Selain itu, menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor, promosi kegiatan pariwisata masih belum berjalan efektif karena promosi yang
dilakukan hanya didukung secara sepihak tanpa ada dukungan dari masyarakat yang kurang menjaga dan mengembangkan potensi wisata Kota Bogor itu sendiri.
Pemerintah telah melakukan upaya promosi dengan program-program seperti pameran pariwisata dengan memunculkan berbagai potensi khas daerahnya, yaitu
potensi wisata, makanan, produk kerajinan, dan cindera mata serta daya tarik lainnya. Walaupun dalam infrastruktur, anggaran pariwisata, dan promosi masih
lemah, tetapi tidak ada hambatan dari pemerintah dalam pengembangan bisnis pariwisata. Salah satunya dengan dihapuskannya Peraturan Daerah Kota Bogor
Nomor 9 Tahun 2004 tentang retribusi izin usaha kepariwisataan. Perda ini diganti dengan Perda Nomor 14 Tahun 2007 yaitu tentang pencabutan Perda Nomor 9
Tahun 2004. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemerintah Kota Bogor memberikan kemudahan kepada para pelaku bisnis untuk mengembangkan
kegiatan bisnis pariwisatanya sehingga pelaku-pelaku bisnis tersebut dapat bersaing secara sehat dengan tidak memonopoli bisnis pariwisata Kota Bogor.
5.2.4 Industri Pendukung dan Terkait
Komponen daya saing terakhir adalah industri pendukung dan terkait yang akan menunjang kegiatan pariwisata. Industri pendukung dan terkait ini ditopang
oleh perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak di bidang penginapan, rumah makan, dan jasa biro perjalanan wisata. Dengan adanya keunggulan daya saing
industri pendukung dan terkait akan membantu menumbuhkan sektor pariwisata dan memberikan potensi keunggulan bagi sektor pariwisata tersebut di suatu
daerah. Indeks faktor pada industri pendukung dan terkait disusun berdasarkan variabel jumlah hotel, jumlah restoran, jumlah biro perjalanan wisata.
Pada kondisi industri pendukung dan terkait, menempatkan kota Bogor berada di bawah kota Bandung dan kota Bekasi. Dapat dilihat pada Tabel 5.13,
selisih nilai indeks komponen industri pendukung dan terkait kota Bogor dengan kota Bandung sangat besar yaitu 59,85 tetapi dengan kabupaten Bogor selisihnya
sedikit hanya 0,89. Hal ini menunjukkan jumlah hotel, restoran, dan biro perjalanan wisata kota Bogor jauh di bawah kota Bandung. Padahal kota Bogor
sudah banyak restoran karena memang terkenal dengan wisata kulinernya, tetapi jumlah hotel kota Bogor memang tidak begitu banyak hanya 42 unit. Tetapi, kota
Bogor sudah terkenal dengan wisata kuliner dan wisata belanjanya, jadi sebenarnya kota Bogor mampu berdaya saing dengan yang lain dalam hal ini,
apalagi selisih indeks daya saing dengan kota Bekasi tidak begitu jauh.
Tabel 5.13 Nilai dan Peringkat Indeks Industri Pendukung dan Terkait Derah Sekitarnya Tahun 2009
KabupatenKota Indeks Industri Pendukung dan
Terkait Peringkat
Kota Bandung 93,49
1 Kota Bekasi
37,27 2
Kota Bogor 33,64
4
Kabupaten Bogor 32,75
5 Kabupaten Cianjur
25,90 6
Kota Depok 11,77
13 Kota Sukabumi
8,25 19
Walaupun industri pendukung dan terkait kota Bogor kurang berdaya saing dengan kota Bandung dan kota Bekasi, kota Bogor sudah terkenal dengan
wisata kuliner dan wisata belanjanya, khususnya wisata belanja tas yang berada di
Tajur dan Katulampa. Tajur dan Katulampa sudah menjadi trademark bagi warga di luar kota Bogor sehingga kurang lengkap jika ke kota Bogor tidak mengunjungi
Tajur dan Katulampa. Oleh karena itu, kota Bogor sebenarnya masih dapat bersaing dengan dearah lain di sekitarnya dalam hal industri pendukung dan
terkait.
Tabel 5.14 Nilai dan Peringkat Industri Pendukung dan Terkait Jawa Barat Tahun 2009
KabupatenKota Indeks Industri Pendukung dan
Terkait Peringkat
Kota Bandung 93,49
1 Kota Bekasi
37,27 2
Kabupaten Bandung 36,93
3
Kota Bogor 33,64
4
Kabupaten Bogor 32,75
5 Kabupaten Cianjur
25,90 6
Kabupaten Ciamis 17,85
7 Kabupaten Garut
15,94 8
Kabupaten Sukabumi 15,93
9 Kabupaten Sumedang
12,47 10
Kabupaten Bekasi 12,41
11 Kota Tasikmalaya
12,09 12
Kota Depok 11,77
13 Kota Cirebon
11,15 14
Kabupaten Karawang 10,99
15 Kabupaten Subang
8,90 16
Kabupaten Bandung Barat 8,82
17 Kabupaten Kuningan
8,44 18
Kota Sukabumi 8,25
19 Kabupaten Purwakarta
6,89 20
Kabupaten Indramayu 6,82
21 Kabupaten Cirebon
3,55 22
Kabupaten Tasikmalaya 2,10
23 Kota Cimahi
1,63 24
Kota Banjar 1,45
25 Kabupaten Majalengka
1,12 26
Hasil perhitungan indeks komponen industri pendukung dan terkait pada Tabel 5.14 menunjukkan nilai komponen tersebut sebesar 33,64 dengan peringkat
ke empat dari seluruh kabupatenkota di Jawa Barat. Hal ini menandakan bahwa daya saing pariwisata kota Bogor cukup tinggi pada faktor industri pendukung dan
terkait. Namun jika ingin mengungguli kota Bandung yang memiliki nilai indeks daya saing sangat besar cukup sulit bagi kota Bogor.
Tingginya nilai dan peringkat indeks pada industri pendukung dan terkait di pariwisata kota Bogor tampak dari perkembangan jumlah restoran, hotel, dan
biro perjalanan wisata. Pada tahun 2009 jumlah hotel sebanyak 42 unit meningkat dari tahun 2008 sebanyak 41 unit. Begitu pula biro perjalanan wisata pada tahun
2009 meningkat sebanyak 79 unit, juga jumlah restoran yang pada tahun 2008 sebanyak 220 meningkat menjadi 225 unit di tahun 2009 Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Bogor, 2011. Daya saing yang cukup tinggi dari industri pendukung dan terkait
merupakan peluang bagi masyarakat mengembangkan usahanya di bidang pariwisata. Lebih jelasnya bagi pihak swasta yang mampu membaca peluang
untuk membuka usaha sehingga terlihat peran yang baik dari swasta untuk pertumbuhan sektor pariwisata kota Bogor. Selain itu, para pelaku bisnis tersebut
tidak diberi hambatan oleh pemerintah untuk membuka bisnis pariwisata sehingga usaha pariwisata tersebut dengan mudah pula berkembang. Terkait usaha restoran
yang memang kota Bogor terkenal dengan wisata kulinernya, perkembangan jumlah restoran menandakan bahwa permintaan masyarakat akan kebutuhan
wisata kuliner di kota Bogor sangatlah besar, maka tidak heran kota Bogor cukup berdaya saing tinggi dibandingkan kabupatenkota lain di Jawa Barat.
5.2.5 Daya Saing Pariwisata Total