Tabel 4.25 Penurunan Emisi dari Skenario Mitigasi
No Skenario Mitigasi
Penurunan Emisi Hingga Tahun 2030
Ton CO
2
-eq Persen
1 Mitigasi Hutan Desa
1.658.551,95 1,00
2 Mitigasi Ijin Perkebunan
2.058.927,60 1,25
3 Mitigasi Perkebunan Rakyat
481.742,55 0,29
4 Mitigasi Taman Nasional
56.225.264,77 33,95 5
Implementasi Rencana Penggunaan Lahan pada RTRW
100.244.848,79 60,36
Penurunan emisi dari Skenario Aksi di Taman Nasional menunjukkan 33,95 terhadap baseline. Hal tersebut menunjukkan signifikansi dari aksi
mitigasi yaitu mengindikasikan peranan penting Taman Nasional dalam pembangunan di Kabupaten Merangin. Upaya mengimplementasikan skenario
aksi tersebut telah secara signifikan menurunkan emisi di tingkat kabupaten bahkan melebihi angka 26 dari komitmen nasional dalam pengurangan emisi.
4.8.4. Perubahan Manfaat Ekonomi dari Skenario Aksi Perubahan manfaat ekonomi menjelaskan mengenai seberapa besar
dampak dilakukannya suatu skenario aksi terhadap manfaat ekonomi dari jenis penggunaan lahan yang ada disuatu wilayah. Nilai manfaat ekonomi tersebut
dihitung berdasarkan hasil akhir luasan simulasi penggunaan lahan dikalikan dengan tingkat keuntungan masing-masing penggunaan lahan land use
profitability. Cara ini sangat sederhana dan merupakan pendekatan awal dari metode penghitungan manfaat ekonomi dari perubahan penggunaan lahan.
Gambar 4.36 Grafik Perubahan Manfaat Ekonomi dari Penerapan Skenario
-8.00 -6.00
-4.00 -2.00
0.00 2.00
4.00 6.00
Skenario Aksi Taman Nasional Skenario Aksi Ijin Perkebunan
skenario Aksi Perkebunan Rakyat Skenario Aksi Hutan Desa
Manfaat Ekonomi Penggunaan Lahan
Sebagai salah satu indikator dalam melihat efektifitas suatu aksi mitigasi maka manfaat ekonomi penggunaan lahan layak untuk diperhatikan. Berdasarkan
hasil perhitungan didapatkan bahwa dari ke-empat skenario aksi yang dibuat semuanya memiliki dampak terhadap ekonomi penggunaan lahan tersebut. Dua
kategori utama dari manfaat ekonomi yang ditunjukan adalah yang berada di sebelah kanan sumbu y menunjukkan skenario yang memberikan manfaat
ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan baseline, sedangkan skenario yang berada di sebelah kiri sumbu y menunjukkan perubahan manfaat ekonomi negatif
- secara relatif terhadap baseline. Hal tersebut dapat dipahami bahwa dalam skenario aksi pada Hutan Desa,
Perkebunan Rakyat, dan Ijin Perkebunan melibatkan ekstensifikasi beberapa penggunaan lahan yang memiliki land use profitability lebih tinggi, sedangkan
skenario aksi pada Taman Nasional lebih banyak untuk melakukan perlindungan luasan tutupan hutan yang ada, sehingga saat ini perhitungan manfaat ekonomi
hutan masih relatif lebih rendah dibanding dengan penggunaan lahan lain yang dikelola secara intensif.
4.9. Rencana Penggunaan Lahan sebagai Implementasi Rencana Aksi
Penelitian ini menitikberatkan kepada prediksi penggunaan lahan masa yang akan datang untuk kepentingan pembangunan rendah emisi dari kegiatan
berbasis penggunaan lahan. Hal penting yang dapat diambil adalah bagaimana menterjemahkan RTRW kedalam konfigurasi penggunaan lahan, dan membuat
rekomendasi penggunaan lahan untuk tujuan-tujuan perencanaan pembangunan. Sebagai kajian ilmiah, rekomendasi penggunaan lahan tersebut dapat
dipertimbangkan dalam penyusunan perencanaan pembangunan secara lebih umum.
4.9.1. Rencana Penggunaan Lahan Pada Unit Perencanaan Taman Nasional Luas Taman Nasional yang masuk dalam perhitungan simulasi ini adalah
seluas 151.458 hektar yang meliputi Tabir Barat, Pangkalan Jambu, Sungai Manau, Muara Siau, Lembah Masurai, Jangkat dan Sungai Tenang.
Tabel 4.26 Proyeksi Penggunaan Lahan pada Unit Perencanaan Taman Nasional
No Penggunaan Lahan
Luas ha Penggunaan
Lahan 2010 Proyeksi
Penggunaan Lahan 2030
Proyeksi Penggunaan
Lahan 2030 Skenario
Mitigasi 1
Tanaman semusim 29
28 28
2 Rerumputan
156 148
152 3
Monokultur karet 158
149 157
4 Tanah terbuka
255 248
250 5
Semak 372
355 362
6 Permukiman
411 391
401 7
Monokultur sawit 444
425 430
8 Padi Sawah
677 648
660 9
Tubuh air 702
684 691
10 Agroforestri kayu manis
927 888
904 11
Monokultur kayu manis 1.109
1.049 1.081
12 Agroforestri karet
1.108 1.059
1.090 13
Agroforestri kopi 1.635
8.534 8.574
14 Hutan sekunder kerapatan rendah
22.230 26.519
25.290 15
Hutan primer 44.093
41.980 42.990
16 Hutan sekunder kerapatan tinggi
76.967 68.177
68.218 17
Tanaman semusim 29
28 28
18 Rerumputan
156 148
152
Tabel 4.26 menunjukkan simulasi penggunaan lahan yang akan datang hingga tahun 2030, proyeksi penggunaan lahan tersebut meliputi proyeksi yang
merupakan baseline dan proyeksi setelah skenario mitigasi, jika skenario mitigasi ini diterapkan maka akan terdapat rekomendasi luasan dari tiap penggunaan lahan
yang ada di Unit Perencanaan Taman Nasional atau dengan kata lain dengan konfigurasi penggunaan lahan yang ada tersebut sudah mampu secara signifikan
berperan dalam pembangunan yang berorientasi kepada pengurangan emisi dari kegiatan penggunaan lahan, sedangkan matriks aktivitas mitigasinya dapat dilihat
pada Lampiran 5. Secara keruangan proyeksi penggunaan lahan berdasarkan Business As
Usual BAU dan setelah adanya skenario aksi dapat dilihat pada Gambar 4.37. Gambar tersebut mengilustrasikan perbandingan konfigurasi penggunaan lahan
masa yang akan datang tahun 2030 berdasarkan laju perubahan masa lalu dibandingkan konfigurasi penggunaan lahan setelah skenario aksi yang diusulkan.
Gambar 4.37 Peta Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan di Unit Perencanaan Taman Nasional
Aksi mitigasi pada unit perencanaan Taman Nasional akan berdampak pada meningkatnya luas hutan primer, hutan sekunder kerapatan tinggi, serta
penggunaan lahan berupa agroforestri. Peningkatan luas hutan primer dan hutan sekunder kerapatan tinggi nampak sekali secara signifikan merupakan sumbangan
terhadap berkurangnya emisi di unit perencanaan ini, sementara peningkatan luas
agroforestri juga merupakan sumber peningkatan sekuestrasi yang pada akhirnya akan menurunkan emisi.
Gambar 4.38 Prediksi Luas Penggunaan Lahan di Unit Perencanaan Taman Nasional
4.9.2. Rencana Penggunaan Lahan Pada Unit Perencanaan Ijin Perkebunan Skenario aksi pada Unit Perencanaan Ijin Perkebunan menyebabkan
bertambah luasnya berbagai penggunaan lahan seperti hutan primer, hutan sekunder kerapatan rendah dan monokultur karet, sementara beberapa penggunaan
lahan menunjukkan penurunan luas seperti agroforestri karet, akan tetapi secara umum konfigurasi ini masih memberikan dampak terhadap penurunan emisi. Pada
skenario mitigasi diperkirakan juga luasan tanah terbuka nantinya akan berkurang sehingga diperkirakan tidak akan ditemukan lagi lahan terbuka, sehingga dapat
dipahami meningkatnya monokultur juga meningkatkan simpanan karbon apabila berasal dari penggunaan lahan yang berupa tanah terbuka tersebut. Matriks
rencana perubahan penggunaan lahan pada unit ini dapat dilihat pada Lampiran 6.
- 20,000
40,000 60,000
80,000 100,000
Tanaman semusim Rerumputan
Monokultur karet Tanah terbuka
Semak Permukiman
Monokultur sawit Padi Sawah
Tubuh air Agroforestri kayu manis
Monokultur kayu manis Agroforestri karet
Agroforestri kopi Hutan sekunder kerapatan rendah
Hutan primer Hutan sekunder kerapatan tinggi
Luas hektar Pen
g g
u n
a a
n La
h a
n
Penggunaan Lahan 2010 Proyeksi Penggunaan Lahan 2030
Proyeksi Penggunaan Lahan 2030 Skenario Mitigasi
Tabel 4.27 Proyeksi Penggunaan Lahan pada Unit Perencanaan Ijin Perkebunan
No Penggunaan Lahan
Luas ha Penggunaan
Lahan 2010 Proyeksi
Penggunaan Lahan 2030
Proyeksi Penggunaan
Lahan 2030 Skenario
Mitigasi 1
Agroforestri kelapa_pinang 18
13 15
2 Rerumputan
23 23
23 3
Kebun campur 36
36 36
4 Tanah terbuka
578 60
- 5
Tanaman semusim 741
347 281
6 Tubuh air
1.130 1.130
1.130 7
Agroforestri kayu manis 1.465
373 1.578
8 Padi Sawah
2.417 1.257
445 9
Semak 2.726
3.122 2.079
10 Monokultur kayu manis
3.153 711
3.283 11
Hutan sekunder kerapatan rendah 4.096
4.173 4.637
12 Hutan primer
4.869 2.538
4.869 13
Agroforestri kopi 8.599
12.689 9.156
14 Permukiman
9.485 14.287
10.564 15
Monokultur sawit 14.150
10.469 11.850
16 Hutan sekunder kerapatan tinggi
18.875 11.027
11.250 17
Agroforestri karet 36.009
46.736 43.847
18 Monokultur karet
55.945 55.324
59.272
Hal yang sama dapat dilihat pada Gambar 4.39, secara grafis dapat dilihat lebih jelas bagaimana perubahan penggunaan lahan pada tahun 2010
dibandingkan dengan baseline pada tahun 2030, dan proyeksi sesuai skenario aksi.
Gambar 4.39 Grafik Prediksi Luas Penggunaan Lahan di Unit Perencanaan Ijin Perkebunan
50,000 100,000
Agroforestri kelapa_pinang Rerumputan
Kebun campur Tanah terbuka
Tanaman semusim Tubuh air
Agroforestri kayu manis Padi Sawah
Semak Monokultur kayu manis
Hutan sekunder kerapatan rendah Hutan primer
Agroforestri kopi Permukiman
Monokultur sawit Hutan sekunder kerapatan tinggi
Agroforestri karet Monokultur karet
Luas hektar Pen
g g
u n
aan Lah
an
Penggunaan Lahan 2010 Proyeksi Penggunaan
Lahan 2030 Proyeksi Penggunaan
Lahan 2030 Skenario Mitigasi