pendapatan perkapita di kedua destinasi tersebut adalah tidak berbeda secara nyata, namun pertumbuhan pendapatan perkapita Yogyakarta lebih tinggi
dibandingkan Surakarta. Berdasarkan
Environment Indicator EI menunjukkan bahwa tingkat
kepadatan penduduk di kedua destinasi tersebut tidak berbeda secara nyata. Berdasarkan Technology Advancement Indicator TAI menunjukkan bahwa
indeks teknologi di daerah destinasi Yogyakarta lebih tinggi. Berdasarkan Human Resources Indicator HRI
menunjukkan bahwa indeks pendidikan di destinasi Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Berdasarkan Openess Indicator
OI, daya saing pariwisata destinasi Yogyakarta juga menunjukkan angka lebih
tinggi. Terakhir, Berdasarkan Social Development Indicator SDI menunjukkan bahwa rata-rata masa tinggal turis di Yogyakarta lebih lama dibandingkan di
Surakarta.
2.3 Kerangka Pemikiran
2.3.1 Alur Kerangka Penelitian
Analisis Shift-Share merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pendapatan maupun
sisi tenaga kerja pada suatu wilayah tertentu. Secara umum, terdapat tiga komponen utama dalam analisis Shift Share Budiharsono, 2001, yaitu komponen
Pertumbuhan Nasional PN, komponen Pertumbuhan Proporsional PP, dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW.
Pada penelitian ini, metode shift share digunakan untuk menganalisis apakah sektor pariwisata kota Bogor memiliki daya saing jika dibandingkan
sektor yang sama di kabupatenkota lain di Jawa Barat. Perhitungan berdasarkan nilai mencerminkan suatu sistem perhitungan semata dan tidak analitik, sehingga
metode ini tidak dapat menganalisis perkembangan posisi daya saing sektor tersebut di Jawa Barat.
Selanjutnya, posisi daya saing sektor pariwisata kota Bogor dibandingkan daerah sekitar dan seluruh kabupatenkota di Jawa Barat dapat diukur dan
dianalisis dengan komposit indeks yang telah diberi peringkat. Kemudian, dengan analisis radar akan membandingkan daya saing sektor pariwisata relatif terhadap
daerah sekitar kota Bogor. Analisis radar ini memaparkan kesembilan komponen pembentuk daya saing tersebut sehingga dapat terlihat komponen variabel apa
yang paling menentukan daya saing. Adapun variabel-variabel tersebut antara lain, jumlah objek wisata, jumlah tenaga kerja, jumlah wisatawan mancanegara,
jumlah wisatawan nusantara, anggaran pemerintah, infrastruktur jalan, jumlah hotel, restoran, dan biro perjalanan wisata. Perkembangan posisi daya saing sektor
pariwisata Jawa Barat dapat dijelaskan dengan analisis kuadran dimana analisis ini pada umumnya digunakan untuk memetakan suatu objek pada 2 kondisi yang
saling berkaitan. Perkembangan posisi daya saing tersebut dibentuk dari dua kondisi yaitu sumbu X peran kesempatan dan sumbu Y peran pemerintah.
Faktor-faktor penentu daya saing sektor pariwisata kota Bogor dapat dianalisis menggunakan metode komposit indeks karena metode ini dapat
menormalisasikan berbagai keragaan faktor dan variabel dimana dapat terlihat
dari nilai indeks yang dibentuk. Kemudian dari faktor-faktor yang kurang unggul karena nilai indeksnya yang kecil, dapat dibuat strategi kebijakan yang harus
dilakukan pemerintah kota Bogor dalam meningkatkan daya saing sektor pariwisata.
2.3.2 Kerangka Pikir