Kondisi Penduduk Kondisi Pendidikan dan Kesehatan

Kecamatan Bogor Selatan dan Bogor Barat. Kawasan rawan bencana di kota Bogor adalah kawasan yang sering mengalami bahaya longsor dan kawasan yang rawan banjir. Daerah yang sering longsor umumnya di sekitar tebing sungai, sedangkan daerah yang rawan banjir hanya merupakan titik genangan yang tersebar pada beberapa kecamatan. Dengan kondisi geografis yang relatif lebih baik dibandingkan dengan wilayah lainnya di kawasan Jabodetabek, maka kota Bogor mempunyai potensi yakni menjadi tujuan utama bermukim para pekerja di DKI Jakarta, serta tujuan wisata penduduk DKI Jakarta dan sekitarnya. Pertumbuhan yang cepat ini harus diiringi dengan upaya mempertahankan ruang terbuka hijau seluas 30 persen dari luas kota, pembangunan sumur resapan dan kolam retensi untuk meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah dan mencegah tingginya debit drainase yang ada yang dapat menimbulkan banjir. Perkuatan kepada sempadan sungai maupun tebing yang sewaktu -waktu dapat menimbulkan bencana longsor juga penting untuk dilakukan.

4.1.1.2 Kondisi Penduduk

Jumlah penduduk kota Bogor terus mengalami pertumbuhan sehingga menimbulkan tingkat kepadatan yang makin tinggi pula. Angka pertumbuhan penduduk ini dipengaruhi oleh faktor alamiah kelahiran dan kematian dan faktor migrasi masuk dan keluar. Jumlah penduduk kota Bogor pada tahun 2009 adalah 895.596 jiwa dengan luas wilayah 118,50 km 2 kepadatan penduduk kota Bogor tahun 2009 adalah 7.951 jiwakm 2 Bogor Dalam Angka 2010. Pada tahun 2009 jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, paling banyak pada umur 20-24 tahun yaitu 107.588 jiwa, dengan proporsi perempuan 55.435 jiwa dan laki-laki 52.153 jiwa. Sedangkan paling sedikit pada umur 60-64 tahun yaitu 20.650 jiwa.. Tabel 4.1 Penduduk Kota Bogor Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2009 Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Rasio Jenis Kelamin 0-4 43.645 43.855 87.500 100 5-9 42.845 46.158 89.003 93 10-14 42.710 43.477 86.187 98 15-19 42.837 44.618 87.455 96 20-24 52.153 55.435 107.588 94 25-29 49.707 48.953 98.660 102 30-34 46.943 43.271 90.214 108 35-39 38.487 35.190 73.677 109 40-44 33.118 29.321 62.439 113 45-49 27.244 22.003 49.247 124 50-54 20.825 16.591 37.416 126 55-59 12.812 10.223 23.035 125 60-64 11.519 9.491 20.650 118 65+ 17.074 16.059 33.133 106 Sumber : BPS Kota Bogor, 2010

4.1.1.3 Kondisi Pendidikan dan Kesehatan

Indikator yang digunakan untuk melihat pembangunan sektor pendidikan salah satunya dengan melihat Rata-Rata Lama Sekolah RLS. RLS pada tahun 2009 adalah adalah 9,74 tahun meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini setara dengan SMA tahun pertama. Distribusi RLS antar kecamatan di kota Bogor berbeda, sebagaimana tertuang pada Tabel 4.2. RLS diperoleh dengan membandingkan jumlah murid dengan jumlah sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu baik Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas yang dari tahun ke tahun. Hal ini menandakan bahwa tingkat kepadatan sekolah di kota Bogor makin tinggi, sehingga upaya penanganannya lebih dipusatkan pada peningkatan daya tampung setiap sekolah. Tabel 4.2 Rata-Rata Lama Sekolah RLS per Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2005-2009 Kecamatan 2005 2006 2007 2008 2009 Bogor Selatan 8,74 8,78 8,80 8,83 8,85 Bogor Timur 9,63 9,67 9,70 9,73 9,76 Bogor Utara 9,93 9,97 10,00 10,03 10,06 Bogor Tengah 10,11 10,15 10,18 10,21 10,24 Bogor Barat 10,05 10,09 10,12 10,15 10,18 Tanah Sareal 9,25 9,29 9,31 9,34 9,37 Kota Bogor 9,61 9,65 9,68 9,71 9,74 Sumber : Rencana Induk Pembangunan Pendidikan Kota Bogor, 2010 Sarana dan prasarana sanitasi belum mampu menopang kesehatan masyarakat kota Bogor secara keseluruhan. Jamban memiliki peranan cukup signifikan dalam kesehatan masyarakat. Rumah yang memiliki jamban keluarga hanya 74,13 persen. Ini berarti masih sangat banyak masyarakat yang menggunakan sungai sebagai pengganti jamban. Rumah yang memiliki sarana air bersih adalah 91,43 persen. Upaya meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat masih perlu mendapat perhatian pada dua hal tersebut. Program promosi kesehatan lainnya yang dilaksanakan pemerintah kota Bogor adalah bekerjasama dengan LSM yakni Plan Indonesia melalui kegiatan FRESH Focussing Resources on Effective School Heatlh bertujuan untuk meningkatkan efektifitas PHBS di sekolah melalui suatu pendekatan “Anak untuk Anak” atau Sekolah Ramah Anak. Sejak tahun 2004 pemerintah kota Bogor menaruh perhatian khusus tentang bahaya merokok dalam upaya mewujudkan PHBS di masyarakat. Dalam implementasinya pemerintah kota Bogor telah menetapkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 12 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR pada tanggal 21 Desember 2009.

4.1.2 Kondisi Ekonomi