Pengolahan Data Tahapan Penelitian

23 Penutupan gulma diukur 2 kali ulangan setiap perlakuan. Evaluasi hasil pengendalian dilakukan dua minggu setelah aplikasi dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan cara menghitung jumlah gulma yang masih tumbuh setelah pengendalian dengan menggunakan kwadran. Dari hasil evaluasi hasil ini dapat dihitung efisiensi pengendalian dengan persamaan Hermawan dkk, 2010: Ef = x 100 5 dimana: Ef = efisiensi pengendalian gulma n awal = jumlah gulma awal pengukuran n akhir = jumlah gulma akhir pengukuran

b. Tinggi Gulma

Dalam kwadran sampel diukur juga mengenai tinggi gulma. Pengukuran tinggi dengan menggunakan mistar mulai dari dasar tanah hingga puncak gulma dengan mengambil satu jenis gulma tertinggi dalam petak kwadran. Tinggi gulma diukur 5 kali ulangan setiap kwadran sampelpengukuran penutupan gulma.

c. Kerusakan Tanaman Tebu

Tingkat kerusakan tebu meliputi keracunan disebabkan oleh aplikasi herbisida dan cacat oleh aplikasi cultivator, bagian yang diamati adalah daun dan batang tebu. Keracunan ditandai dengan adanya perubahan warna secara tidak normal pada bagian-bagian tebu. Cacat tebu ditandai dengan rusaknya bagian-bagian tebu secara fisik.

5. Pengolahan Data

Semua data yang didapatkan kemudian diolah dengan merata-ratakan dari beberapa ulangan pengukuran yang dilakukan. Penghitungan rerata dilakukan pada hasil pengaruh setiap perlakuan yaitu penutupan gulma dan tinggi gulma. Penghitungan SDR dengan menggunakan persamaan 4 efisiensi pengendalian dengan menggunakan persamaan 5 dan kapasitas kerja dengan menggunakan persamaan berikut: KLE = 6 KLT = 0.36 x l k x V t 7 V t = 8 E = 9 Keterangan: KLE : kapasitas lapang ekeftif hajam KLT : kapasitas lapang teoritis hajam L : luas lahan yang diolah m 2 Wk : waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lahan terolah menit l k : lebar kerja m 24 Keterangan lanjutan: t 10 : waktu tempuh pada jarak 10 m s E : Efisiensi Pengambilan data untuk kapasitas kerja adalah sebagai berikut; pada saat kultivator dioperasikan, dicatat waktu mulai kerja, lalu pada saat kultivator mulai beroperasi mengkultivasi gulma dilakukan pengukuran kecepatan maju, untuk mengkultivasi lahan yang baru atau pindah alur rotary kultivator dibersihkan terlebih dahulu dan saat kultivator menyelesaikan pekerjaan seluruh lahan dicatat waktu selesai. Kecepatan maju V t diukur dengan mengukur waktu tempuh t 10 dalam jarak antar patok 10 m. 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum

Kondisi tanaman tebu pada awal penelitian terlihat kurang baik, gulma dan tebu hampir sama tinggi bahkan terlihat dominan gulma dari pada tebu Gambar 11. Aplikasi herbisida dilakukan pada pagi hari yang diperkirakan tidak turun hujan dan maksimal tidak turun hujan 6 jam setelah aplikasi, sedangkan aplikasi secara mekanis dilakukan sepanjang hari selama tidak hujan dan tidak menghiraukan 6 jam setelah aplikasi hujan atau tidak. Selama penelitian ini berlangsung intensitas hujannya cukup tinggi sehingga mempengaruhi populasi gulma yang ada. Pengaruh tersebut berupa peningkatan pertumbuhan gulma re-growth dan pertumbuhan gulma baru new-growth serta mempercepat pertumbuhan biji gulma. Pengamatan dan pengukuran dilakukan selama 12 MSA dengan aplikasi maksimal 6 MSA, selanjutnya frekuensi turun hujan lebih sering di areal penelitian sehingga banyak gulma yang mengalami pertumbuhan dan akhirnya aplikasi tidak mampu menekan pertumbuhan gulma lebih efektif lagi. Pada saat turun hujan terkadang terjadi tiupan angin yang cukup besar, sehingga beberapa batang tebu ada yang roboh termasuk di areal penelitian. Berdasarkan Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air wilayah sungai Ciliwing-Cisadane bahwa rata-rata curah hujan tahunan untuk Katulampa dan sekitarnya termasuk daerah Cimahpar adalah 4075 mm. Gambar 11. Kondisi lahan sebelum aplikasi

B. Analisis Vegetasi Gulma

Analisis vegetasi dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan untuk mengetahui jenis gulma dominan di areal percobaan. Spesies gulma dominan ditunjukkan oleh besarnya Summed Dominance Ratio SDR dalam pada areal percobaan. Summed Dominance Ratio SDR merupakan rata-rata jumlah penutupan nisbi dan nilai frekuensi nisbi yang diperoleh dari hasil analisis vegetasi terhadap areal percobaan. Hasil analisis vegetasi sebelum perlakuan disajikan pada tabel 9. Berdasarkan hasil analisis tersebut didapatkan lima spesies gulma dominan yang memiliki nilai SDR lebih dari 10, diantaranya adalah Imperata cylindrica Gambar 12a, Asystasia gangetica Gambar 12b, Ageratum conyzoides Gambar 12c, Paspalum conjugatum Gambar 12d dan Euphorbia hirta Gambar 12e.