Pengenalan Subwilayah dan Potensi Intervensinya Melalui Unit Perencanaan

solusinya dengan para pihak. Berbagai perbedaan pandangan terhadap rekonsiliasi konflik merupakan bagian dari dinamika diskusi yang dilakukan. Unit perencanaan disini menunjukkan karakteristik khusus dari kebijakan pengelolaan ruang dan penggunaan lahan yang diatur didalamnya. Terdapat 17 unit perencanaan yang selanjutnya digunakan untuk menganalisis sumber-sumber emisi, mensimulasi penggunaan lahan masa yang akan datang, serta menuntun dalam membuat aksi mitigasi di Kabupaten Merangin. Deskripsi singkat mengenai unit perencanaan dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Penjelasan Unit Perencanaan No Unit Perencanaan Deskripsi Singkat Luas ha 1 Hortikultura Unit perencanaan untuk pengembanan dan penanaman komoditas sayuran dataran tinggi 21.652 2 HTI Unit perencanaan untuk pengembangan hutan tanaman dan pengambilan manfaat kayu hutan 26.770 3 HTR Unit perencanaan untuk mengembangkan Agroforest 12.315 4 Hutan Desa Unit perencanaan untuk pengembangan hutan yang dikelola oleh masyarakat desa dengan mendorong masyarakat menanam tanaman hutan non kayu untuk mengembalikan kepada kondisi hutan 37.731 5 Hutan Lindung Unit perencanaan untuk mempertahankan luasan hutan agar tidak dimanfaatkann untuk penggunaan lahan lain 27.904 6 Hutan Produksi Unit perencanaan untuk mengelola hutan dengan aktivitas yang tidak merusak kawasan hutan 29.836 7 Hutan Produksi Terbatas Unit Perencanaan untuk mengelola hutan dengan aktivitas yang tidak merusak kawasan dan dengan penggunaan yang terbatas 7.407 8 Izin Perkebunan Unit perencanaan untuk mengggunakan areal ijin menjadi penggunaan untuk kelapa sawit, karet maupun komoditas tanaman perkebunan lainnya 165.109 9 Izin Pertambangan Unit perencaan yang akan dibuka menjadi areal pertambangan dengan disertai kegiatan reklamasi lahan 60.436 10 Lahan Basah Unit perencanaan untuk pengembangan tanaman pangan berupa sawah 10.908 11 Lahan Kering Unit perencanaan untuk pengembangan pertanian lahan kering dan padang penggembalaan 3.975 12 Perkebunan Rakyat Unit perencanaan untuk pengembangan tanaman perkebunan karet, sawit dan kopi 130.869 13 Permukiman Unit perencanaan untuk pengembangan permukiman diluar kawasan hutan 28.491 14 Taman Nasional Unit perencanaan untuk perlindungan kawasan dari kegiatan yang diperbolehkan dalam status taman nasional 152.192 15 Hutan Adat Unit perencanaan untuk memberikan pengakuan kepada komunitas adat dalam pengelolaan hutan 2.696 16 Rencana Penggunaan Lainnya Unit perencanaan yang akan dipergunakan untuk pengembangan perkembangan perkebunan rakyat dan permukiman 21.641 17 Taman Wisata Alam Unit perencanaan yang akan dipergunakan menunjang fungsi kawasan taman wisata alam 71 a. Unit Perencanaan Hortikultura Hortikultura merupakan salah satu areal pengembangan wilayah di Kabupaten Merangin yang ditetapkan sebagai pengembangan berbagai tanaman semusim. Tujuan dari area ini adalah untuk memenuhi kebutuhan sayuran dan umi-umbian baik untuk dalam wilayah maupun akan dipasarkan ke luar wilayah kabupaten, dengan komoditas unggulan berupa kentang, sayur-sayuran, cabe dan nilam. Gambar 4.4 Unit Perencanaan Hortikultura Unit Perencanaan Hortikultura terletak di bagian selatan Kabupaten Merangin yang meliputi Kecamatan Lembah Masurai, Kecamatan Jangkat, dan Kecamatan Sungai Tenang. Kawasan ini terletak pada daerah dengan topografi berbukit-bukit dengan kondisi suhu udara yang relatif dingin. b. Unit Perencanaan Hutan Tanaman Industri HTI Dilihat dari pengertiannya, Hutan Tanaman Industri juga umum disingkat HTI adalah sebidang luas wilayah yang ditanami dengan tanaman industri terutama kayu dengan tipe sejenis dengan tujuan menjadi sebuah hutan yang secara khusus dapat dieksploitasi tanpa membebani hutan alami. Hasil hutan tanaman industri berupa kayu bahan baku pulp dan kertas jenis tanaman akasia serta kayu pertukangan Meranti, mulai dikembangkan sejak tahun 1990. Gambar 4.5 Unit Perencanaan HTI Unit perencanaan HTI di Kabupaten Merangin merupakan area yang dialokasikan untuk pengembangan hutan tanaman. Karakteristik khusus dari pengelolan unit ini adalah pengelolan yang dilakukan oleh perusahaan yang memegang ijin. Walaupun sebagian besar telah dikuasai oleh perusahaan pemegang ijin akan tetapi penggunaan lahan yang ada di unit perencanaan ini masih menunjukkan berbagai penggunaan lahan yang sangat variatif. c. Unit Perencanaan Hutan Tanaman Rakyat HTR Unit perencanaan HTR merupakan area dengan penggunaan lahan yang berada di dalam kawasan Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbatas yang dibangun berdasarkan usulan ijin kawasan HP dan HPT yang manajemen pengelolaannya berbasiskan masyarakat dalam Hutan Tanaman Rakyat. HTR merupakan hutan produksi yang dibangun oleh perorangan atau koperasi untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan sistem silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan. Gambar 4.6 Unit Perencanaan HTR Pentingnya pembuatan unit perencanaan ini adalah dimana industri kehutanan saat ini kekurangaan pasokan bahan baku, untuk itu pemerintah membuka peluang kepada masyarakat untuk turut mengantisipasi kekurangan bahan baku industri kayu melalui pembangunan hutan tanaman rakyat yang melibatkan masyarakat luas. Dengan mengedepankan prinsip keadilan, maka masyarakat akan diberikan akses untuk ikut membangun Hutan Tanaman Rakyat yaitu Hutan Tanaman skala kecil dan menengah dalam luasan 5 - 15 hektar per KK Kepala Keluarga. Pemberian akses yang lebih luas kepada masyarakat dalam pengelolaan hutan ini merupakan gerbang menuju terwujudnya visi pembangunan kehutanan. d. Unit Perencanaan Hutan Adat Hutan adat merupakan hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat. Unit perencanaan hutan adat dibangun berdasarkan penetapan wilayah hutan adat oleh Bupati Merangin yang berada baik di kawasan budidaya maupun kawasan lindung. Adapun jumlah hutan adat yang ada di Kabupaten Merangin terdapat di delapan tempat yaitu Hutan Adat Desa Baru Pangkalan Jambu, Hutan Adat Rimbo Penghulu Depati Gento Rajo, Hutan Adat Guguk, Hutan Adat Imbo Pasoko dan Imbo Parobokalo, Hutan Adat Bukit Pintu Kato, Hutan Adat Bukit Temanang, dan Hutan Adat Limbur Merangin. Tujuan penyusunan unit perencanaan hutan adat ini adalah berkaitan dengan pengakuan terhadap wilayah kelola hutan adat tersebut. Gambar 4.7 Unit Perencanaan Hutan Adat e. Unit Perencanaan Hutan Desa Hutan Desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa serta belum dibebani ijin hak. Hutan Negara yang dapat dijadikan areal kerja hutan desa adalah Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan Hutan Produksi. Mulai tahun 2009, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Merangin bekerja sama dengan instansi Kehutanan yang kompeten Kementerian Kehutanan UPT Teknis, Dinas Kehutanan Provinsi Jambi serta beberapa LSM Peduli lingkungan NGO terus melaksanakan kegiatan pengembangan hutan desa di desa-desa yang menjadi sasaran program hutan desa, adapun Hutan Desa Kabupaten Merangin yang telah ditetapkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.9 Penetapan Hutan Desa Kabupaten Merangin No Desa Luas ha 1 Desa Jangkat 4465,37 2 Desa Gedang 1760,60 3 Desa Lubuk Beringin 2706,59 4 Desa Pematang Pauh 2956,43 5 Desa Beringin Tinggi 2907,01 6 Desa Tanjung Mudo 1012,20 7 Desa Tanjung Alam 851,80 8 Desa Koto Baru 761,99 9 Desa Tuo 2180,90 10 Desa Birun 3260,01 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Merangin 20 14 Pembentukan unit perencanaan hutan desa bertujuan untuk memberikan akses kepada masyarakat setempat melalui desa dalam memanfaatkan sumber daya hutan secara lestari, sedangkan tujuan pengembangannya hutan desa adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Gambar 4.8 Unit Perencanaan Hutan Desa f. Unit Perencanaan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung di Kabupaten Merangin memiliki luas kurang lebih 27.904 hektar meliputi hutan lindung Gunung Tungkat di Kecamatan Lembah Masurai dan Kecamatan Sungai Tenang, hutan lindung Bukit Muncung Gunung Gamut di Kecamatan Jangkat dan Kecamatan Sungai Tenang, dan hutan lindung Hulu Landai Bukit Pale di Kecamatan Tiang Pumpung, Kecamatan Muara Siau, Kecamatan Lembah Masurai, dan Kecamatan Sungai Tenang. Gambar 4.9 Unit Perencanaan Hutan Lindung Unit perencanaan hutan lindung adalah unit perencanaan yang merupakan salah satu zonasi rencana pola ruang di dalam RTRW Kabupaten Merangin yang fungsi kawasannya diperuntukkan sebagai kawasan lindung. Tujuan penggunaan unit ini adalah adanya suatu area yang diperuntukan untuk menjaga fungsi lindung suatu kawasan dengan didukung oleh regulasi pemerintah yang sudah pasti. g. Unit Perencanaan Hutan Produksi Kawasan peruntukan hutan produksi tetap di Kabupaten Merangin memiliki luas kurang lebih 105 ribu hektar yang lokasinya tersebar di Kecamatan Tabir Barat, Kecamatan Tabir Ulu, Kecamatan Nalo Tantan, Kecamatan Renah Pembarap, Kecamatan Sungai Manau, Kecamatan Pangkalan Jambu, Kecamatan Pamenang Selatan, Kecamatan Tiang Pumpung, Kecamatan Muara Siau, dan Kecamatan Lembah Masurai. Hutan produksi tetap diperuntukkan sebagai kawasan hutan dan berfungsi untuk menghasilkan hasil hutan bagi kepentingan konsumsi masyarakat, industri dan ekspor, namun secara khusus pada areal hutan produksi tetap merupakan hutan yang dapat dieksploitasi dengan perlakuan cara tebang pilih maupun dengan cara tebang habis. Gambar 4.10 Unit Perencanaan Hutan Produksi Dalam pembuatan unit perencanaan, hutan produksi yang dimaksud merupakan salah satu unit dalam rencana pola ruang di dalam RTRW Kabupaten Merangin sebagai bagian dari fungsi kawasan budidaya yang diperuntukkan sebagai kawasan hutan produksi. Luas kawasan hutan produksi tersebut adalah luas hutan produksi yang telah dikurangi oleh luas unit hutan desa dan hutan tanaman rakyat yang berada di kawasan hutan produksi. h. Unit Perencanaan Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Terbatas HPT merupakan hutan yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih. Hutan Produksi Terbatas merupakan hutan yang dialokasikan untuk produksi kayu dengan intensitas rendah. Hutan produksi terbatas ini umumnya berada di wilayah pegunungan dimana lereng-lereng yang curam mempersulit kegiatan pembalakan. Gambar 4.11 Unit Perencanaan Hutan Produksi Terbatas Pengertian Unit Perencanaan Hutan Produksi Terbatas adalah unit yang merupakan bagian dari fungsi kawasan budidaya yang diperuntukkan sebagai kawasan hutan produksi terbatas, luas kawasan hutan produksi terbatas dalam unit ini juga merupakan luas hutan produksi terbatas yang telah dikurangi oleh luas unit hutan desa, unit hutan tanaman rakyat yang berada di kawasan hutan produksi terbatas, dan unit pertambangan. i. Unit Perencanaan Ijin Perkebunan Unit Perencanaan Ijin Perkebunan dimaksudkan untuk mengidentifikasi wilayah konsesi yang penggunaannya diperuntukkan untuk perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet. Unit perencanaan ini dibangun menggunakan data spasial Hak Guna Usaha HGU untuk perkebunan sawit dan perkebunan karet. Gambar 4.12 Unit Perencanaan Ijin Perkebunan Unit perencanaan ijin perkebunan mengindikasikan adanya rencana penggunaan lahan yang sangat jelas dimana area ini merupakan area di bawah kelola perusahaan swasta untuk pengembangan sawit dan karet. Luas area ini seperti terlihat pada Gambar 4.12 di atas menunjukkan penyebaran yang sangat luas di Kabupaten Merangin, hal tersebut menunjukkan masif-nya rencana penggunaan lahan yang akan terjadi. j. Unit Perencanaan Ijin Pertambangan Kabupaten Merangin memiliki beberapa potensi sumber daya alam yang berasal dari pertambangan, banyak perusahaan tambang yang berminat untuk berinvestasi di bisnis ini. Pemerintah Kabupaten Merangin dengan sumber daya alam yang dimilikinya saat ini juga telah memberikan ijin kepada perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan baik mineral maupun batubara. Potensi pertambangan yang telah dieksploitasi yaitu bahan tambang bijih besi yang termasuk ke dalam pertambangan mineral, selain bijih besi, bahan tambang lain yang sedang di eksplorasi yaitu emas dan batubara. Hingga saat ini jumlah Ijin Usaha Pertambangan IUP yang ada yaitu sebanyak 17 tujuh belas ijin dimana 3 tiga perusahaan telah melakukan operasi produksi, sedangkan 14 perusahaan lainnya masih pada tahap eksplorasi. Beberapa kegiatan pertambangan yang ada di Kabupaten Merangin terdiri dari Bijih Besi, Batubara dan Emas. Bijih Besi Iron Ore merupakan mineral yang didominasi oleh Fe dimana sudah ada beberapa perusahaan yang mengeksploitasi Bijih Besi. Batubara juga dijumpai didaerah ini dengan adanya beberapa perusahaan yang telah mengeksplorasi batu bara di Kecamatan Nalo Tantan, Tabir Ulu, dan Tabir Barat, sementara kegiatan eksplorasi emas baru dilakukan oleh dua perusahaan semenjak tahun 2011. Gambar 4.13 Unit Perencanaan Ijin Pertambangan Tujuan pembentukan unit perencanaan ijin pertambangan adalah untuk mendefinisikan secara khusus mengenai informasi perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada area tersebut beserta kegiatan intervensi yang memungkinkan dilakukan. Unit Perencanaan dibangun berdasarkan wilayah konsesi yang sudah mendapat ijin dari pemerintah untuk kegiatan pertambangan. k. Unit Perencanaan Pertanian Lahan Basah Pertanian lahan basah adalah unit perencanaan yang merupakan salah satu wilayah yang diatur dalam pola ruang RTRW Kabupaten Merangin, bagian dari fungsi kawasan budidaya yang diperuntukkan sebagai kawasan pengembangan sawah. Wilayah ini perlu dimasukan dalam unit perencanaan mengingat perhatian Merangin terhadap upaya menjaga ketahanan pangan. Gambar 4.14 Unit Perencanaan Pertanian Lahan Basah l. Unit Perencanaan Pertanian Lahan Kering, Pertanian Lahan Kering yang dimaksud adalah unit atau wilayah yang merupakan bagian dari fungsi kawasan budidaya yang diperuntukkan pengembangan pertanian lahan kering. Unit perencanaan ini akan dapat mewadahi berbagai kepentingan penyediaan terhadap hasil pertanian yang terdapat di Kabupaten Merangin. Gambar 4.15 Unit Perencanaan Pertanian Lahan Kering Unit perencanaan ini merujuk kepada polygon yang terdapat pada pola ruang RTRW Kabupaten Merangin, dikarenakan tidak adanya data yang lebih rinci dari tiap komoditas yang ada pada unit perencanaan, maka unit perencanaan inilah yang akan digunakan untuk melihat usulan strategi pembangunan rendah emisi yang memungkinkan. m. Unit Perencanaan Perkebunan Rakyat Perkebunan rakyat adalah sub wilayah yang dibangun berdasarkan eksisting penggunaan lahan yang berada di kawasan budidaya untuk perkebunan yang diusahakan sendiri oleh masyarakat diluar penggunaan lainnya. Fungsi unit perencanaan ini adalah untuk mendefinisikan areal yang berfungsi sebagai kegiatan masyarakat secara umum dalam kegiatan masyarakat yang dikelola pada skala rumah tangga. Gambar 4.16 Unit Perencanaan Perkebunan Rakyat n. Unit Perencanaan Permukiman Permukiman adalah sub wilayah yang merupakan salah satu bagian dari rencana pola ruang di dalam RTRW Kabupaten Merangin, yang berada di kawasan budidaya dimana penggunaannya diperuntukkan rencana pengembangan pemukiman. Pembentukan unit ini didasarkan kepada eksisting keterdapatan permukiman, dan rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh Kabupaten Merangin. Gambar 4.17 Unit Perencanaan Permukiman Unit perencanaan permukiman sebagaimana Gambar 4.17 di atas tersebar diseluruh bagian Kabupaten Merangin. Hal tersebut menunjukkan sebaran pola permukiman dan rencana pengembangan yang akan dilakukan. Sebagai unit analisis dalam menentukan kontribusi dan rencana aksi mitigasi unit perencanaan permukiman selayaknya dipertimbangkan mengingat pola sebarannya yang relatif merata. o. Unit Perencanaan Taman Nasional Taman Nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan taman nasional diantaranya memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik yang masih utuh dan alami serta gejala alam yang unik, memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh, mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami, dan merupakan wilayah yang dapat dibagi kedalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba, danatau zona lainnya sesuai dengan keperluan. Sesuai dengan fungsinya Taman Nasional dapat dimanfaatkan untuk kegiatan seperti : penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam, penyimpanan danatau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air, panas, dan angin serta wisata alam, pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar, pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya, dan pemanfaatan tradisional. Gambar 4.18 Unit Perencanaan Taman Nasional Unit perencanaan Taman Nasional yang ada di Kabupaten Merangin adalah sub wilayah dari Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS, yang masuk dalam rencana pola ruang di dalam RTRW Kabupaten Merangin yang fungsinya sebagai kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya. Unit perencanaan ini harus dibuat secara khusus mengingat luasnya wilayah dan arti penting bagi pembangunan di Kabupaten Merangin, namun demikian tidak menutup kemungkinan masyarakat di sekitar Taman Nasional melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat sepeerti pengembangan desa konservasi, pemberian ijin untuk memungut hasil hutan bukan kayu di zona atau blok pemanfaatan, ijin pemanfaatan tradisional, serta ijin pengusahaan jasa wisata alam, dan fasilitasi kemitraan pemegang ijin pemanfaatan hutan dengan masyarakat. p. Unit Perencanaan Taman Wisata Alam, Taman Wisata Alam adalah salah satu sub wilayah yang terdapat dalam pola ruang RTRW Kabupaten Merangin yang fungsinya sebagai kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya. Unit perencanaan yang relatif tidak luas dibandingkan dengan unit lain maka dapat dikatakan dalam analisis, dan penyusunan rencana aksi mitigasi pada unit perencanaan ini tidak akan memberikan dampak yang sangat signifikan, akan tetapi karena aspek pengelolan yang sangat jelas sehingga unit ini perlu diperhatikan secara khusus. Gambar 4.19 Unit Perencanaan Taman Wisata Alam q. Unit Perencanaan Rencana Penggunaan Lainnya Rencana penggunaan lainnya didefinisikan berdasarkan usulan perubahan fungsi lahan kawasan hutan menjadi kawasan budidaya oleh Pemerintah Kabupaten Merangin yang peruntukannya digunakan untuk permukiman, pertanian, perkebunan dan lainnya sesuai dengan potensi lahan yang akan dilepaskan. Berdasarkan pengertian di atas mengindikasikan tingginya harapan kabupaten untuk melakukan kegiatan pembangunan pada unit perencanaan tersebut. Gambar 4.20 Unit Perencanaan Rencana Penggunaan Lainnya Unit Perencanaan Rencana Penggunaan lainnya menjadi penting karena pada saat ini terdapat dua fungsi nyang akan sangat berlainan apabila ijin tersebut akan dikeluarkan atau tidak oleh Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Hal tersebut terkait dengan rencana pembangunan yang akan dilakukan dan sekaligus rencana penggunaan lahan yang akan berubah pada unit perencanaan ini nantinya.

4.4. Dinamika Penggunaan lahan

4.4.1. Perubahan Penggunaan Lahan Salah satu hal penting dalam penyusunan rencana penggunaan lahan masa yang akan datang untuk pengurangan emisi adalah dengan memahami sejarah penggunaan lahan masa lalu di suatu wilayah. Perubahan penggunaan lahan masa lalu dapat dilihat pada Tabel 4.10, yang menunjukkan perubahan masing-masing luas penggunaan lahan pada tahun 1990, 2000, 2005, dan 2010. Tabel 4.10 Perubahan Luas Penggunaan Lahan TutupanPenggunan Lahan Luas ha 1990 2000 2005 2010 Agroforestri karet 85.272 80.458 77.304 89,133 Agroforestri kayu manis 1.519 7.045 6.224 11,101 Agroforestri kelapa_pinang 19 90 28 130 Agroforestri kopi 3.012 5.222 5.835 23,435 Hutan primer 234.552 138.086 130.164 102,787 Hutan sekunder kerapatan rendah 17.735 16.968 16.551 36,941 Hutan sekunder kerapatan tinggi 256.476 263.643 248.860 171,565 Kebun campur 12 13 117 Monokultur karet 74.723 92.669 104.233 144,061 Monokultur kayu manis 12.370 17.636 19.004 11.526 Monokultur sawit 11.033 62.279 58.125 69,475 Padi Sawah 10.560 10.370 13.291 11,260 Permukiman 14.414 24.210 38.621 43,890 Rerumputan 745 1.795 569 347 Semak 1.853 1.474 2.109 9,106 Tanah terbuka 3.326 4.441 7.155 2,498 Tanaman semusim 6.232 7.443 5.785 2,487 Tubuh air 6.162 6.162 6.132 6,111 Jumlah 740.003 740.003 740.003 740.003 Secara singkat Gambar 4.21 memperlihatkan perubahan tutupan penggunaan pada tahun 1990, 2000, 2005 dan 2010. Warna hijau memperlihatkan tutupan hutan yang ada di Kabupaten Merangin dan dengan bertambahnya waktu mengalami pengurangan sehingga berubah menjadi warna hijau, merah, kuning yang mengindikasikan jenis tutupanpenggunaan lahan yang bukan hutan. Gambar 4.21 Peta TutupanPenggunaan Lahan Tahun 1990, 2000, 2005, dan 2010 Jika dikelompokkan terhadap tipe perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Merangin dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok besar yaitu penggunaan lahan yang mengalami penambahan luas dari tahun 1990 hingga 2010, dan sebaliknya penggunaan lahan yang berkurang luasnya hingga 2010. Secara umum sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Merangin mengalami penambahan luas yang menunjukkan semakin meningkatnya aktivitas masyarakat berbasis lahan sehingga secara otomatis terdapat beberapa penggunaan lahan utama yang mengalami penurunan luas karena konversi menjadi penggunaan lahan lain seperti hutan primer, hutan sekunder kerapatan tinggi , tanaman semusim, dan monokultur kayu manis. Luas hutan pada tahun 1990 seluas 234 ribu hektar, sedangkan pada tahun 2010 diperkirakan tinggal 67 ribu hektar. Luas hutan sekunder kerapatan tinggi yang sekitar 256 ribu hektar mengalami pengurangan yang tidak terlalu besar yaitu menjadi 205 ribu hektar. Hal lain yang terjadi adalah pengurangan luas pada monokultur kayu manis dan tanaman semusim hal tersebut disebabkan konversi menjadi tanaman lain yang terjadi di Kabupaten Merangin, dimana komoditas kayu manis kurang mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat sehingga banyak dikonversi ke tanaman karet dan tanaman kopi. Gambar 4.22 Dinamika TutupanPenggunaan Lahan Sebagaimana ditunjukan pada Gambar 4.22 di atas terlihat beberapa penggunaan lahan yang meningkat secara signifikan yaitu permukiman, monokultur karet, hutan sekunder kerapatan rendah, agroforestri karet dan monokultur sawit. Permukiman mengalami pertumbuhan yang signifikan yaitu 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 Lu as h e kt ar 1990 2000 2005 2010 dari sekitar 14 ribu hektar menjadi 43 ribu hektar pada tahun 2010. Monokultur karet dan sawit padat tahun 2010 masing-masing mengalami penambahan area sebesar lima dan enam kali lipat dibandingkan tahun 1990. Agroforestri karet mengalami penambahan area sebesar 9 ribu pada tahun 2010 dibandingkan luasnya pada tahun 1990, sedangkan hutan sekunder kerapatan rendah juga mengalami kenaikan luas area hingga mendekati tiga kali lipat. Perincian mengenai perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada tiap unit perencanaan disajikan dalam bentuk matriks diagonal perubahan penggunaan lahan dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.4.2. Deforestasi Angka deforestasi digunakan untuk menjelaskan seberapa besar perubahan tutupan hutan hutan primer dan sekunder menjadi jenis penggunaan lain selain hutan. Deforestasi ini menunjukkan tekanan perubahan penggunaan lain terhadap luas hutan yang ada di Kabupaten Merangin. Berdasarkan besarnya laju deforestasi tahunan antara periode 1990-200, 2000-2005, dan 2005- 2010 seperti pada Tabel 4.11 diketahui bahwa laju tahunan 2005-2010 mengindikasikan laju deforestasi yang terbesar. Tabel 4.11 Tingkat Deforestasi Periode Tahun Deforestasi Jumlah ha Laju Tahunan hatahun 1990-2000 90.221 9.022 2000-2005 36.304 7.260 2005-2010 78.641 15.728 4.4.3. Degradasi Hutan Degradasi merupakan tipe perubahan penggunaan lahan dimana terjadi penurunan kualitas hutan. Contoh perubahan yang bersifat degradasi adalah perubahan dari hutan primer menjadi hutan sekunder kerapatan tinggi maupun hutan sekunder kerapatan rendah, dan perubahan dari hutan sekunder kerapatan tinggi menjadi hutan sekunder kerapatan rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam degradasi perubahan terjadi pada kategori hutan.