menaruh perhatian khusus tentang bahaya merokok dalam upaya mewujudkan PHBS di masyarakat. Dalam implementasinya pemerintah kota Bogor telah
menetapkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 12 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR pada tanggal 21 Desember 2009.
4.1.2 Kondisi Ekonomi
Keadaan Produk Domestik Regional Bruto PDRB kota Bogor, baik atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dalam kurun waktu tahun
2005 sampai dengan tahun 2009 mengalamai peningkatan. PDRB atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 6.191,92 milyar dan meningkat menjadi Rp. 11.904,60 milyar
di tahun 2009. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2005 sebesar Rp. 3.567,23 milyar dan meningkat pada tahun 2009 menjadi Rp.
4.508,71 milyar BPS Kota Bogor, 2010. Hal ini menggambarkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini telah terjadi peningkatan riil yang
walaupun tidak terlalu besar tetapi cukup menunjukkan bahwa peningkatan yang terjadi bukan hanya peningkatan yang disebabkan oleh harga yang jauh meningkat
atau tingkat inflasi yang terjadi. Laju pertumbuhan ekonomi kota Bogor dalam kurun waktu lima tahun
mengalami pertumbuhan yang fluktuatif, dapat dilihat pada Tabel 4.3 di tahun 2005 laju pertumbuhan ekonomi mencapai 6,12 kemudian turun pada tahun 2006
menjadi 6,03, naik kembali menjadi 6,09 pada tahun 2007, hingga akhirnya pada tahun 2009 laju pertumbuhan mencapai 6,01 Pertumbuhan ekonomi tersebut
didukung oleh sembilan sektor lapangan usaha yaitu sektor pertanian, sektor
industri pengolahan, sektor pertambangan, sektor listrik, gas, dan air, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, serta sektor-sektor jasa-jasa.
Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009
Lapangan Usaha
2005 2006 2007 2008 2009
Pertanian 4,32
-2,32 3,19 3,18 3,19
Pertambangan dan Pengolahan 1,95
1,78 1,78 1,88 1,2
Industri Pengolahan 6,63
5,68 6,34 6,32 6,34
Listrik, Gas, dan Air bersih 7,05
6,65 6,77 6,82 6,87
Bangunan 4,24
4,02 4,08 4,09 4,1
Perdagangan, Hotel, Restoran 4,10
6,43 5,7 5,18 5,08
Pengangkutan dan Komunikasi 6,85
6,89 7,07 7,17 7,29
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 10,86
6,83 7,23 7,44 7,65
Jasa- Jasa Lainnya 4,88
5,26 5,2 5,22 5,25
Produk Domestik Regional Bruto 6,12
6,03 6,09 5,98 6,01 Sumber : BPS Kota Bogor, 2010
Merujuk pada Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa
pengelolaan keuangan daerah dituangkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD yang terdiri atas struktur pendapatan, struktur belanja dan
struktur pembiayaan daerah, yang dilaksanakan secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab.
Struktur pendapatan daerah kota Bogor terdiri dari Pendapatan Asli Daerah PAD, Pendapatan lain-lain, dan Pendapatan dari dana perimbangan.
Pendapatan Asli Daerah PAD terdiri atas kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba Usaha Daerah dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah. Dana
Perimbangan yang meliputi Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK.
Tabel 4.4 Perkembangan Proporsi Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap Total Pendapatan Kota Bogor Tahun 2005-2009
Tahun Pendapatan Asli Daerah
Juta Rupiah Proporsi PAD terhadap
Pendapatan 2005 57.789,38
14,68 2006 60.262,95
12.01 2007 68.509
11,36 2008 75.793
11,69 2009 89.223
12,54 Rata-Rata Per
Tahun 12,45
Sumber : Departemen Keuangan, 2011 diolah
Dalam kurun waktu lima tahun, anggaran pemerintah kota Bogor untuk Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan. Namun demikian, proporsi PAD
terhadap total pendapatan relatif masih kecil dengan rata-rata sebesar 12,45 , hal ini menggambarkan bahwa tingkat ketergantungan pemerintah daerah pada dana
perimbangan masih tinggi.
Tabel 4.5 Perkembangan Proporsi Dana Alokasi Umum DAU terhadap Total Pendapatan Kota Bogor Tahun 2005-2009
Tahun Dana Alokasi Umum
Juta Rupiah Proporsi DAU terhadap
Total Pendapatan 2005 214.806
54,56 2006 302.515
60,30 2007
355.776 59,02
2008 397.367 61,26
2009 439.254 61,72
Rata-Rata per Tahun
59,37
Sumber pendapatan lain yaitu Dana Alokasi Umum DAU yang dalam kurun waktu lima tahun mengalami peningkatan. Proporsi DAU terhadap total
pendapatan cukup besar dengan rata-rata sebesar 59,37 persen. Dengan peningkatan dan proporsi yang besar tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
fiskal kota Bogor belum dikategorikan mampu atau mandiri sehingga diperlukan dana alokasi yang besar dari pemerintah pusat.
Tabel 4.6 Proporsi Dana Alokasi Khusus DAK terhadap Total Pendapatan Kota Bogor Tahun 2005-2009
Tahun Dana Alokasi Khusus
Juta Rupiah Proporsi DAK terhadap
Total Pendapatan 2005 4.000
1,02 2006 7.620
1,52 2007
7.820 1,30
2008 14.056 2,17
2009 21.019 2,95
Rata-Rata per Tahun
1,79
Sumber : Departemen Keuangan, 2011
Dana perimbangan kota Bogor selain DAU adalah Dana Aliran Khusus DAK yang tujuan utamanya adalah mengurangi kesenjangan pelayanan public
antar daerah. yang mengalami peningkatan pada tahun 2005-2009. Namun, proporsi DAK terhadap total pendapatan sangat kecil dengan rata-rata sebesar
1,79 persen. Di satu sisi sebagai bagian dari dana perimbangan, DAK memang memberikan kontribusi terkecil daripada Dana Alokasi Umum DAU dan Dana
Bagi Hasil DBH. Sisi lain menandakan bahwa kota Bogor cukup mandiri dalam hal peningkatan penyediaan sarana dan prasarana fisik karena pemerintah pusat
tidak begitu besar menyediakan DAK. Selain DAU dan DAK, dana perimbangan juga terdiri dari dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil bukan pajak. Pada tahun
2005, dana bagi hasil pajak sebesar Rp. 54.471,95 juta dan dana bagi hasil bukan pajak sebesar Rp. 9.167,85 juta dengan total Rp. 63.639,8 juta, kemudian di tahun
2009 dana-dana tersebut meningkat tajam sebesar Rp. 95.730 juta. Struktur APBD yang lain adalah anggaran belanja daerah yang bertujuan
untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta efektifitas dan efesiensi penggunaan anggaran dimaksud dan dipergunakan dalam rangka
mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya
ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas
umum yang layak serta mengembangkan sistem jaringan sosial, terma suk didalamnya dalam rangka pencapaian visi misi kota Bogor yang dijabarkan
melalui program dan kegiatan. Dalam menganalisis struktur belanja, dapat dilihat dengan dua pendekatan,
yaitu Capital Expenditure dan Current Expenditure. Capital Expenditure terdiri atas belanja modal, sedangkan Current Expenditure terdiri dari belanja barang dan
jasa serta belanja pegawai. Pada Tabel 4.7 dapat dilihat proporsi belanja modal terhadap total belanja yang rata-rata proporsinya sebesar 19,99 persen. Belanja
modal Kota Bogor mengalami perkembangan yang fluktuatif, pada tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan dari tahun 2006 kemudian naik kembali di tahun
2009 menjadi Rp. 137.369 juta. Belanja modal ini digunakan dalam rangka
memperoleh atau menambah aset tetap dam aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset
tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah dimana aset tersebut tidak untuk dijual kembali.
Tabel 4.7 Proporsi Belanja Modal terhadap Total Belanja Kota Bogor Tahun 2005-2009
Tahun Belanja Modal
Juta Rupiah Proporsi Belanja Modal Terhadap
Total Belanja 2005 85.730,59
21,02 2006 148.003,85
27,14 2007
119.748 18,93
2008 118.662 16,11
2009 137.369 16,78
Rata-Rata per Tahun
19,99
Sumber : Departemen Keuangan, 2011
Berbeda dengan Current Expenditure yang terdiri dari belanja pegawai dan belanja barang dan jasa dimana rata-rata per tahun belanja pegawai sebesar
49,03 persen lebih besar dari belanja barang dan jasa yang rata-rata per tahunnya hanya sebesar 19,09 persen. Belanja barang dan jasa pun meningkat dalam kurun
waktu lima tahun namun proporsi terhadap total belanja tidak begitu besar. Jadi, perbedaan antara capital expenditure dan current expenditure adalah capital
expenditure merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal yang sifatnya investasi sedangkan current expenditure merupakan pengeluaran yang sifatnya sekali habis tidak umtuk menambah asset atau dengan
kata lain bersifat konsumtif.
Tabel 4.8 Proporsi Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa Terhadap Total Belanja Kota Bogor Tahun 2005-2009
Tahun Belanja
Pegawai Juta
Rupiah Belanja
Barang dan Jasa
Juta Rupiah Proporsi Belanja
Pegawai Terhadap Total
Belanja Proporsi
Belanja Barang dan Jasa
Terhadap Total Belanja
2005 252.464,76 28.547,90
61,89 6,99
2006 227.389,79 128.722,82
41,69 23,60
2007 300.431 162.119
47,50 25,64 2008 330.077 144.602
44,81 19,63
2009 403.000 160.308 49,24
19,59 Rata-Rata
per Tahun 49,03 19,09
Sumber : Departemen Keuangan, 2011 diolah
4.1.3 Kondisi Pariwisata