20
1. Analisis Vegetasi Gulma
Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui jenis gulma yang dominan di areal, dilakukan sebelum perlakuan yaitu pada 0 minggu setelah aplikasi 0 MSA dan di akhir pengamatan selesai 12
MSA. Metode analisis yang digunakan adalah metode kuadrat. Pengamatan dilakukan dalam
distribusi petak contoh secara sampling acak tidak langsung. Parameter yang diamati dan diukur adalah dominansi dan frekuensi. Dari dua parameter tersebut didapatkan Summed Dominance Ratio
SDR atau perbandingan nilai penting, sehingga dapat diketahui hubungan jumlah dominansi suatu jenis gulma dengan jenis gulma lainnya dalam satu komunitas Tjitrodoedirdjo 1984. Identifikasi
mengenai jenis atau nama gulma dengan menggunakan buku panduan identifikasi gulma. Penghitungan SDR dengan cara berikut:
Dominansi nisbi suatu jenis = 1
Frekuensi nisbi suatu jenis = 2
Nilai penting suatu jenis = Dominansi nisbi + frekuensi nisbi 3
SDR suatu jenis = 4
2. Pemetaan Plot Perlakuan
Pemetaan plot lebih ditekankan pada penentuan daerah aplikasi dalam melakukan suatu perlakuan. Pada pengamatan pendahuluan telah ditentukan tiga arealpetak yang telah ditumbuhi tebu
yang secara visual 2 areal II dan III banyak ditumbuhi alang-alang dan satu I areal lainnya banyak ditumbuhi rerumputan gambar 9. Pada masing-masing areal tersebut akan ditentukan suatu daerah
aplikasi percobaan yaitu di antara barisan tebu dengan panjang 10 m dan batasan lebar dari lembah guludan tebu yang satu ke lembah guludan tebu yang lainnya. Jumlah daerah aplikasi disesuaikan
dengan jumlah perlakuan dan penentuannya dilakukan secara acak.
21 Gambar 9. Layout areal tebu untuk percobaan
Hasil dari pengacakan perlakuan terhadap daerah aplikasi atau nomor plot ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 8. Pemetaan plot pada masing-masing perlakuan
22
3. Aplikasi Perlakuan
Sebelum aplikasi perlakuan, semua alat dan bahan sudah disiapkan serta daerah aplikasi sudah ditentukan. Semua perlakuan dilakukan pada pagi hari terutama aplikasi kimia dan diperkirakan tidak
turun hujan pada saat penyemprotan serta selama enam jam setelah penyemprotan. Beberapa aplikasi dilakukan setiap 2 minggu sekali berdasarkan komposisi perlakuan yang sudah ditentukan. Adapun
pembatas-pembatas yang kemudian digunakan adalah: aplikasi penyemprotankimia dilakukan dengan ketinggian semprot yang minimal, tekanan yang maksimal dan nosel yang jumlah lubangnya paling
sedikit. Ketiga faktor ini akan dapat menghasilkan taraf keseragaman butiran semprot yang optimal, berdasarkan hasil penelitian Susanto 2001 nosel dari tanah setinggi 50 cm dengan tekanan 8 kgcm
2
dan nosel yang memiliki satu lubang. Selama aplikasi, nosel dipertahankan setinggi 50 cm dari tanah atau kira-kira setinggi lutut dan tekanan dipertahankan antara 4
– 8 kgcm
2
. Sehingga, ketika dipertengahan aplikasi tekanannya kurang dari 4 kgcm
2
, maka hand sprayer dipompa kembali hingga tekanannya mencapai 8 kgcm
2
. Aplikasi mekanis dilakukan dengan mengoperasikan walking type cultivator Yanmar Te 550 n dengan kecepatan gigi dua dan tingkat gas maksimalpenuh. Hal ini
dipilih setelah dilakukan percobaan, apabila kecepatan gigi tiga dan empat mesin cultivator akan mati sedangkan pada kecepatan gigi satu putaran rotor pisau lebih rendah daripada posisi kecepatan gigi
dua. Pisau rotary walking type cultivator dipasang pada hexagon rotor dan dibagian belakang walking type cultivator dipasangkan Bar Resistance H.
4. Pengamatan dan Pengukuran