14 terhadap tekanan dan lekukannya tidak mengakibatkan selang melipat. Untuk mengatasi
masalah tersebut, bagian dalam keran diberi lapis kain atau kawat spiral baja yang halus. 2
Laras Penyembur Panjang laras penyembur rata-rata 45-50 cm. Laras penyemprot terbuat dari logam campuran.
3 Kepala Penyemprot nosel
Nosel penyemprot merupakan komponen terpenting yang berfungsi untuk memecah cairan semprotan menjadi tetes-tetes dengan ukuran yang diinginkan dan memancarkannya ke
permukaan yang harus disemprot Smith dan Wilkes, 1990. Bentuk kepala penyemprot ada bermacam-ragam, tetapi hanya beberapa saja yang umum terdapat pada hand sprayer lihat
gambar 3, antara lain: a
Jenis tunggal, terdapat dalam bentuk I dan L b
Jenis ganda, terdapat dalam bentuk U, T dan O
Gambar 3. Bentuk-bentuk nosel pada hand sprayer Hardjosentono 2000
D. Alat dan Mesin Pengendalian Secara Mekanis
Menurut Smith dan Wilkes 1990 alat yang pertama yang digunakan untuk pengendalian gulma adalah cangkul. Di zaman dulu, hampir kebanyakan tanaman ditanam dengan cara disebar, dan
cangkul merupakan satu-satunya alat yang dapat digunakan untuk membasmi gulma di antara tanaman. Hal ini diperkuat oleh Sukman 2002 yang menyatakan bahwa meskipun cangkul
merupakan alat pengolah tanah tetapi dapat juga digunakan untuk pengendalian gulma terutama untuk pertanian di lahan kering, meskipun tidak keseluruhan akar gulma terpotong. Selain cangkul, alat
sederhana lain yang digunakan untuk mengendalikan gulma secara mekanis adalah sabit, garpu, kored, lalandak dan garu dengan hewan penggerak. Alat pemotong berupa parang atau sabitcelurit
biasanya hanya memotong bagian atas saja sehingga untuk pertanaman semusim kurang dianjurkan dan pemotongan biasa dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan semak belukar. Sedangkan lalandak
alat pengendali gulma pada tanah sawah dan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik biasanya penggunaan lalandak disertai dengan pencabutan Sukman 2002. Alat sederhana biasanya dikerjakan
secara manual. Seiring dengan kemajuan teknologi dan banyaknya pengembangan dari alat sederhana telah
banyak melahirkan alat modernbesar untuk mengendalikan gulma secara mekanis. Seperti halnya menurut Sukman 2002 yang menyatakan bahwa penggunaan peralatan besar seperti kultivator dan
rotary weeder merupakan kemajuan besar menyusul penggunaan peralatan pengendalian gulma dengan tangan manual weed control. Penggunaan kultivator dan rotary weeder untuk jalur tanaman
yang lurus dengan jarak antar jalur sesuai dengan peralatan. Menurut Setyamidjadja 1992 pengendalian gulma secara mekanis dilaksanakan dengan menggunakan traktor yang menarik alat
penyiang mekanis seperti weeder rake, multi-weeder dan spinner weeder. Cara ini dilaksanakan oleh perkebunan besar tebu terutama di areal tanaman yang luas dan dimaksudkan untuk mengatasi
15 kesulitan tenaga kerja atau karena mahalnya tenaga kerja untuk melaksanakan pengendalian gulma
secara manual. Beberapa jenis alat penyiang disajikan pada gambar 4.
a b
Gambar 4. Beberapa jenis alat penyiang mekanis Hermawan dkk 2010; a
Tipe manual b Kultivator dengan taktor Menurut Smith dan Wilkes 1990, sejarah berkembangnya kultivator pada akhir tahun 1880-
an, kultivator mulai dioperasikan dengan ditarik oleh seekor kuda satu larik dengan berjalan dan dikendarai. Pada tahun 1900 kultivator ditarik dengan dua kuda dengan dikendarai. Kultivator
tanaman larikan tanaman pertama yang digunakan dengan traktor adalah kultivator yang ditarik kuda yang disesuaikan dengan penyambungan di belakang traktor. B. F. Avery Company membuat
kultivator yang dipasang pada traktor sekitar tahun 1918. Kultivator yang terpasang secara terpadu pertama pada traktor dikembangkan kira-kira tahun 1925 oleh International Harvester Company.
Rangkaian alatnya diangkat dengan tuas-tuas yang dioperasikan secara manual. Kultivator dengan daya penggerak baru dikembangkan menjelang tahun 1933 Smith dan Wilkes 1990.
Smith dan Wilkes 1990 menyatakan bahwa kultivasi merupakan suatu bentuk kegiatan yang membutuhkan semacam alat yang akan mengaduk permukaan tanah sampai kedalaman yang sedikit
saja dengan cara sedemikian rupa, hingga gulma yang masih kecil akan dibinasakan dan pertumbuhan tanaman budidaya dapat ditingkatkan. Dengan demikian tujuan kultivasi adalah Smith dan Wilkes
1990 : a
Menahan lengas dengan membasmi gulma, melonggarkan mulsa pada permukaan dan menahan air.
b Mengembangkan bahan makan tanaman.
c Aerasi tanah yang memungkinkan oksigen masuk ke dalam tanah.
d Meningkatkan kegiatan jasad renik mikroorganisme
Sukman 2002 menerangkan lebih lanjut mengenai cara kerja kultivator dengan 2 cara yaitu memotong pucuk gulma seperti dalam pemangkasan rumput atau memecah ke sistem bawah tanah
dan membenamkan bagian potongan ke dalam tanah. Banyak tipe kultivator telah digunakan, mulai dari kultivator kecil yang digunakan dengan
tangan yang cocok untuk kebun keluarga sampai kultivator besar untuk 8 larikan yang terpasang pada traktor yang mampu mengkultivasi 40.5
– 52.7 hektar per hari lihat gambar 5. Namun menurut Srivastava 1993 pada dasarnya terdapat dua tipe kultivator, yaitu field cultivator dan row crop
cultivator. Field cultivator sering digunakan sebagai pengolahan tanah kedua untuk mempersiapkan persemaian. Field cultivator memiliki penampilan mirip dengan bajak chissel tetapi memiliki
kemampuan kedalaman lebih dangkal. Row crop cultivator digunakan untuk perawatan dan pengendalian gulma selama periode pertumbuhan tanaman dalam baris. Field cultivator merupakan
salah satu tipe penggandengan secara mounted atau pull type dengan roda untuk untuk mengatur
16 kedalaman pengolahan. Menurut The Illustrated Science and Invention Encyclopedia ada juga jenis
kultivator lainnya yaitu rotary cultivator, yakni salah satu implemen traktor yang memiliki prinsip memotong tanah dan menghaluskan sehingga kondisinya sesuai untuk persemaian benih. Selain itu,
kultivator dapat memotong tanaman yang tidak diinginkan menjadi mulch campuran batang, daun dan jerami kemudian dikomposkan sebagai pupuk untuk tanaman selanjutnya. Disebut rotary
cultivator karena mempunyai rangkaian pisau bergulir.
Gambar 5. Kultivator 8 larikan Smith dan Wilkes 1990
17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010. Bertempat di salah satu kebun tebu di Kelurahan Cimahpar Kecamatan Bogor Utara
– Bogor.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah: 1.
Satu unit hand sprayer otomatis merk SWAN tipe A-14I gambar 6a 2.
Satu unit walking type cultivator gambar 6b 3.
Kwadran sampel dengan ukuran 50 cm x 50 cm gambar 7 4.
Meteran dan pita ukur 5.
Stopwatch 6.
Gelas ukur 7.
Patok
a b
Gambar 6. a hand sprayer otomatis, b walking type cultivator
Gambar 7. Kwadran sampel Bahan kimia yang digunakan adalah herbisida dengan bahan aktif glyphosat dan paraquat.
Bahan kimia tersebut akan dilarutkan kedalam 100 liter air dengan masing-masing konsentrasi: