Tabel 4.27 Proyeksi Penggunaan Lahan pada Unit Perencanaan Ijin Perkebunan
No Penggunaan Lahan
Luas ha Penggunaan
Lahan 2010 Proyeksi
Penggunaan Lahan 2030
Proyeksi Penggunaan
Lahan 2030 Skenario
Mitigasi 1
Agroforestri kelapa_pinang 18
13 15
2 Rerumputan
23 23
23 3
Kebun campur 36
36 36
4 Tanah terbuka
578 60
- 5
Tanaman semusim 741
347 281
6 Tubuh air
1.130 1.130
1.130 7
Agroforestri kayu manis 1.465
373 1.578
8 Padi Sawah
2.417 1.257
445 9
Semak 2.726
3.122 2.079
10 Monokultur kayu manis
3.153 711
3.283 11
Hutan sekunder kerapatan rendah 4.096
4.173 4.637
12 Hutan primer
4.869 2.538
4.869 13
Agroforestri kopi 8.599
12.689 9.156
14 Permukiman
9.485 14.287
10.564 15
Monokultur sawit 14.150
10.469 11.850
16 Hutan sekunder kerapatan tinggi
18.875 11.027
11.250 17
Agroforestri karet 36.009
46.736 43.847
18 Monokultur karet
55.945 55.324
59.272
Hal yang sama dapat dilihat pada Gambar 4.39, secara grafis dapat dilihat lebih jelas bagaimana perubahan penggunaan lahan pada tahun 2010
dibandingkan dengan baseline pada tahun 2030, dan proyeksi sesuai skenario aksi.
Gambar 4.39 Grafik Prediksi Luas Penggunaan Lahan di Unit Perencanaan Ijin Perkebunan
50,000 100,000
Agroforestri kelapa_pinang Rerumputan
Kebun campur Tanah terbuka
Tanaman semusim Tubuh air
Agroforestri kayu manis Padi Sawah
Semak Monokultur kayu manis
Hutan sekunder kerapatan rendah Hutan primer
Agroforestri kopi Permukiman
Monokultur sawit Hutan sekunder kerapatan tinggi
Agroforestri karet Monokultur karet
Luas hektar Pen
g g
u n
aan Lah
an
Penggunaan Lahan 2010 Proyeksi Penggunaan
Lahan 2030 Proyeksi Penggunaan
Lahan 2030 Skenario Mitigasi
Secara spatially explicit prediksi penggunaan lahan pada masa yang akan datang di tahun 2030 dapat dilihat pada Gambar 4.40 di bawah ini, terdapat
beberapa piksel yang menunjukkan perubahan penggunaan lahan.
Gambar 4.40 Peta Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan pada Unit Perencanaan Ijin Perkebunan
4.9.3. Rencana Penggunaan Lahan Pada Unit Perencanaan Perkebunan Rakyat Skenario aksi untuk mempertahankan keberadaan hutan primer,
mempertahanakan tutupan hutan sekunder dari konversi menjadi perkebunan kelapa sawit, serta mempertahanakan penggunaan lahan berupa sawah
menghasilkan konfigurasi penggunaan lahan seperti terlihat pada Tabel 4.28, sedangkan matriks rencana perubahan penggunaan lahan pada unit perencanaan
ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Terdapat beberapa penggunaan lahan dengan luasan tetap antara skenario
baseline dibandingkan dengan skenario aksi, sedangkan terdapat beberapa penggunaan lahan yang mengalami perubahan luas seperti hutan sekunder
kerapatan rendah dari 1.717 hektar menjadi 2.010 hektar, agroforestri karet dari 7.866 hektar menjadi 14.556 hektar, sementara monokultur sawit mengalami
penurunan dari 43.391 hektar menjadi 37.500 hektar, sedangkan monokultur karet dari 55.937 hektar menjadi 52.683 hektar.
Tabel 4.28 Proyeksi Penggunaan Lahan pada Unit Perencanaan Perkebunan Rakyat
No Penggunaan Lahan
Luas ha Penggunaan
Lahan 2010 Proyeksi
Penggunaan Lahan 2030
Proyeksi Penggunaan
Lahan 2030 Skenario
Aksi 1
Monokultur kayu manis 3
3 3
2 Rerumputan
15 15
15 3
Agroforestri kayu manis 23
23 23
4 Agroforestri kopi
49 49
49 5
Agroforestri kelapa_pinang 59
59 59
6 Kebun campur
86 86
86 7
Tanah terbuka 537
537 537
8 Tanaman semusim
670 670
670 9
Hutan primer 1.321
1.321 1.321
10 Semak
1.452 1.452
1.452 11
Hutan sekunder kerapatan rendah 1.703
1.717 2.010
12 Padi Sawah
2.219 2.219
2.219 13
Tubuh air 2.545
2.545 2.545
14 Hutan sekunder kerapatan tinggi
5.779 512
2.674 15
Permukiman 12.429
12.429 12.429
16 Agroforestri karet
21.056 7.866
14.556 17
Monokultur sawit 34.882
43.391 37.500
18 Monokultur karet
46.003 55.937
52.683
Beberapa penggunaan lahan untuk simulasi tahun 2030 antara baseline dengan skenario aksi memperlihatkan luasan tetap, hal ini mengindikasikan
bahwa penggunaan lahan tersebut tidak secara langsung terintervensi dari skenario aksi. Untuk aktivitas mitigasi yang berbeda akan menghasilkan pola penggunaan
lahan yang berbeda pula dari luasannya, dimana luasan tersebut masih dipengaruhi oleh laju perubahan masa lalunya.
Gambar 4.41 Prediksi Luas Penggunaan Lahan di Unit Perencanaan Perkebunan Rakyat
Gambar 4.42 menunjukkan sebaran Unit Perencanaan Perkebunan Rakyat yang terletak pada bagian yang relatif datar dan sedang. Unit perencanaan ini
tidak berdekatan dengan kawasan lindung yang ada di Kabupaten Merangin. Sebagai Unit perencanaan untuk kegiatan ekonomi masyarakat, perubahan
penggunaan lahannyapun diarahkan untuk kegiatan dengan nilai ekonomi tinggi. Dalam konteks mitigasi penggunaan lahannya juga diarahkan untuk peningkatan
simpanan karbon dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Skenario aksi pada unit perencanaan ini juga mengindikasikan adanya
kegiatan adaptasi terhadap perubahan iklim dimana masyarakat diarahkan untuk memilih penggunaan lahan yang lebih tahan iklim, namun secara ekonomi
masyarakat juga dapat mengambil manfaat dari penggunaan lahan yang ada yaitu dengan tidak hanya mempertahankan tutupan hutan akan tetapi mempertahankan
juga luasan lahan pertanian yang telah dikelola oleh masyarakat. Arahan dari
20,000 40,000
60,000 Monokultur kayu manis
Rerumputan Agroforestri kayu manis
Agroforestri kopi Agroforestri kelapa_pinang
Kebun campur Tanah terbuka
Tanaman semusim Hutan primer
Semak Hutan sekunder kerapatan rendah
Padi Sawah Tubuh air
Hutan sekunder kerapatan tinggi Permukiman
Agroforestri karet Monokultur sawit
Monokultur karet
Luas hektar Pe
n g
g u
n a
a n
L a
h a
n
Penggunaan Lahan 2010 Proyeksi Penggunaan Lahan 2030
Proyeksi Penggunaan Lahan 2030 Skenario Mitigasi
skenario ini memperlihatkan pentinganya keseimbangan antara fungsi mempertahankan manfaat ekonomi dengan penurunan emisi.
Gambar 4.42 Peta Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan pada Unit Perencanaan Perkebunan Rakyat
4.9.4. Rencana Penggunaan Lahan Pada Unit Perencanaan Hutan Desa Skenario aksi pada unit perencanaan Hutan Desa juga dilakukan sebagai
upaya adaptasi dengan meningkatkan kemampuan area untuk menghasilkan produksi pertanian dan perkebunan melalui mempertahankan keberadaan hutan
dan sekunder dan mempertahankan keberadaan tanaman semusim dan
agroforestri karet dari kemungkinannya berubah menjadi penggunaan lahan lain. Dari skenario aksi tersebut menghasilkan proyeksi penggunaan lahan untuk masa
yang akan datang seperti terdapat pada Tabel 4.29, sedangkan matriks rencana perubahan penggunaan lahannya dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 4.29 Proyeksi Penggunaan Lahan pada Unit Perencanaan Hutan Desa
No Penggunaan Lahan
Luas ha Penggunaan
Lahan 2010 Proyeksi
Penggunaan Lahan 2030
Proyeksi Penggunaan
Lahan 2030 Skenario Aksi
1 Hutan primer
11 3
11 2
Tanaman semusim 26
26 26
3 Hutan primer
11 3
11 4
Tanaman semusim 26
26 26
5 Rerumputan
42 42
42 6
Tanah terbuka 52
52 52
7 Monokultur sawit
78 78
78 8
Monokultur karet 173
173 173
9 Tubuh air
191 191
191 10
Padi Sawah 233
233 233
11 Permukiman
390 390
390 12
Monokultur kayu manis 533
1.188 553
13 Semak
553 2.749
553 14
Agroforestri kayu manis 675
1.482 675
15 Agroforestri karet
1.081 3.806
2.734 16
Agroforestri kopi 1.442
5.523 1.442
17 Hutan sekunder kerapatan rendah
2.880 3.172
4.605 18
Hutan sekunder kerapatan tinggi 27.463
16.715 24.085
Sebagai bagian aksi mitigasi maka penggunaan lahan yang ada di unit perencanaan ini menunjukkan bertambahnya luas penggunaan lahan hutan
sekunder kerapatan tinggi dan hutan sekunder kerapat rendah dibandingkan kondisi baseline.
Gambar 4.43 Prediksi Luas Penggunaan Lahan di Unit Perencanaan Hutan Desa
10,000 20,000
30,000
Hutan primer Tanaman semusim
Rerumputan Tanah terbuka
Monokultur sawit Monokultur karet
Tubuh air Padi Sawah
Permukiman Monokultur kayu manis
Semak Agroforestri kayu manis
Agroforestri karet Agroforestri kopi
Hutan sekunder kerapatan rendah Hutan sekunder kerapatan tinggi
Luas hektar Pen
g g
u n
a a
n La
h a
n
Penggunaan Lahan 2010
Proyeksi Penggunaan Lahan 2030
Proyeksi Penggunaan Lahan 2030
Skenario Mitigasi
Secara spasial perubahan penggunaan lahan seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya dapat dilihat pada Gambar 4.44 menunjukkan adanya upaya
mempertahankan tutupan hutan di dalam unit perencanaan hutan adat, namun demikian dengan memperhatikan keberadaan penggunaan lahan produktif lain
yang menguntungkan secara ekonomi.
Gambar 4.44 Peta Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan pada Unit Perencanaan Hutan Desa
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Beberapa simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kabupaten Merangin
menggambarkan relasi antara manusia dengan lingkungan, yang ditunjukan dengan berkurangnya luas tutupan hutan dengan laju rata-rata deforestasi pada
periode 2005-2010 sebesar 15.728 hatahun sedangkan laju degradasi hutan sebesar 49.856 hatahun, serta disertai meluasnya berbagai jenis penggunaan
lahan yang lebih berorientasi ekonomi. 2. Laju emisi historis Kabupaten Merangin selama periode 2005-2010 adalah
sebesar 13.312.613,70 ton CO
2
-eqtahun dimana Taman Nasional, Ijin Perkebunan, dan Perkebunan Rakyat merupakan unit perencanaan dengan laju
emisi CO
2
terbesar yang terjadi selama tahun 2005-2010 dari kegiatan perubahan penggunaan lahan.
3. Emisi kumulatif tahun 2005 - 2030 yang menunjukkan tingkat acuan reference level berdasarkan pendekatan historical projection sebesar
166.078.842,12 ton CO
2
-eq, sedangkan emisi kumulatif berdasarkan pendekatan forward looking sebesar 65.833.993,33 ton CO
2
-eq, hal tersebut membuktikan identifikasi rencana penggunaan lahan terhadap pola ruang
RTRW Kabupaten Merangin menunjukkan rendahnya proyeksi emisi CO
2
yang akan datang. 4. Aktivitas mitigasi yang telah disepakati oleh stakeholders dan sebagai hasil
penelitian ini terdiri dari aktivitas mitigasi pada Taman Nasional, Ijin Perkebunan, Perkebunan Rakyat, dan Hutan Desa dimana aktivitas mitigasi di
Taman Nasional akan memberikan dampak penurunan emisi terbesar yaitu sekitar 33 terhadap tingkat acuan-nya, dengan adanya kemungkinan
penurunan dampak ekonomi penggunaan lahan sebesar 6 .
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pemerintah Kabupaten Merangin menunjukkan perlunya kebijakan terkait penegakan implementasi tata ruang wilayah secara lebih tegas,
mengingat tingginya emisi CO
2
yang terjadi di Unit Perencanaan Taman Nasional
2. Beberapa aksi mitigasi yang dibuat menunjukkan keinginan pemerintah kabupaten untuk melakukan intervensi pada unit perencanaan yang
sebenarnya bukan merupakan kawasan lindung, akan tetapi dengan tingginya potensi dampak penurunan emisi yang terdapat pada unit perencanaan tersebut
menjadikan usulan aktivitas mitigasi ini perlu untuk didukung. 3. Diperlukan penelaahan lebih lanjut untuk membagi kewenangan pemerintah
pusat, provinsi, dan kabupaten terkait kebijakan di masing-masing unit perencanaan sehingga aktivitas mitigasi yang direncanakan tersebut dapat
berhasil. 4. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menyusun rencana aksi terkait
kondisi pemungkin dan kegiatan penunjang yang diperlukan untuk menunjang pelaksanana aktivitas mitigasi yang telah disusun.
5. Mendorong dibuatnya Rencana Aksi Daerah RAD yang disusun oleh kabupaten sebagai bentuk pelaksanakan kegiatan mitigasi perubahan iklim
yang lebih bersifat operasional.
DAFTAR PUSTAKA
Alig R, Latta G, Adams D, McCarl B. 2010. Mitigating Greenhouse Gases: The Importance of Land Base Interactions Between Forests, Agriculture, and
Residential Development in the Face of Changes in Bioenergy and Carbon Prices. Journal of Forest and Economics 12: 67-75.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Merangin . 2012. Merangin Dalam Angka. Kabupaten Merangin
[BPS] Badan Pusat Statistik, 2012. Survei Angkatan Kerja Nasional Sakernas:2012, Jakarta.
Campos CP, Muylaert MS, Rosa LP. 2005. Historical CO
2
Emission and Concentrations due to Land Use Change of Croplands and Pastures by
Country. Science of Total Environment 346: 149-155. Elsevier Science Ltd. Davoudi S, Crawford J., Mehmood A, Editors. 2009. Planning for Climate
Change; Strategies for Mitigation and Adaptation for Spatial Planners. London, UK : Earthscan.
Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Merangin, 2014. Statistik Kehutanan Kabupaten Merangin, Merangin, ID.
[DEFRA] Department for Environment, Food and Rural Affairs. 2005. Climate Change and The Green House Effect: a Briefing from Tthe Hadley Centre.
Tersedia dari : http:www.metoffice.comresearchhadleycentrepubsbrochures2005climat
e_greenhouse.pdf
Firman T., Surbakti I, Idroes I, Simarmata H. 2011. Potential climate-change related vulnerabilities in Jakarta:Challenges and current status, Journal of
Habitat International 35: 372-378. Galudra G, Agung P, Suyanto, van Noordwijk, Pradhan U. 2011. Enabling
Strategy, Legal and Policy Environments for Low-Carbon Emission Development Pathways and Promotion of Profitble, Diverse Agroforestry and
Sustainable livelihoods. Climate and Land-Use Alliance CLUA Final Report. Bogor, Indonesia, World Agroforestry Centre ICRAF Southeast
Asia Regional Program
Hairiah K, Hamid A, Widianto, Kurniawan S, Wicaksono KS, Sari RR, Lestariningsih ID, Lestari ND. 2010. Potensi Kawasan Tahura R. Soerjo
Sebagai Penambat Dan Penyimpan Karbon. Universitas Brawijaya, Fakultas Pertanian, In Press.
Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran „Karbon Tersimpan‟ Di Berbagai
Macam Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office, Universitas Brawijaya, Indonesia. 77 hal.
Hansen M C, Stehman SV, Potapov PV, Arunarwati B, Stolle, Pittman. 2009. Quantifying Changes in the Rates of Forest Clearing in Indonesia from 1990
to 2005 Using Remotely Sensed Data Sets, Environment Research Letters 4:034001 12pp.
Harja D, Dewi S, Noordwijk MV, Ekadinata A, Rahmanulloh A, Johana F. 2012. REDD Abacus SP-User Manual and Software, Bogor, Indonesia, World
Agroforestry Centre-ICRAF, SEA Regional Office. 89p. Houghton, R.A. Tropical Deforestation as a Sources of Green House Gass
Emission in Tropical Deforestation and Climate Change.P. Moutinho and
S.Schwartzman, Eds Amazon Institute for Environmental Research: Para, Brazil. pp.13-21.
[IDAG] International Ad Hoc Detection Group. 2005. Detecting and attributing external influences on the climate system: a review of recent advances,
Journal of Climate 18: 1291-1314 [IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2001a, Climate change
2001: Summary for Policy Makers, A Contribution of Working Groups I, II and III to the Third Assessment Report of the Intergovernmental Panel on
Climate Change, Watson RT, and the Core Writing Team Eds., Cambridge: Cambridge University Press.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2001b, Climate change 2001: The Scientific Basis.Contribution of Working Group I to the Third
Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, Houghton JT, Ding Y, Griggs DJ Eds., Cambridge: Cambridge University
Press.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2006. Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories, Prepared by the National Greenhouse
Gas Inventories Programme, Eggleston H.S., Buendia L., Miwa K., Ngara T. and Tanabe K. Eds. Published: IGES, Japan.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2007a. Climate Change 2007: Synthesis Report. Contribution of Working Groups I, II and III to the
Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. R. K. Pachauri and A. Reisinger Eds. Geneva.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2007b. Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the
Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, S. Solomon, D. Qin, M. Manning, Z. Chen, M. Marquis, K. B.
Averyt, M. Tignor and H. L. Miller Eds, Cambridge and New York: Cambridge University Press.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2007c. Climate Change 2007: Impacts, Adaptation and Vulnerability. Contribution of Working Group
II to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, M. L. Parry, O. F. Canziani, J. P. Palutikof, P. J. van der
Linden and C. E. Hanson Eds. Cambridge: Cambridge University Press.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2007d. Climate Change 2007: Mitigation. Contribution of Working Group III to the Fourth
Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. B. Metz, O. R. Davidson, P. R. Bosch, R. Dave, L. A. Meyer Eds. Cambridge
and New York: Cambridge University Press.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2007e. Summary for Policymakers. In: B. Metz, O. R. Davidson, P. R. Bosch, R. Dave and L. A.
Meyer Eds, Climate Change 2007: Mitigation. Contribution of Working Group III to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on
Climate Change, Cambridge and New York: Cambridge University Press.
Khan, M.Y. 1993. Theory Problems in Financial Management. Boston, USA: McGraw Hill Higher Education.
ISBN 978-0-07-463683-1
. Koomen E, Rietveld P, Nijs Ton de. 2007. Modelling Land-use Change for
Spatial Planning Support, Ann. Reg Sci 42:1-10, Springer-Verlag.
Lambin E.F, Meyfroidt P. 2010, Land Use Transitions: Socio-Ecological Feedback Versus Socio-Economic Change, Land Use Policy 27 2: 108-118.
Manda, M.A.Z., 2006. Can Malawi Meet MDG 7. In : Manda, M.AZ., Kaunda, M. Eds. Local Governance and Planning in Malawi. Malawi Institute of
Physical Planners. Lilongwe, pp.61-79. Meyfroidt P, Lambin E.F. 2009. Forest Transition In Vietnam And Displacement
Of Deforestation Abroad, Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America 106 38 : 16139-44.
Notohadiprawiro T. 1978. Suatu Konsep Tentang Wilayah dan Perwilayahan. Lokakarya Program Studi Perancangan dan Pembangunan Regional UGM,
Yogyakarta, ID. Pemerintah Kabupaten Merangin, 2014. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Kabupaten Merangin Tahun 2014-2020. Pielke R A Sr. 2002. The Influence of Land-Use Change and Landscape
Dynamics on The Climate System; Relevance to Climate Change Policy Beyond The Radiative Effect of Greenhouse Gases, Phil. Trans R, Soc. Lond.
A 360, 1705-1719, The Royal Society.
Rudel, T. K., Schneider L, Uriarte M. 2010, Forest Transitions: An Introduction, Land Use Policy 27 2: 95-97.
Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju Dyah R. 2012. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Jakarta, ID : Yayasan Obor Indonesia.
Stern N. 2007, The Economics of Climate Change: The Stern Review, Cambridge, USA : Cambridge University Press.
Sanderson J, Islam S.M.N. 2007. Climate Change and Economic Development, New York, USA: Palgrave Macmillan.
Turner, D. P., M. Guzy, M. A. Lefsky, W. D. Ritts, S. Van Tuyl, and B. E. Law. 2004. Monitoring Forest Carbon Sequestration With Remote Sensing and
Carbon Cycle Modeling. Environmental Management 33:457 –466
[UKCIP] United Kingdom Climate Impact Programme. 2001. Socio-Economic Scenarios For Climate Change Impact Assessment: A Guide To Their Use In
The UK Climate Impacts Programme, Oxford Vuuren D, Elzen M, Lucas P, Eickhout B, Strengers B, Rijven B, Wonink S,
Houdt R. 2007. Stabilizing Greenhouse Gas Concentrations at Low Levels:
an Assessment of Reduction Strategies and Costs, Journal of Climatic Change 81:119
–159. [WRI] World Resources Institute. 2006.
Climate Analysis Indicators Tool CAIT On-Line Database Version 3.0., Washington, DC, Tersedia dari :
http:cait.wri.org Wu J.2008. Land Use Changes: Economic, Social, and Environmental Impacts,
Choice 4th Quarter: 23 4: 6-10 Yusuf A, Fransisco H. 2009. Climate Change Vulnerability Mapping For
Southeast Asia. Singapore: Economy and Environment Program for Southeast Asia EEPSEA.