RTRW Kabupaten Merangin, Penggunaan Lahan, dan Emisi Yang Akan Datang
4 Hutan
Produksi Kawasan peruntukan hutan produksi di Kabupaten
Merangin didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan perkebunan Republik
Indonesia Nomor
421Kpts-II1999 tentang
Penunjukkan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Jambi. Hutan produksi tetap
dengan lokasi tersebar di Kecamatan Tabir Barat. Kecamatan Tabir Ulu. Kecamatan Nalo Tantan.
Kecamatan Renah Pembarap. Kecamatan Sungai Manau. Kecamatan Pangkalan Jambu. Kecamatan
Pamenang Selatan. Kecamatan Tiang Pumpung. Kecamatan Muara Siau. dan Kecamatan Lembah
Masurai.
110.786
Hutan sekunder
kerapatan rendah
5 Hutan
Produksi Terbatas
Kawasan hutan produksi terbatas di Kabupaten Merangin yang lokasinya tersebar di Kecamatan
Lembah Masurai dan Kecamatan Sungai Tenang.
35.376
Hutan sekunder
kerapatan tinggi
6 Pertanian
Lahan Basah Kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten
Merangin meliputi pertanian tanaman pangan lahan basah
11.287
Padi Sawah 7
Pertanian Lahan Kering
Kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten
Merangin.
4.262
Tanaman semusim
8 Perkebunan
Perkebunan kelapa sawit yang meliputi wilayah Kecamatan Pamenang, Pamenang Barat, Renah
Pamenang , Pamenang Selatan, Bangko Barat, Tabir, Tabir Ulu, Tabir Barat, Tabir Ilir, Tabir
Timur, Tabir Selatan, Tabir Lintas, Margo Tabir, Renah Pembarap, Sungai Manau dan
Pangkalan Jambu, Muara Siau, Lembah Mesuarai, dan Tiang Pumpung, Perkebunan karet
yang meliputi wilayah Muara Siau, Lembah Masurai, Tiang Pumpung, Pamenang,
Pamenang Barat, Renah Pembarap, Sungai Manau, Pangkalan Jambu, Bangko, Bangko
Barat, Batang Masumai, Nalo Tantan, Tabir, Tabir Ulu, Tabir Barat; Tabir Lintas, dan Margo
Tabir, Perkebunan kopi yang meliputi wilayah Lembah Masurai, Sungai Tenang, dan Jangkat,
Perkebunan Nilam yang meliputi wilayah Lembah Masurai, Sungai Tenang, dan Jangkat,
Perkebunan Tembakau yang meliputi wilayah Lembah Masurai, Sungai Tenang, dan Jangkat,
300.830
Sawit. Karet. Kopi
Nilam dan Tembakau
9 Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Merangin yang terdiri dari kawasan peruntukan
permukiman perkotaan. dan kawasan peruntukan permukiman perdesaan. Kawasan peruntukan
permukiman
perkotaan meliputi
seluruh permukiman di kawasan perkotaan sebagai PKWp.
PKL. dan PPK seluruh dalam Kabupaten Merangin.
Kawasan peruntukan
permukiman perdesaan meliputi seluruh permukiman di desa-
desa yang tersebar di seluruh di wilayah.
28.674 Permukiman
10 Pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Merangin terdiri dari wilayah usaha pertambangan
mineral dan
batubara dan
wilayah usaha
pertambangan rakyat. Wilayah usaha pertambangan mineral dan batubara didasarkan pada hasil kajian
mengenai potensi mineral dan batubara.
33.299
Tanah Terbuka
Tabel 4.21 Lanjutan
4.7.2. Pendugaan Penggunaan Lahan Yang Akan Datang Berdasar Identifikasi Penggunaan Lahan pada Pola Ruang RTRW
Simulasi penggunaan lahan menggunakan identifikasi penggunaan lahan pada setiap alokasi ruang menghasilkan peta prediksi penggunaan lahan yang
akan datang seperti pada gambar 4.31. Empat seri waktu digunakan untuk memprediksi penggunaan lahan yang akan datang yaitu tahun 2015, 2020, 2025,
dan 2030.
Gambar 4.31 Peta Prediksi Penggunaan Lahan Berdasar Identifikasi Penggunaan Lahan pada Setiap Pola Ruang
Tabel 4.22 di bawah ini menyajikan prediksi luasan penggunaan lahan berdasarkan pendekatan identifikasi penggunaan lahan pada setiap alokasi ruang
yang terdapat dalam pola ruang kabupaten. Dari data tersebut terlihat adanya pola perubahan penggunaan lahan yang akan datang yang telah disesuaikan dengan
penggunaan lahan yang direncanakan pada masing-masing alokasi ruang. Sesuai
dengan rencana penggunaan lahannya terlihat adanya upaya untuk melakukan pengembangan punggunaan lahannya sesuai dengan pola ruang, dimana kawasan
lindung diarahkan untuk penggunaan lahan yang berfungsi sebagai fungsi lindung, sedangkan untuk alokasi untuk budidaya diarahkan untuk kegiatan yang lebih
bernilai ekonomi dan manfaat secara langsung bagi masyarakat dan swasta. Tabel 4.22 Prediksi Luas Penggunaan Lahan Berdasar Identifikasi Penggunaan
Lahan pada Setiap Pola Ruang
No Penggunaan Lahan
Luas ha 2010
2015 2020
2025 2030
1 Monokultur sawit
144.061 91.132 110.710
129.749 148.264
2 Hutan primer
69.475 64.078 64.810
65.542 66.272
3 Permukiman
36.941 47.324 49.236
51.078 52.583
4 Padi Sawah
23.435 9.661
10.965 12.455
14.718 5
Monokultur kayu manis 43.890
8.373 9.395
10.425 11.456
6 Agroforestri kayu
manis 11.260
6.176 6.498
6.825 7.144
7 Tanaman semusim
9.106 3.152
4.699 6.516
8.742 8
Kebun campur 130
131 131
131 131
9 Agroforestri
kelapa_pinang 2.487
136 136
136 136
10 Tubuh air
6.111 6.102
6.102 6.102
6.102 11
Hutan sekunder kerapatan tinggi
171.565 176.21
7 172.354
168.483 164.627
12 Monokultur karet
102.787 140.00
8 123.600
107.552 95.098
13 Agroforestri karet
89.133 97.246 94.528
91.687 89.122
14 Hutan sekunder
kerapatan rendah 6.621 43.930
42.191 40.446
38.703 15
Agroforestri kopi 11.101 29.521
27.889 26.253
24.617 16
Semak 2.498
9.415 9.305
9.195 9.040
17 Tanah terbuka
117 1.720
1.709 1.693
1.688 18
Rerumputan 347
338 341
344 347
Ilustrasi perubahan penggunaan lahan secara jelas dapat dilihat pada Gambar 4.32. Pola umum yang terjadi adalah terdapat penggunaan lahan yang
bertambah seperti monokultur, hutan primer, padi sawah, kayu manis, tanaman semusim, pola perubahan yang relatif tetap seperti kebun campur, agroforest
kelapa-pinang dan tubuh air, serta pola perubahan penggunaan lahan yang mengalami penurunan luas seperti hutan sekunder, karet, kopi, semak belukar,
rerumputan dan tanah terbuka.
Gambar 4.32 Grafik Prediksi Perubahan Luasan Penggunaan lahan Berdasar Identifikasi Penggunaan Lahan pada Setiap Pola Ruang
Lebih lanjut Grafik 4.33 menunjukkan berapa besar perubahan luas penggunaan lahan pada periode 2015 hingga 2020, 2020 hingga 2025, dan 2025
hingga 2030, Beberapa penggunaan lahan di bawah sumbu x menunjukkan penurunan luas antar periode waktu, dan beberapa penggunaan lahan di atas
sumbu x menunjukkan penambahan luas penggunaan lahan antar periode waktu, sehingga untuk identifikasi perubahan penggunaan lahan grafik ini akan dapat
diamati secara lebih mudah.
Gambar 4.33 Besaran Perubahan Luas Penggunaan Lahan Berdasar Identifikasi Penggunaan Lahan Pada Setiap Pola Ruang
- 20,000
40,000 60,000
80,000 100,000
120,000 140,000
160,000 180,000
200,000
Lu as
h a
Penggunaan Lahan
2015 2020
2025 2030
-20000 -15000
-10000 -5000
5000 10000
15000 20000
25000
Per u
b ah
an Lu
as Pen g
g u
n aan
Lah an
H a
2015-2020 2020-2025
2025-2030
4.7.3. Emisi CO
2
Berdasar Identifikasi Penggunaan Lahan Lahan pada Pola Ruang
Salah satu data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah perhitungan nilai emisi yang didasarkan pada identifikasi penggunaan lahan pada setiap
alokasi ruang, sehingga dalam pengertian ini adalah bahwa nilai emisi yang dihasilkan merupakan nilai emisi apabila RTRW diimplementasikan pada tingkat
lapangan sebagai bagian kegiatan dalam penataan ruang. Nilai emisi berdasarkan implementasi RTRW Kabupaten Merangin
menunjukkan dampak emisi yang cukup rendah hingga periode waktu 2030. Secara umum dapat dikatakan bahwa implementasi RTRW merupakan aksi nyata
dari strategi pembangunan rendah emisi di Kabupaten Merangin. Tingginya nilai emisi historis 2005 hingga 2010 sebesar 17 ton CO
2
-eqha.tahun dengan implementasi RTRW pada periode 2026 hingga 2030 diperkirakan akan mencapai
emisi tahunan hanya sebesar 0,28 ton CO
2
-eqha.tahun atau berarti hanya sekitar dua 2 dari emisi historis.
Tabel 4.23 Perkiraan Nilai Emisi Berdasar Pola Ruang RTRW
Kriteria Perhitungan Emisi Periode
2005-2010 2011-2015
2016-2020 2021-2025
2026-2030 Emisi Per-Ha ton CO2-eqha.tahun
18,72 9,67
5,24 3,48
2,70 Sekuestrasi Per-Ha Area ton CO2-
eqha.tahun 1,03
12,27 2,91
2,66 2,42
Emisi Bersih Per-Ha ton CO2-eqha.tahun 17,08
-2,60 2,33
0,83 0,28
Emisi Total ton CO2-eqtahun 13.312.613,70
7.104.095,6 3.856.030,23
2.562.726,93 1.988.578,30
Sekuestrasi Total ton CO2-eqtahun 761.364,08
9.018.977,93 2.144.480,49
1.955.204,21 1.777.219,45
Emisi Bersih ton CO2-eqtahun 12.551.249,62
- 1.914.882,27
1.711.549,74 607.522,73
211.358,85
Perbandingan emisi kumulatif 2005 hingga 2030 dari proyeksi penggunaan lahan berdasarkan laju perubahan penggunaan lahan masa lalu dan
identifikasi penggunaan lahan pada RTRW dapat dilihat pada Gambar 4.34. Grafik tersebut menunjukkan kekontrasan pola emisi kumulatif dari perubahan
penggunaan lahan di Kabupaten Merangin. Emisi kumulatif yang diperoleh dari identifikasi penggunaan lahan dalam RTRW menunjukkan rendahnya emisi
kumulatif dibandingkan dengan emisi kumulatif dari laju perubahan penggunaan historis baseline. Setidaknya ada dua alasan yang melatar belakangi kekontrasan
ini adalah optimisme implementasi RTRW dan pada sisi lain muatan dalam RTRW yang sudah mengedepankan keseimbangan kawasan lindung dan budidaya
sehingga potensi emisi dan sekuestrasi sudah dapat diakomodasi secara seimbang.
Gambar 4.34 Perbandingan Emisi Kumulatif Berdasar Pendekatan Historical Projection dan Identifikasi Penggunaan Lahan pada Pola Ruang