteria Perhitungan Emisi Periode
2005-2010 2011-2015
2016-2020 2021-2025
2026-2030
Emisi Per-Ha ton CO2-eqha.tahun 18,12
11,68 8,31
6,30 5.02
Sekuestrasi Per-Ha Area ton CO2- eqha.tahun
1,03 0,77
0,78 0,80
0,83 Emisi Netto Per-Ha ton CO2-
eqha.tahun 17, 08
10,91 7,53
5,49 4,19
Emisi Total ton CO2-eqtahun 13.312.613,70
8.584.574,11 6.103.760,99
4.632.314,97 3.691.688,48
Sekuestrasi Total ton CO2-eqtahun 761.364,08
566.343,80 572.284,51
594.655,34 614.536,10
Emisi Netto ton CO2-eqtahun 12.551.249,62
8.018.230,31 5.531.476,48
4.037.659,63 3.077.152,38
4.6.3. Membangun Baseline RL Emisi Kab Merangin BaselineRL dalam penelitian ini merupakan acuan nilai emisi yang akan
dijadikan sebagai acuan dalam penurunan emisi suatu wilayah khususnya yang berkaitan dengan emisi dari kegiatan berbasis penggunaan lahan. Nilai baseline
ini merupakan nilai kumulatif emisi yang terjadi pada rentang periode tertentu. Berdasarkan hasil proyeksi penggunaan lahan yang kemudian didapatkan nilai
emisinya emisi kumulatif Kabupaten Merangin periode 2005-2030 berkisar sebesar 166 juta ton CO
2
-eq, angka inilah yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan aksi mitigasi.