Daya Saing Pariwisata Total

wisata kuliner di kota Bogor sangatlah besar, maka tidak heran kota Bogor cukup berdaya saing tinggi dibandingkan kabupatenkota lain di Jawa Barat.

5.2.5 Daya Saing Pariwisata Total

Dari keempat komponen daya saing di atas, kemudian dengan pendekatan rata-rata tertimbang dibangunlah daya saing pariwisata total. Daya saing pariwisata kota Bogor dibandingkan daerah sekitarnya berada di posisi di bawah kota Bandung dan kabupaten Bogor. Pariwisata kota Bogor dibandingkan dengan kota Bandung dan kabupaten Bogor memang kurang mampu berdaya saing. Walaupun kota Bogor memiliki jalur yang cukup strategis dengan ibukota Indonesia, kota Bandung dan kabupaten Bogor memiliki pesona lebih baik bagi para wisatawan. Jumlah objek wisata kota Bogor jauh di bawah kabupaten Bogor, namun masih didukung oleh faktor-faktor lain yang memang berada di atas kabupaten Bogor. Kota Bogor sendiri cukup unggul dengan daerah lain dalam hal kondisi permintaan dan industri pendukung dan terkait, sehingga daya saing pariwisata kota Bogor masih mampu berdaya saing asalkan ada kerja sama antara masyarakat dan pemerintah daerahnya. Tabel 5.15 Indeks Total Daerah Sekitarnya Tahun 2009 KabupatenKota Indeks Total Peringkat Kota Bandung 66,55 1 Kabupaten Bogor 51,87 2 Kota Bogor 36,92 4 Kabupaten Cianjur 30,19 8 Kota Depok 21,79 13 Kota Bekasi 19,63 15 Kota Sukabumi 11,45 22 Secara keseluruhan, daya saing pariwisata kota Bogor dibandingkan daerah sekitarnya berada di bawah kota Bandung dengan selisih yang cukup besar yaitu 29,63. Tetapi, posisi daya saing pariwisata kota Bogor dengan daerah lainnya masih terbilang tinggi, selisih tiap daerah cukup besar sehingga kota Bogor secara keseluruhan mampu berdaya saing lebih baik dibandingkan yang lain. Daya saing sektor pariwisata kota Bogor relatif terhadap daerah sekitarnya dapat juga dilihat pada Gambar 4.2 dimana pariwisata kota Bogor yang dibangun dari beberapa komponen berada di bawah kota Bandung dan kabupaten Bogor. Hal ini karena luas di dalam garis kota Bogor lebih kecil daripada kota Bandung dan kabupaten Bogor sehingga daya saing pariwisata kota Bogor lebih rendah daripada kedua daerah tersebut. Komponen yang membentuk daya saing terdiri dari sembilan komponen dimana anggaran pemerintah dan jumlah objek wisata kota Bogor merupakan komponen yang unggul kedua setelah kabupaten Bogor sementara jumlah hotel dan kondisi jalan baik kurang unggul. Jumlah wisatawan mancanegara dan jumlah wisatawan nusantara juga dapat diunggulkan untuk mampu berdaya saing dengan daerah sekitar dilihat dari posisinya setelah kota Bandung, begitu juga halnya dengan jumlah restoran dan jumlah biro perjalanan wisata serta jumlah tenaga kerja. Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, 2011 diolah Gambar 4.2 Analisis Radar Daya Saing Relatif Terhadap Daerah Sekitar Tahun 2009 Namun demikian, apabila pariwisata kota Bogor dapat dikatakan mampu berdaya saing baik di tingkat nasional maupun internasional, daya saing pariwisata harus terus ditingkatkan. Hal ini dapat diperjelas dengan melihat Tabel 5.16, daya saing pariwisata kota Bogor terhadap seluruh kabupatenkota di Jawa Barat bukan yang paling tinggi, indeks total pada daya saing pariwisata kota Bogor masih di bawah kota Bandung, kabupaten Bogor, dan kabupaten Bandung atau dengan kata lain berada di peringkat empat. Nilai indeks pariwisata kota Bogor sebesar 36,92, selisih dengan kota Bandung cukup besar yaitu 29,63, bahkan dengan kabupaten Bogor dan kabupaten Bandung pun masih besar yaitu masing-masing 14,92 dan 10,97. Sedangkan dengan daerah di bawahnya selisih indeks daya saing tidak besar hanya 0,51 artinya daya saing pariwisata kota Bogor dapat disusul oleh daerah lain di bawahnya, sehingga faktor-faktor yang menentukan daya saing pariwisata kota Bogor perlu dipertahankan atau ditingkatkan. Tidak heran jika kota Bandung yang memiliki daya saing pariwisata 20 40 60 80 100 Jumlah objek wisata Jumlah tenaga kerja Jumlah wisman Jumlah wisnus Kondisi Jalan Baik Anggaran Pemerintah Jumlah Hotel Jumlah Restoran Jumlah Biro Perjalanan Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Bekasi Kota Depok Kabupaten Cianjur Kabupaten Bogor paling tinggi karena kedudukannya sebagai ibu kota Jawa Barat sehingga pemerintah Propinsi menitikberatkan kebijakan pariwisata Jawa Barat untuk kota Bandung yang memang memiliki potensi pariwisata yang baik. Keadaan ini dibangun dari empat komponen yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu kondisi faktor, kondisi permintaan, strategi daerah, serta industri pendukung dan terkait. Tabel 5.16 Peringkat Indeks Total Pariwisata Jawa Barat Tahun 2009 KabupatenKota Indeks Total Peringkat Kota Bandung 66,55 1 Kabupaten Bogor 51,87 2 Kabupaten Bandung 47,89 3 Kota Bogor 36,92 4 Kabupaten Subang 36,41 5 Kabupaten Bandung Barat 33,77 6 Kabupaten Ciamis 30,33 7 Kabupaten Cianjur 30,19 8 Kota Cirebon 29,34 9 Kabupaten Garut 27,26 10 Kabuapten Sukabumi 26,87 11 Kabupaten Kuningan 24,75 12 Kota Depok 21,79 13 Kabupaten Purwakarta 21,76 14 Kota Bekasi 19,63 15 Kota Tasikmalaya 18,99 16 Kabupaten Karawang 18,44 17 Kabupaten Indramayu 17,97 18 Kabupaten Sumedang 17,02 19 Kabupaten Majalengka 13,68 20 Kabupaten Tasikmalaya 12,00 21 Kota Sukabumi 11,45 22 Kabupaten Cirebon 10,45 23 Kota Cimahi 9,56 24 Kabupaten Bekasi 8,46 25 Kota Banjar 6,89 26 Hal tersebut dapat juga dilihat pada Gambar 4.3, daya saing pariwisata kota Bogor berada pada kuadran II, masih di bawah kota Bandung, kabupaten Bogor, dan kabupaten Bandung artinya nilai peran pemerintah dan peran kesempatan masyarakat sama-sama positif, tetapi nilainya di bawah daerah- daerah tersebut. Peran pemerintah itu terdiri dari kondisi faktor dan strategi daerah, sedangkan peran kesempatan terdiri dari kondisi permintaan dan industri pendukung dan terkait. Namun, nilai peran kesempatan lebih besar sekitar 40 sedangkan peran pemerintah hanya sekitar 30. Posisi perkembangan daya saing kota Bogor sudah dapat dikatakan baik, hal ini dapat dilihat juga dari nilai indeks kondisi faktor, strategi daerah, kondisi permintaan, serta industri pendukung dan terkait pada pembahasan sebelumnya. Pemerintah berpengaruh terhadap kondisi faktor dan strategi daerah. Kondisi faktor yang terdiri dari jumlah objek wisata dan jumlah tenaga kerja lalu strategi daerah yang terdiri dari kondisi jalan baik dan anggaran pemerintah akan menunjukkan seberapa besar pemerintah menunjang kegiatan pariwisata agar terus berkembang dan mampu berdaya saing dengan pariwisata daerah lain. Nilai indeks daya saing dari peran pemerintah tidak lebih besar dari peran kesempatan. Hal ini dapat dilihat dari anggaran yang disediakan pemerintah daerah tidak begitu besar dari total belanja yaitu Rp. 4.090 juta dari Rp. 818.430 juta. Proporsi anggaran pemerintah untuk pariwisata setidaknya lebih besar dari itu melihat banyaknya potensi wisata kota Bogor yang dapat dikembangkan. Kemudian kondisi jalan baik kota Bogor hanya sepanjang 220,78 km dari total jalan sepanjang 749,22 km. Kondisi jalan yang baik akan memperlancar kegiatan pariwisata dan mengefisiensikan mobilitas yang terjadi sehingga wisatawan merasa nyaman jika berwisata ke kota Bogor. Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, 2011 diolah Gambar 4.3 Posisi Perkembangan Daya Saing Pariwisata Jawa Barat Tahun 2009 Peran kesempatan berasal dari kondisi permintaan dan industri pendukung dan terkait artinya ada peluang yang ditangkap oleh pihak-pihak terkait kegiatan pariwisata seperti perusahaa-perusahaan swasta yang ingin bergerak di bidang pariwisata sehingga dapat secara tidak langsung mendukung sektor pariwisata di daerah yang mereka jadikan tempat usaha. Dari pemerintah deaerah pun tidak memberi hambatan bagi para pengusaha tersebut untuk mendirikan usahanya karena didukung oleh Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2007. Kab.Bogor Kab.Sukabumi Kab.Cianjur Kab.Bandung Kab.Garut Kab.Tasikmalaya Kab.Ciamis Kab.Kuningan Kab.Cirebon Kab.Majalengka Kab.Sumedang Kab.Indramayu Kab.Subang Kab.Purwakarta Kab.Karawang Kab.Bekasi Kab.Bandung Barat Kot.Bogor Kot.Sukabumi Kot.Cirebon Kot.Bekasi Kot.Depok Kot.Cimahi Kot.Tasikmalaya Kot.Banjar 10 20 30 40 50 60 70 10 20 30 40 50 60 Peran Pemerintah Peran Kesempatan rata-rata Jabar: 31,81 Kot. Bandung 83,05,40,04 rata-rata Jabar: 18,21 K.I K.II K.III K.IV Selain para pengusaha tersebut, masyarakat dapat dijadikan bagian dari peran kesempatan. Hal ini karena setiap orang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi terutama kebutuhan primer, namun tidak hanya kebutuhan tersebut yang harus dipenuhi, kebutuhan tersier juga tidak dapat dipungkiri harus disediakan, salah satunya adalah kebutuhan untuk berekreasi. Selain itu, jumlah masyarakat kota Bogor dan masyarakat Indonesia yang besar merupakan kesempatan bagi peningkatan permintaaan pariwisata kota Bogor, apalagi ditambah masyarakat asingmancanegara yang ingin menikmati wisata di Indonesia khususnya kota Bogor. Kota Bogor memang berada di kuadran II dimana nilai peran pemerintah dan peran kesempatan positif, namun masih kalah bersaing dengan Bandung dan kabupaten Bogor. Kabupaten Bandung dan kabupaten Bogor berada di atas dengan nilai yang cukup besar, sementara kota Boandung berada pada posisi paling baik dengan nilai yang paling besar pula. Hal ini berarti peran pemerintah dan peran kesempatan pada ketiga daerah tersebut cukup baik sehingga pariwisata mereka mampu berdaya saing tinggi dengan daerah lain di Jawa Barat. Kota Bogor dan daerah lain di kuadran II harus tetap mempertahankan posisinya tersebut karena daerah-daerah yang berada di kuadran I dan III dapa saja keluar dari areanya menuju kuadran II dilihat dari nilai salah satu komponen yang positif.

5.3 Faktor yang Menentukan Daya Saing Pariwisata Kota Bogor